Anda di halaman 1dari 45

Diagnostik

Non Invasif
TREADMILL TEST

Uji latih beban jantung dangan cara


mememberikan stress fisiologi yang
dapat menyebabkan abnomarlitas
kardiovaskular yang tidak ditemukan
saat istirahat.
Indikasi Kontraindikasi

• Menegakkan diagnosa PJK dan tingkat beratnya • Infark Miokard Akut dalam 2 hari pertama
• Pasien dengan faktor resiko yang signifikan untuk • Unstable Angina Pectoris yang masih berlangsung
CAD • Hipertensi Berat
• Mengevaluasi keluhan : Nyeri dada, sesak nafas, dll • Aritmia tidak terkontrol dengan gangguan
• Prediksi prognosis atau stratifikasi risiko untuk hemodinamik
kejadian kardiovaskular atau kematian • Sesak
• Mengukur kapasitas fisik dan kemampuan • Vertigo
melakukan aktivitas tertentu • Kelainan katup jantung (Regurgitasi dan Stenosis
• Evaluasi hasil pengobatan, efek terapi dan intervensi Berat)
• Menilai kompetensi kemungkinan kemunculan • Miokarditis
aritmia • Gagal jantung yang belum terkontrol
• Membuat dan menilai respon program latihan fisik • Hipertiroid
• Stroke
• Cacat Fisik atau mental
Komplikasi Pemeriksaan Protokol ULJ

• Artimia malignant (gejala seperti sesak napas • Bruce


atau sulit bernapas, nyeri dada, keringat dingin, 1. Untuk menegakkan diagnosa PJK
pusing, rasa ingin pingsan, atau mual, dan dapat
2. Mengevaluasi kapasitas fungsional
mengacam nyawa)
3. Mengevaluasi pengobatan
• Syncope (Pingsan)
4. Mengevaluasi post PCI
• Stroke 5. Mengevaluasi post CABG
• Trauma fisik (jatuh saat test) 6. Mengevaluasi adanya disritmia
• Hipotensi/ Hipertensi
• Henti jantung • Modified Bruce
1. Post CABG yang baru 1 minggu.
2. Post Infark akut 3 – 4 hari.
3. Pasien dengan usia lanjut dengan
keterbatasan fisik.

Nyeri dada yang makin berat

Sesak nafas

Kelelahan ( cape sekali )

Vertigo / pusing
Keluhan Subjective

Nyeri pada persendian kaki

Pasien minta agar test dihentikan

o
Respon hipotensi (Penurunan sistolik
dari tekanan darah awal >10 mmHg)
INDIKASI PENGHENTIAN o
Respon hipertensi (kenaikan sistolik >40
mmHg, diastolik >115 mmhg dalam 1
stage atau sistolik >220 mmHg)
o
Timbul aritmia malignant, PVC Couplets,
Trigemini
Keluhan Objective o
Timbul st elevasi /depresi 2 mm
(horizontal / downsloping)
o
Timbul tanda tanda perfusi yang buruk
(pucat , sianotik , extremitas dingin)
o
Target HR maximal tercapai
Interpretasi Hasil ULJ Jenis & Kriteria ST Segmen

• Positif • St depresi upsloping bermakna jika st depresi


upsloping > 2mm.
 Target HR max tercapai/ tidak tercapai,
terdapat segmet ST bermakna • St depresi horizontal bermakna jika st depresi
• Negatif horizontal >0.5 mm
• St depresi down sloping bermakna jika st depresi
 Target HR max tercapai, tidak terdapat
downslopinh > 1 mm
segment ST bermakna
• St elevasi bermakna jika st elevasi >0.5 mm
• Uninterpertable
 Target HR submax tidak tercapai, belum
ada tanda segment ST bermakna
• Sugestif Positif
 Target HR submax/max tercapai, ditemukan
adanya tanda segment ST bermakna
Rumus ULJ

DTS (Duke Treadmill Score) =


Durasi Uji latih – (5 x deviasi segmen ST) – (4 x Skor angina)

Startifikasi risiko berdasarkan DTS


Rumus HR maksimal : Skore DTS Risiko Survival 5 th
- Berdasarkan Usia = 220 – Umur
>5 Rendah 97%
- On Beta-Blocker = 164 – (0,72 x Umur)
-10 s.d 4 Sedang 91%
< -11 Tinggi 72%
Alur Pemeriksaan TMT Cara Kerja TMT

 Bawa Form pengantar tindakan dari DPJP 1. Informed consent


di Rawat jalan 2. Pasang EKG
 Informed consent sebelum tindakan 3. Tensi
dimulai 4. Start treadmill
 Persiapan pasien dan tindakan 5. Exercise (Petugas mulai menensi setiap
 Saat muncul gambaran aritmia, jadwalkan 2 menit)
holter monitor 6. Recovery
 Dokumentasi dan upload hasil 7. Lepas EKG yang menempel
pemeriksaan ke SIMRS
Observasi saat ULJ Pemulihan/ Recovery

1. Tekanan Darah
- TD sistolik meningkat > 40 mmHg dalam
1. Pasien ada keluhan, Gambaran EKG
1 stage  Hypertensive response. abnormal, Gangguan Hemodinamik
- TD sistolik menurun > 10 mmHg   Recovery Active : Berjalan lambat,
hypotensive response dapat menjadi Jalan di tempat kemudian duduk
penanda disfungsi jantung berat 2. Pasien tidak ada keluhan, “semuanya”
 wajib dilaporkan. Normal
2. EKG  Recovery Pasif : Langsung diam dalam
ST Segment posisi berdiri kemudian duduk atau
3. HR berbaring
Target HR maksimal akan meningkatkan beban jantung
dan memunculkan respon aritmia
4. Keluhan pasien saat ULJ
yang tidak terlihat selama ULJ
Temuan Lain :

• Left Bundle Branch Block (LBBB) yang timbul pada saat uji latih
– LBBB yang timbul ketika laju jantung < 125 kali/menit,
kemungkinan PJK

• Depresi segmen ST pada saat fase pemulihan (recovery phase)


– Kemungkinan PJK/ tetap dianggap iskemia positif.
Laju nadi
 Kasus : Seorang laki-laki 60 tahun menjalani ULJ. Obat :
Bisoprolol 1x2.5mg. Berapa laju nadi maksimal pasien ?

……………………………………………
Laju nadi
 Kasus : Seorang laki-laki 60 tahun menjalani ULJ untuk
tujuan diagnostik PJK. Obat (-)
 Berapa target laju nadi pasien ?
 A. Minimal 100% MHR (160 x / menit)
 B. Minimal 85% MHR (160 x / menit)
 C. Maksimal 70% MHR (121 x/ menit)
 D. Salah semua
Ketahui dahulu apakah tes
submaksimal atau maksimal
Monitor : EKG
Mana
yang
diukur ?

isoelektrik

J point

80 ms after J point
Rekaman EKG
monitor

Respon abnormal :
ST depresi –
horizontal/
downslopin
Rekaman EKG
monitor

Respon abnormal :
ST elevasi
Rekaman EKG
monitor

EKG : VT
Keluhan dan tanda fisik
 Keluhan pasien :
Jantung – paru : sesak, berdebar, nyeri dada
 Fisik lainnya : pegal kaki, otot, pusing
 Tanda fisik :
Terpincang-pincang, sempoyongan, posisi
kurang baik, tampak pucat, tampak
kelelahan atau kesakitan dan sebagainya
Echocardiography

Pemeriksaan yang bersifat Non – Invasif


dengan menggunakan ultrasound untuk
mengetahui struktur jantung, anatomi
jantung, fungsi jantung, dan hemodinamik
pada jantung
Jenis Probe Cardiac
Jenis Pemeriksaan Echo Modalitas Echo

• TTE (trans thoracal Echocardiography) 2D


• TEE (Trans Eshopageal M-Mode
Doppler
Echocardiography) Colour
• DSE (Dobutamin Stress TDI
Echocardiography)
• Duplex sonografi (Usg pembuluh Darah)
• Fetal Echocardiography (Janin)
• IVUS (intra Vaskuler untrasound)
• Bubble Echo kontras
• TSE (Treadmill Stress Echocardiography)
Indikasi Echo Penilaian Echo

• Detak jantung menjadi terasa lebih cepat atau


lambat (adanya Aritmia) • Ukuran, bentuk, ketebalan serta pergerakan
• Sesak nafas disertai nyeri dada dinding jantung
• Kepala pusing dan perasaan ingin pingsan • Kekuatan pompa jantung
• Murmur jantung • Adanya regurgitasi ataupun stenosis pada
• Penyakit katup jantung katup jantung
• Kerusakan jaringan akibat serangan jantung • Adanya massa ataupun tumor maupun infeksi
• Penyumbatan pembuluh darah akibat stroke atau disekitar katup jantung
serangan iskemik • Adanya masalah pada lapisan pericardium
• Penyakit jantung bawaan
• Gangguan pompa jantung karena gagal jantung • Adanya masalah dengan pembuluh darah
• Pericarditis besar yang masuk maupun yang keluar
• Efusi pericardium jantung
• Hipertensi pulmonal • Adanya lubang abnormal pada septum
• Kardiomiopati jantung baik antara ventrikel Maupun antara
atrium
Tujuan Pemeriksaan Echo

1. Menegakkan diagnosa kelainan struktur jantung


2. Mengevaluasi fungsi jantung secara menyeluruh
3. Kemampuan untuk merekam dan mengenal korelasi EKG dengan data echocardiography
4. Menetapkan derajat kelainan
5. Menentukan adanya berbagai jenis penyakit jantung
6. Melihat ukuran, bentuk, ketebalan, dan pergerakan dinding jantung
7. Mengamati seberapa kuat jantung memompa darah keseluruh tubuh
8. Melihat adanya gumpalan darah yang mungkin terbentuk disekitar bilik jantung
9. Menentukan pengobatan jantung atau tes Kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi jantung
10. Mendeteksi PJK
11. Mengevaluasi keberhasilan pengobatan
View dan Normal Value

Diameter Ao 20 – 37
Diameter LA 20 – 40
LA/Ao (ratio) < 13
EPSS < 10
LVDd < 53
IVSd < 12
IVSs < 17
EF > 53%
RWT Eccentric < 0,45
Concentric > 0,45
Diastolic Normal E/A > 1
Function
Impaired relaxation/ Grade 1 E/A < 1
Pseudonormal/ Grade 2 E/A > 1
Restrictive pattern/ grade 3 E/A > 1,5
Dopple Vascular

Pemeriksaan duppleks vaskuler ialah


Pemeriksaan yang bersifat Non – Invasif
dengan menggunakan ultrasound untuk
menilai stuktur dan fungsi pembuluh darah
arteri dan vena.
JENIS PEMERIKSAAN

 Dupplex Sonography Carotis


Untuk menilai struktur anatomi pembuluh darah beserta aliran darah
dari jantung menuju ke otak.

• Dupplex Sonography Extremitas Atas / Extremitas Bawah


Untuk menilai struktur anatomi pembuluh drah arteri dan vena
ekstremitas atas (lengan) dan menilai anatomi pembuluh darah arteri
dan vena dari jantung menuju kaki dan kemblai lagi ke
ALUR PEMERIKSAAN ECHO

 Bawa Form pengantar tindakan dari DPJP di Rawat jalan


 Persiapan pasien dan tindakan
 Dokumentasi dan upload hasil pemeriksaan ke SIMRS
HOLTER MONITOR

Alat yang dapat merekam aktivitas listrik jantung dalam waktu lama (1/3/7) untuk mendeteksi
gangguan pada aktivitas listrik jantung tanpa pembatasan aktivitas.

Dengan memakai alat ini gangguan irama jantung yang terjadi hilang timbul bisa terekam
sehingga bisa dipakai sebagai acuan untuk menegakkan diagnosis penyakit jantung yang
terjadi.

Tidak ada persiapan khusus, aman dan tidak ada efek samping.
INDIKASI

• Menunjukan gejala aritmia – Selain dari denyut jantung tak teratur, gejala lainnya adalah
pusing tanpa sebab, pingsan mendadak, near syncope (mau pingsan), palpitasi, sleep apnoe,
dan kelelahan yang tidak biasa serta kesulitan bernapas bahkan ketika tidak melakukan
aktivitas berat.
• Mengkonsumsi obat namun gejalanya tidak hilang – Monitor Holter dapat digunakan
untuk memastikan keefektivitasan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. (evaluasi obat-
oabatan aritmia).
• Baru saja melakukan bedah jantung – Perangkat dapat menentukan apakah alat pacu
jantung bekerja dengan baik. Perangkat juga dapat menunjukan apakah ada luka pada
jantung.
• Analisa ischemia myocard pada pasien dengan keluhan nafas pendek, sakit dada, cepat lelah
tanpa sebab.
• Kasus neurologi dimana dicurigai adanya transient AF/flutter.
• Pada penyakit jantung dimana dicurigai adanya aritmia pre-op dan post-op pada operasi
jantung.
KRITERIA PASIEN HOLTER MONITOR

 Pasien dengan indikasi aritmia


 VES/PVC
 SVES/PAC
 Paroxismal (SVT, AF, Flutter,AT)
 Bradikardia, Takikardia
 SA Blok, JR, SA Arest, MAT, AV Blok
 Keluhan berdebar
 Keluhan pingsan/syncope
 Keluhan sering pusing tanpa sebab
 Pada saat TMT muncul aritmia tanpa ada iskemik
 Pada saat TMT HR >120 x/Menit
ABPM (Ambulatory Blood Pressure Monitor)

Pemantauan tekanan darah yang dilakukan


selama 24 jam atau lebih (51 jam) untuk
mengetahui tekanan darah rata-rata ketika
pasien sedang beraktivitas dan tidur.
Berguna untuk mendeteksi :

 White Coat Hypertension (Hipertensi Jas Putih)


Kondisi ketika pasien yang sedang tidak mengonsumsi obat penurun darah tinggi, mengalami
hipertensi saat diukur oleh dokter.  hipertensi pada pasien dengan tekanan darah normal.

 Masked Hypertension (Hipertensi terselubung)


Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah pasien dalam batas normal saat diperiksa di klinik, tapi
meningkat waktu pasien berada di rumah. Sering terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal
kronik dan berisiko tinggi menimbulkan komplikasi seperti pembesaran ventrikel kiri jantung,
proteinuria dan gangguan kardiovaskuler.

 Sustained Hypertension (Hipertensi Menetap)


Tekanan darah yang menetap pada angka tinggi, baik ketika pasien di klinik maupun di rumah.
Kondisi ini biasanya menandakan penyakit jantung atau gangguan ginjal.
Berguna untuk mendeteksi :

 Nocturnal Phenomena
Mendeteksi hipertensi yang timbul dimalam hari pada pasien dengan obstructive sleep
apnea.
Pada keadaan normal, saat malam hari tekanan darah akan lebih rendah dibandingkan
dengan siang hari yaitu kurang dari 10 %, namun pada keadaan tertentu terjadi fenomena
terbalik dimana tekanan darah pada saat tidur di malam hari lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan darah di siang hari.
Risiko gangguan kardiovaskuler dan komplikasi tekanan darah tinggi terhadap ginjal dapat
diketahui dengan melihat pola penurunan tekanan darah pada saat malam hari (22.00-
07.00).
Berguna untuk mendeteksi :

 Meninjau efektivitas/respon obat antihipertensi yang diberikan selama 24 jam. Melalui


pemeriksaan ini, peningkatan dosis obat antihipertensi yang tidak berguna dapat dicegah.

 Mendeteksi hipertensi orthostatic atau penurunan tekanan darah berlebih yang dapat
menyebabkan pusing atau hilang kesadaran.

 Evaluasi Keadaan Khusus


Evaluasi neuropati autonom, keadaan sinkop, serta efek pengobatan antihipertensi selama 24 jam.
Teknik pemeriksaan tekanan darah ini juga dapat digunakan untuk memastikan diagnosis hipertensi
pada beberapa golongan seperti usia tua, kehamilan, pasien dengan risiko tinggi, pasien parkinson
dan hipertensi endokrin.

 Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Prosedur Hemodialisa


Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur hemodialisa. Perubahan volume cairan tubuh
intravaskuler sebelum, pada saat dan sesudah tindakan hemodialisa akan menimbulkan perubahan
tekanan darah pada pasien.
EECP (Enhanced External Counter Pulsation)

EECP  terapi non-invatif (tanpa melukai


tubuh) yang sangat aman bagi penderita
jantung koroner dengan gejala nyeri dada,
kurang respons terhadap obat-obatan yang
diminum, mengalami akitivitas yang
terhambat karena nyeri dada dan penderita
yang tidak mau dioperasi.
INDIKASI

• Penyakit Jantung Koroner


• Gagal Jantung
• Angina Pektoris Stabil
• Penyakit Ginjal
• Penyakit Otak
• Disfungsi Ereksi
• Keadaan pembuluh darah tidak dimungkinkan untuk dilakukan seperti
pada penyakit jantung dengan diabetes mellitus (DM)
• Belum siap untuk dilakukan pemasangan ring atau bedah jantung (CABG)
• Sesudah tindakan kateterisasi intervensi atau bedah jantung
CARA KERJA

Memberikan efek meningkatkan


perfusi otot jantung dan mengurangi
beban kerja jantung pada penderita
jantung koroner. Selain itu, terapi EECP
mempunyai efek memperbaiki sel-sel
dinding pembuluh darah, merangsang
pembentukan pembuluh darah
kolateral jantung, meningkatkan fungsi
ventrikel kiri serta menyebabkan efek
fisiologi training effect seperti saat
melakukan olahraga.
EECP dapat memperbaiki keluhan dan menurunkan angka kesakitan
dan kematian untuk jangka panjang yaitu dengan:
• Memperbaiki dinding pembuluh darah (endotel)
• Merangsang terjadinya pembuluh darah baru (kolateralisasi)
• Meningkatkan fungsi jantung
• Meningkatkan aliran pembuluh darah coroner
• Memperbaiki konsumsi oksigen
• Regresi/mengurangi proses pengapuran dinding pembuluh darah
(aterosklerosis)
• Memperbaiki kualitas hidup
• Promosi angiogenesis atau neovaskularisasi didaerah otot jantung
yang terganggu
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai