Anda di halaman 1dari 36

BAB 5

TRAUMA ABDOMEN DAN PELVIC


 Adanya kemungkinan terjadinya perdarahan intraabdomen atau
perdarahan pelvis akibat trauma dapat dilakukan selama penilaian
sirkulasi pada pimary survey

 Perdarahan yang sangat signifikan dapat terjadi pada rongga abdomen


tanpa adanya perubahan pada bagian permukaan abdomen atau tanpa
adanya tanda-tanda peritoneal
ANATOMI ABDOMEN
 Abdomen anterior : (superior) antara batas costa, (inferior) lig. Ingunal dan
simfisis pubis, (lateral) linea axillaris anterior

 Thoracoabdomen : (anterior) di bawah papila mammae, (posterior) infrascapular


line, dan batas costa.
 Terdiri dari : diafragma, liver, spleen, paru-paru dan jantung.

 Flank : area antara anterior dan posterior linea axillaris dari ICS VI hingga krista
illiaca
 Abdomen posterior : area pada posterior line axillaris dari ujung scapular hingga
krista illiaca
 Flank & abdomen posterior  retroperitoneal space
 Terdiri dari : aorta abdominalis, vena cava inferior, sebagian besar duodenum, pankreas,
ginjal, ureter, colon ascendens & descendens, dan organ retroperitoneal dari cavum
pelvis.
 Trauma pada komponen retroperitoneal sulit dinilai karena tidak ada tanda peritonitis
 Rongga pelvic : area meliputi tulang pelvis , bagian bawah dari rongga
peritoneal, dan instraperitoneal space (termasuk rectum, bladder, illiac
vessels, dan organ reproduksi internal dan eksternal wanita)
 Perdarahan yang banyak dapat terjadi pada organ pelvis yang dapat
disebabkan trauma langsung atau tidak langsung pada tulang pelvis
ANATOMI ABDOMEN
MEKANISME
CEDERA
• Trauma Tumpul
• Trauma Penetrasi (tembak, tajam/tusuk)
• Trauma Ledakan
TRAUMA TUMPUL
Trauma tumpul
• Hantaman langsung seperti kontak dengan kemudi kendaraan atau dorongan pintu
penumpang dalam suatu kecelakaan
• Dapat menyebabkan kompresi dan cedera luka pada viscera abdomen
• Kekuatan hantaman dapat merusak organ solid dan organ berongga
• Menyebabkan ruptur dengan perdarahan sekunder, kontaminasi isi usus dan
peritonitis
• Organ yang biasanya terkena pada trauma tumpul:
• Lien 40-55%
• Hepar 35-45%
• Usus halus 5-10%

 Terdapat 15% insidensi hematoma retroperitoneal pada pasien yang menjalani


laparatomi untuk trauma tumpul
Cedera Shearing
 Bentuk cedera yang disebabkan oleh penggunaan seat belt
Laserasi liver dan lien
 Pasien yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor dapat terjadi cedera
deselerasi
 Terjadi karena perbedaan dari organ yang terfiksasi dengan organ yang tidak
terfiksasi
CEDERA YANG BERHUBUNGAN DENGAN ALAT
PENGAMAN PENUMPANG
Perlengkapan Kendaraan Cedera yang dapat terjadi

Ikat pinggang penumpang “ seat belt “ • Rupture usus halus dan usus besar
• Kompresi dan hiperfleksi • Trombosis arteri iliaca atau aorta
abdominal
• Fraktur tulang belakang “ Lumbal “
• Cedera organ pankreas dan Usus halus

Ikat pinggang pada Bahu • Rupture bagian atas abdomen viscera


• Bentukan panjang seat belt • Trombosis arteri subclavia dan vertebra
• Kompresi • Fraktur dan dislokasi tulang cervical
• Kontusi paru

Kantung Udara “ Air Bag “ • Luka tergores pada muka dan mata
• Cedera pada Organ Jantung
• Fraktur Tulang belakang
TRAUMA PENETRASI
Trauma Tajam / Tusuk
 Luka tusuk / tajam dapat menyebabkan kerusakan jaringan dengan cara laserasi
dan memotong
 Organ abdomen yang sering terlibat pada luka tusuk adalah hati (40%), Usus
halus (30%), Diafragma (20%), dan Usus besar (15%)
Luka Tembak
 Luka tembak kecepatan tinggi mentransfer energi kinetik lebih banyak
 Kerusakan lateral dari jalur peluru dapat terjadi karena adanya kavitasi
temporer
 Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), Usus besar (40%),
Hati (30%) dan Struktur vaskuler intraabdomen (25%)
TRAUMA LEDAKAN
 Bahan peledak dapat menyebabkan trauma tumpul dan trauma tusuk
 Luka tusuk akibat fragmen dan trauma tumpul akibat pasien yang
terlempar atau terkena lemparan
PENILAIAN DAN MANAJEMEN
PENANGANAN PASIEN DENGAN
CEDERA
Anamnesis
Cedera akibat kecelakaan mobil
 Harus mengetahui kecepatan kendaraan

 Tipe tabrakan ( tabrakan bagian depan, tabrakan bagian samping, belakang atau
terguling )
 Desakan kendaraan terhadap bagian penumpang

 Tipe pengaman “ ikat pinggang penumpang (seat belt), kantung udara (air bag)

 Posisi pasien di kendaraan dan keadaan penumpang

 Polisi atau petugas ambulans

 Informasi tanda vital dan cedara yang terlihat

 Respon terapi pra hospital harus disampaikan oleh petugas pra hospital
Cedera akibat trauma penetrans
 Informasi waktu cedera

 Tipe Senjata ( pisau, pistol senapan laras panjang )

 Jarak dari penembak ( kerusakan organ visceral menurun pada jarak lebih dari 3 meter )

 Jumlah tusukan

 Jumlah perdarahan eksterna di lokasi kejadian

 Informasi tingkat dan lokasi nyeri abdomen dan apakah nyeri nya menjalar ke bahu

Cedera akibat ledakan


 Cedera bertekanan tinggi

 Jarak antara pasien dengan ledakan lebih dekat


PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
 Baju pasien harus dibebaskan

 Lihat ada abrasi kontusio dari sabuk pengaman

 Laserasi

 Benda asing yang tertancap

 Pasien dilakukan logroll untuk mempermudah pemeriksaan lengkap

 Pasien harus diselimuti dengan selimut hangat mencegah hipotermi

Auskultasi
 Mengkonfirmasi ada atau tidak nya bising usus

 Ada atau tidak nya darah intraperitoneal atau perforasi yang dapat menyebabkan bising usus menghilang

Perkusi dan Palpasi


 Perkusi dapat menyebabkan iritasi peritoneal

 Ada nya kekakuan otot ( voluntary guarding ) dapat menyebabkan pemeriksaan abdomen tidak dapat
diandalkan.
 Involuntary muscle guarding merupakan tanda untuk iritasi peritoneum

 Palpasi dapat menyebabkan nyeri superfisial ( dinding abdomen ) dan nyeri tekan dalam
Penilaian Pelvis
 Perdarahan mayor dapat terjadi akibat dari fraktur pelvis

 Pasien dengan fraktur trauma tumpul batang tubuh

 Penilaian awal untuk melihat perdarahan dari pelvis dengan cara menilai stabilitas pelvis

 Cara kompresi manual krista iliaka atau spina iliaka anterosuperior

 Ada nya gerakan abnormal atau nyeri tulang mengarah kepada fraktur pelvis

 Bila pelvis stabil saat pada waktu kompresi, lakukan manuver untuk distraksi spina
iliaka anterosuperior untuk mengevaluasi adanya gerakan tulang ataupun nyeri
Pemeriksaan Uretra, Perineal dan Rektal
 Ada nya darah pada meatus uretra merupakan pertanda robekan uretra

 Inspeksi skrotum untuk melihat ekimosis atau hematoma

 Pemeriksaan rektal bertujuan menilai tonus sfingter, posisi prostat


Pemeriksaan Vagina dan Gluteal
 Laserasi vagina disebabkan fragmen fraktur pelvis

 Daerah gluteal meliputi krista iliaka sampai lipatan gluteal

 Cedera luka tusuk pada daerah gluteal dihubungkan 50% cedera intraabdominal

Pemeriksaan Tambahan
Nasogastrik tube (NGT)
 Tujuan pemasangan NGT adalah secara dini untuk dekompresi lambung sebelum
melakukan DPL dan mengeluarkan isi lambung mencegah terjadi aspirasi
Kateter Urine
 Tujuan pemasangan kateter urine secara dini pada proses resusitasi adalah untuk
membebaskan retensi urin, dekompresi kandung kencing sebelum melakukan DPL dan
untuk monitoring urinary output untuk indeks perfusi jaringan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-ray untuk Trauma Abdomen
 Pemeriksaan x-ray thorax anteroposterior (AP) dan pelvis dianjurkan pada penilaian
pasien dengan trauma tumpul multisistem
Focused Assesment Sonography in Trauma (FAST)
 Mengidentifikasi perdarahan atau potensi cedera organ berongga

 Mendeteksi adanya hemoperitoneum


FAST
Dapat menggambarkan bagian kuadran kanan atas
dengan menggambarkan hati, ginjal dan cairan
bebas
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
 Mengidentifikasi perdarahan atau potensi cedera organ berongga

 DPL adalah prosedur yang invasif

 Dilakukan pada pasien dengan abnormalitas hemodinamik dan trauma tumpul multipel
Computed Tomography
 Prosedur diagnostik yang memerlukan transport pasien ke tempat pemeriksaan

 Prosedur ini cukup membutuhkan waktu lama

 CT scan dapat memberikan informasi yang spesifik mengenai organ yang terkena dan
derajat kerusakan nya
 Dapat mendiagnosa cedera pelvis dan retroperitoneal

Laparascopy atau Thoracosscopy


 Mengevaluasi hemodinamik yang stabil pada pasien dengan trauma tusuk

 Laparascopy untuk diagnosa cedera diafragma dan luka tusuk peritoneum

Pemeriksaan Kontras
 Dapat membantu diagnosa cedera organ spesifik

 Contoh nya ( Uretrografi, Sistografi, Pielografi intravena dan Kontras Saluran Cerna )
Comparison of DPL, FAST AND CT IN ABDOMINAL
DPL FAST CT SCAN

Keuntungan • Operasi sedini • Operasi dini • Diagnosa anatomi


• Deteksi cedera usus • Tidak invasif • Tidak invasif
• Dapat digunakan secepat • Dapat digunakan secepatnya • Dapat diulang
nya • Dapat diulang • Dapat menggambarkan
• Tidak membutuhkan • Tidak membutuhkan struktur retroperitoneal,
transportasi ke area transportasi ke area res tulang, jaringan lunak dan
resusitasi udara ekstraluminal

Kerugian • Invasif • Bergantung dengan operasi • Harga mahal dan waktu yang
• Berisiko dengan prosedur • Bisa tidak dapat terdeteksi lama
kasus cedera cedera diafragma, usus dan • Radiasi dan paparan kontras
• Tidak dapat diulang pankreas intravena
• Bisa berbeda dengan • Tidak dapat mendeteksi • Bisa tidak terdeteksi cedera
interpretasi FAST atau CT struktur retroperitoneal diafragma, pankreas dan usus
Scan • Tidak menggambarkan udara • Membutuhkan area
• Spesifitas rendah ekstraluminal resusistasi
• Bisa Tidak dapat terdeteksi
cedera diafragma

Indikasi • Ketidakstabilan • Ketidakstabilan • Ketidakstabilan


hemodinamik pada trauma hemodinamik pada trauma hemodinamik pada trauma
tumpul abdomen tumpul abdomen tumpul abdomen
• Luka tusuk pada abdomen • Luka tusuk pada abdomen • Luka tusuk pada abdomen
dengan ada atau tidak nya dengan ada atau tidak nya dengan ada atau tidak nya
indikasi laparatomi indikasi laparatomi indikasi laparatomi
EVALUASI TRAUMA
PENETRANS
Trauma penetrans
 Evaluasi trauma penetrans melibatkan beberapa pertimbangan yang khusus untuk trauma
penetrans
 Opsi antara lain eksplorasi luka pada abdomen dan regio thorakoabdominal

 Indikasi laparotomi pada pasien dengan trauma abdomen :


 pasien dengan abnormalitas hemodinamik
 luka tembak
 tanda tanda iritasi peritoneal (peritonitis)
 tanda tanda penetrasi fascia (eviserasi)
 Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi dan FAST positif perdarahan
intraperitoneal
 Hipotensi dengan luka tusuk pada abdomen mengenai bagian depan fascia
 Luka tembak pada regio abdomen
 Perdarahan dari perut, rektum dan saluran kemih
 Ruptur hemidiagfragma dan saluran cerna
 Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan ruptur saluran kemih, cedera ginjal
EVALUASI DARI DIAGNOSA
CEDERA SPESIFIK
Liver, limpa dan ginjal adalah organ yang paling sering terkena trauma
tumpul, meskipun insidensi relatif lebih rendah dari perforasi organ berongga,
cedera vertebra lumbal
 Cedera Diafragma
 Cedera Duodenum
 Cedera Pankreas
 Cedera Genitourinarius
 Cedera Rongga Viscus “ Hollow Viscus “
 Cedera Organ Solid
CEDERA DIAFRAGMA
 Robekan tumpul pada diafragma

 Hemidiafragma kiri sering terkena

 Cedera robekan sepanjang 5-10 cm di posterolateral kiri

 Pada foto X-ray ditemukan udara abnormal yang menutupi hemidiafragma

CEDERA DUODENUM
 Ruptur duodenum terjadi pada pengemudi tanpa sabuk pengaman

 Tabrakan frontal

 Pasien terkena stang setir pada regio abdomen

CEDERA PANKREAS
 Kompresi organ epigaster dan kolumna vertebralis

 Kadar amilase normal dapat menyingkirkan cedera pankreas

 Pemeriksaan CT Scan “ Double Contrast “ mungkin dapat mendeteksi cedera


pankreas
 Apabila hasil CT Scan meragukan dapat lakukan eksplorasi bedah
CEDERA GENITOURINARIUS
 Benturan ke punggung atau flank yang menyebabkan kontusio, hematoma atau
ekimosis
 Curiga terjadi cedera ginjal dan memerlukan evaluasi ( CT atau IVP ) saluran
kencing
 Indikasi luka tusuk abdomen, episode hipotensi, cedera intraabdomen

 CT scan abdomen dengan intravena dapat mengkonfirmasi cedera ginjal

 Fraktur pelvis anterior biasanya terdapat dengan cedera uretra

 Cedera uretra dapat dibagi cedera bagian atas ( posterior ) atau bawah (anterior ) dari
diafragma urogenital

CEDERA RONGGA “ HOLLOW VISCUS “


 Cedera tumpul pada usus disebabkan oleh deselerasi akibat robekan

 Adanya ekimosis dinding abdomen yang berbentuk linear menyilang ( seat-belt


sign ) atau ada nya fraktur distraksi lumbal ( Chance fracture ) pada x-ray
kemungkinan cedera usus
CEDERA ORGAN PADAT
 Cedera liver, limfa dan ginjal yang menyebabkan syok, ketidakstabilan hemodinamik
dan perdarahan indikasi segera dilakukan laparatomi
 Cedera organ solid tanpa abnormalitas hemodinamik dapat dilakukan secara non-
operatif

FRAKTUR PELVIS
 Kompresi AP

 Kompresi lateral

 Vertical shear

 Kombinasi
 Cedera kompresi AP disebabkan oleh pejalan kaki yang tertabrak mobil
atau tabrakan sepeda motor
 Ruptur simfisis pubis, fraktur sakroiliaka dan dislokasi atau fraktur
sakrum
 Terbuka nya cincin pelvis curiga perdarahan komplek posterior dari
arteri iliaka interna
 Kompresi Lateral disebabkan tabrakan kendaraan motor dan
menyebabkan rotasi interna hemipelvis
 Gerakan rotasi menyebabkan pubis masuk melukai sistem
genitourinarius
PENGELOLAAN FRAKTUR PELVIS
 Lilitan kain disekeliling pelvis sebagai sling, menyebabkan rotasi interna
ekstremitas bawah
 Stabilitas pelvis mencegah terjadi perdarahan yang dapat menyebabkan syok
ALGORITMA FRAKTUR PELVIS
DAN PERDARAHAN DENGAN
SYOK
RINGKASAN
 Terdapat tiga regio abdomen yaitu rongga peritoneal, rongga
retroperitoneal dan rongga pelvis. Rongga pelvis terdiri dari bagian
rongga peritoneal dan rongga retroperitoneal
 Konsultasi lebih dini dengan seorang spesialis bedah diperlukan ketika
pasien dengan kemungkinan cedera intraabdominal. Bila tanda vital
telah stabil, evaluasi dan pengelolaan tergantung kepada mekanisme
cederanya
 Pasien dengan abnormalitas hemodinamik dan trauma multipel harus
cepat dinilai untuk mencari perdarahan intraabdominal atau kontaminasi
dari saluran cerna dengan melakukan pemeriksaan FAST atau DPL
 Pasien harus dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap dengan keadaan
stabil walau diagnosis awal belum bisa ditentukan
 Indikasi untuk CT Scan dengan hemodinamik normal harus meliputi
pemeriksaan abdomen yang spesifik
 Semua pasien dengan luka tusuk dengan abdomen yang disertai
hipotensi, peritonitis atau eviserasi memerlukan laparatomi segera
 Pasien luka tusuk flank atau punggung yang asimptomatik dapat
diperiksa pemeriksaan fisik serial atau contrast-enhanced CT Scan
Pengelolaan trauma tumpul dan penetrans abdomen dan pelvis termasuk :
 Menggambarkan mekanisme trauma
 Mengembalikan fungsi vital dan optimasi oksigenasi dan perfusi jaringan
 Mengenal secara cepat sumber perdarahan dengan usaha kontrol
perdarahan
 Pemeriksaan fisik awal yang teliti dengan interval reguler
 Stabilisasi pelvis
 Laparotomi
 Angiografi embolisasi dan peralatan peritoneal
 Pemilihan alat diagnostik yang spesifik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai