Anda di halaman 1dari 21

Reumatoid Artritis

Konsep Dasar

Pengertian

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi


sistemik kronik atau penyakit autoimun dimana
rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik terjadinya
kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas.
Tanda dan gejala
Pada tahap awal akan menunjukkan :
 Nyeri persendian
 Bengkak
 Kekakuan pada sendi terutama setelah
Pada tahap lanjut akan ditemukan :
bangun tidur pada pagi hari
 Terbatas pergerakan  Gerakan menjadi terbatas
 Sendi-sendi terasa panas  Adanya nyeri tekan
 Demam  Deformitas bertambah pembengkakan
 Anemi  Kelemahan
 BB menurun dan sebagainya
Klasifikasi
Internasional Clasisification of Functioning, Disability, and Health (ICF)
dari World Health Organization
Artritis
Klasifikasi Fungsi
Rheumatoid

Kelas I Tidak ada batasan

Adekuat untuk aktivitas normal meskipun ketidaknyamanan sendi menyebabkan


Kelas II
keterbatasan pergerakan

Kelas III Ketidakadekuatan untuk sebagian besar aktivitas perawatan diri dan okupasi mandiri

Sebagian besar atau seluruhnya tidak dapat melakukan perawatan diri; terbatas di
Kelas IV
tempat tidur atau kursi
Buffer (2010) dalam Wahyuni (2016) mengklasifikasikan
rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis classic
2. Rheumatoid arthritis deficit
3. Rheumatoid arthritis probable
4. Rheumatoid arthritis possible
Etiologi
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya
dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan.
Diantaranya adalah faktor genetik, usia lanjut, jenis kelamin, faktor
sosial ekonomi, faktor 2 hormonal, etnis, dan faktor lingkungan seperti
merokok, infeksi, faktor diet, polutan, dan urbanisasi.
Patofisiologi
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan komponen
self dan non-self. Pada kasus rheumatoid arthritis system imun tidak mampu lagi
membedakan keduanya dan menyerang jaringan synovial serta jaringan penyokong
lain. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya pembentukan
pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ditentukan oleh stadium dan tingkat keparahan penyakit.
• Nyeri, pembengkakan, sensasi hangat, eritema, dan kurangnya fungsi
pada sendi adalah gejala klasik.
• Palpasi sendi mengungkap adanya jaringan yang menyerupai spons atau
lunak.
• Cairan biasanya dapat diaspirasi dari sendi yang meradang (inflamasi).
Manifestasi Ekstraartikular
• Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia, perubahan sensorik,
danpembesaran nodus limfe.
• Fenomena Raynaud (vasospasme yang disebabkan oleh udara dingin dan
stres)
• Nodul reumatoid, tidak nyeri saat ditekan dan dapat digerakkan
ditemukan di dalam jaringan subkutan di atas tonjolan tulang
• Arteritis, neuropati, skleritis, perikarditis, splenomegali, dan sindrom
Sjögren(mata dan membran mukosa kering)
Pencegahan
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti cara untuk menghindari rheumatoid arthritis.
Namun, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena rheumatoid arthritis,
antara lain:
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol
 Menjaga kesehatan tulang dengan menerapkan menu diet sehat yang kaya akan kalsium
dan vitamin D, serta mengonsumsi makanan bergizi
 Menjaga berat badan ideal
 Berolahraga secara rutin selama minimal 30 menit setiap hari
 Menghindari paparan zat berbahaya, seperti asap rokok dan zat kimia lainnya
 Menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin
Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan
beberapa komplikasi berikut :
 Cervical myelopathy
 Carpal tunnel syndrome
 Sindrom Sjögren
 Limfoma
 Penyakit jantung
 Penyakit paru-paru
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Farmakologi
 Penggunaan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
 Penggunaan DMARD
 Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk pengobatan RA adalah :
• Klorokuin
• Sulfazalazine
• D-penicillamine
 Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil dapat dilakukan pembedahan.
Umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki
deviasi ulnar, dan sebagainya.
Non-Farmakologi

Terapi non-farmakologi melingkupi terapi modalitas dan terapi komplementer.


 Terapi modalitas berupa diet makanan (salah satunya dengan suplementasi
minyak ikan cod), kompres panas dan dingin serta massase untuk
mengurangi rasa nyeri, olahraga dan istirahat, dan penyinaran menggunakan
sinar inframerah.
 Terapi komplementer berupa obat-obatan herbal, accupressure, dan relaxasi
progressive.
Konsep Asuhan Keperawatan
 Identitas Klien
 Pola Fungsi Kesehatan
Meliputi : Nama, Alamat, Jenis kelamin (nyeri sendi lebih banyak
Meliputi : Pola Nutrisi, Pola Eliminasi, Pola Tidur dan Istirahat, Pola Aktivitas dan
menyerang wanita daripada pria), Umur (RA dapat terjadi pada usia
Latihan, Pola Sensori dan Kognitif, dan lainnya.
berapa pun, namun lebih sering terjadi pada usia 40 sampai 60
 Riwayat Psikososial
Pengkajian
tahun),
 Pemeriksaan Fisik Agama, riwayat pendidikan, pekerjaan, dan penanggung
Meliputijawab
: Keadaan umum, Inspeksi dan palpasi persendian, Lakukan pengukuran
passive range of motion pada sendi-sendi synovial, Lakukan inspeksi dan palpasi
 Keluhan Utama
otot-otot skelet, Kaji tingkat nyeri, derajat, dan mulainya, Kaji aktivitas dan kegiatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
sehari-hari, dan lainnya.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan rheumatoid artritis
adalah :
1. Nyeri kronis
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Gangguan citra tubuh
4. Insomnia
5. Ketidakefektifan koping
No Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri kronis Kepuasan Klien : Manajemen Nyeri 1. Manajemen Nyeri


1. Nyeri terkontrol dari skala 1 menjadi skala 4 2. Pemberian Analgesik
(tidak puas menjadi sangat puas) 3. Peningkatan Koping
2. Tingkat nyeri dipantau secara regular dari 4. Manajemen Medikasi
skala 1 menjadi 3 (tidak puas menjadi 5. Bantuan Analgesia yang
cukup puas) Dikendalikan oleh Pasien
3. Efek samping obat terpantau dari skala 1 {Patient-Controlled Analgesia
menjadi skala 4 (PCA)}
4. Mengambil tindakan untuk mengurangi
nyeri dari skala 1 menjadi skala 4
5. Mengambil tindakan untuk memberikan
kenyamanan dari skala 1 menjadi skala 4
Implementasi Evaluasi

• Lakukan pengkajian komprehensif dari nyeri yang meliputi lokasi, • Menunjukkan Kepuasan Klien : Manajemen
kapan pertama kali di rasakan, frekuensi, intensitas nyeri, juga Nyeri, dengan kriteria :
faktor yang meringankan dan memicu nyeri o Nyeri pasien terkontrol
• Tentukan dampak dari pengalaman nyeri (misalnya tidur, nafsu o Tidak adanya peningkatan nyeri
makan, aktivitas, kognisi, mood dan lainnya) o Status kenyamanan pasien dalam kondisi
• Tanyakan pasien terkait dengan tingkat nyeri yang tepat dirasa normal
masih nyaman dan fungsi yang tepat dan usaha untuk menjaga agar • Pasien akan mampu menyatakan secara verbal
nyeri lebih rendah dari tingkat yang diidentifikasi pengetahuan tentang cara alternatif untuk
• Instruksikan pasien atau keluarga mengenai prinsip dari manajemen meredakan nyeri.
nyeri • Pasien akan mampu mengenali faktor-faktor
• Evaluasi kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri pada interval yang meningkatkan nyeri dan melakukan
tertentu tindakan pencegahan nyeri.
No Diagnosa NOC NIC

2. Hambatan Ambulasi 1. Terapi Latihan Fisik : Ambulasi

mobilitas fisik 1. Menopang berat badan dari skala 1 menjadi 2. Terapi Latihan Fisik :
Keseimbangan
skala 4 (sangat terganggu menjadi sedikit
3. Terapi Latihan Fisik : Mobilitas
terganggu)
Sendi
2. Berjalan dengan langkah yang efektif dari
4. Terapi Latihan Fisik :
skala 1 menjadi skala 4 Pengendalian Otot
3. Berjalan dengan pelan dari skala 1 menjadi 5. Pengaturan Posisi
skala 5 (sangat terganggu menjadi tidak 6. Bantuan Perawatan Diri :
terganggu) Berpindah
4. Berjalan dengan kecepatan sedang dari skala 1
menjadi skala 4
5. Berjalan dengan cepat dari skala 1 menjadi
skala 4
Implementasi Evaluasi

• Berikan pasien pakaian yang tidak mengekang • Memperlihatkan Mobilitas, yang dibuktikan
• Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki yang memfasilitasi oleh : tidak mengalami gangguan keseimbangan,
pasien untuk berjalan dan mencegah cedera performa posisi tubuh, pergerakan sendi dan otot,
• Sediakan tempat tidur berketinggian rendah, yang sesuai berjalan, dan bergerak dengan mudah.
• Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk • Pasien akan memperlihatkan penggunaan alat
memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh bantu secara benar dengan pengawasan
• Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi, • Pasien akan meminta bantuan untuk aktifitas
sesuai kebutuhan mobilisasi, jika diperlukan
• Terapkan/sediakan alat bantu (tongkat, walker, atau kursi roda) • Pasien akan mampu menyangga berat badan
untuk ambulasi, jika pasien tidak stabil
• Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu
dan dengan sejumlah staf tertentu

Anda mungkin juga menyukai