MANUSIA
DI INDONESIA PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM
• NADYA A. TAUFAN (202074201074)
• Hak Asasi Manusia memandang bahwa memiliki atau tidak memiliki anak merupakan pilihan pribadi yang
dijamin, dan dihormati oleh sistem hukum. Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki setiap manusia
dalam kapasitasnya sebagai individu. Selama tidak mengganggu orang lain, maka hak asasi manusia tersebut
tidak boleh diganggu dan harus dijamin oleh negara. Akibatnya, pemerintah Indonesia tidak dapat
mencampuri, melarang, dan mendiskriminasi warga negaranya yang memilih untuk melanjutkan atau
menghentikan keturunan nya.
• Kantiana Taslim berpendapat bahwa pergeseran cara pandang ini mempengaruhi pemikiran masyarakat
Indonesia yang sebelumnya percaya bahwa memiliki anak dalam kehidupan. Menurut undang-undang pasal
10 ayat 1 yang menyatakan “setiap orang berhak membentuk keluarga dan meneruskan keturunan melalui
perkawinan yang sah”, dan Pancasila ke-2 “kemanusiaan yang adil dan beradab”, yang dimana dari pasal
tersebut secara implisit memperbolehkan orang untuk tidak memiliki anak, dan dari bunyi ke-2 Pancasila
mengharuskan memberikan toleransi terhadap perbedaan pendapat yang dianut oleh setiap individu.
• Selain itu, HAM melihat dari segi perempuan itu sendiri, yang dimana Setiap orang
mempunyai payung hukum untuk menentukan dan membentuk suatu keluarga dan
melanjutakan keturunan melalui pernikahan yang sah. Secara kodrati mengemban
fungsi reproduksi umat manusia yang utamanya meliputi mengandung, melahirkan
dan menyusui anak.
• Maka dalam hal ini, dikarenakan Indonesia merupakan negara hukum dan
berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi setiap warga negara.
Serta pengamalan HAM yang harus dijalankan.
CHILDFREE DAN HAM DITINJAU BERDASARKAN
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Segi Hukum Islam yang mengartikan childfree Hukum Islam (fiqh) sebagai sebuah
adalah menolak wujudnya anak baik sebelum ketentuan, pada umumnya bersandar pada
anak potensial wujud ataupun setelahnya, yaitu dua kategorisasi hukum Islam, yakni
sebelum sperma berada di rahim wanita. Dalam ibadah dan muamalah. Dalam Islam
kajian fiqih ada beberapa cara yang dilakukan tujuan utama dari sebuah pernikahan
untuk menolak wujudnya anak seperti: memilih adalah menghasilkan keturunan dan
tidak menikah sama sekali, menahan diri untuk
mendidik anak, sesuai dengan yang tertera
tidak melakukan hubungan seksual setelah
dalam HR. Ibn. Hibban/1784 dan HR.
adanya pernikahan, atau dengan azl’
Imam An-Nasa’i/3175.
(menumpahkan sperma di luar vagina).
Secara substansial cara ini dinilai sama dengan
childfree.
• Childfree sendiri adalah bentuk aplikasi dari hak menolak kehamilan.
Perempuan diberikan hak menolak kehamilan disebabkan perempuanlah
yang menanggung tanggung jawab serta segala resiko dalam
mengandung, melahirkan, dan menyusui. Oleh karena itu tergolong ke
dalam ‘istihsan bil maslahah mursalah’ yakni boleh dilakukan apabila
ada ketentuan untuk memenuhi kemaslahatan.
• Maka hukum childfree diperbolehkan karena Islam juga mengatur
tentang hak reproduksi perempuan seperti, hak hubungan seksual, hak
menolak kehamilan, dan hak menggugurkan kandungan.
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PERBANDINGAN PANDANGAN MENURUT
HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM ISLAM MENGENAI CHILDFREE
PERSAMAAN: PERBEDAAN :
• Antara hukum islam dan HAM • Hukum islam menyatakan bahwa
keduanya sama-sama menyatakan keputusan Childfree dalam islam dikaji
pernikahan merupakan bentuk untuk menurut hak reproduksi bagi suami-istri
melestarikan keturunan, dan terdapat cara menghindari
• Antara hukum islam dan HAM kehamilan, sedangkan HAM Keputusan
Childfree merupakan keputusan milik
keduanya menyatakan bahwa hak
reproduksi bersangkutan dengan hak pribadi khususnya bagi perempuan, dan
suami dan istri perlu dijunjung tinggi.
KESIMPULAN
• Pandangan Hukum Islam: • Pandangan Hak Asasi Manusia:
• Hukum Islam menyebutkan Pernikahan • Hak Asasi Manusia menyatakan
dengan salah satu tujuan untuk melestarikan Keputusan merupakan suatu hak
keturunan (memiliki anak). Hukum childfree pribadi milik seseorang yang dijamin,
diperbolehkan karena Islam juga mengatur dan dihormati oleh sistem hukum.
tentang hak reproduksi perempuan seperti, hak Setiap orang berhak atas perlindungan
hubungan seksual, hak menolak kehamilan, dan asasi manusia dan kebebasan dasar
hak menggugurkan kandungan. Dan juga jika
manusia tanpa diskriminasi, maka
ada sebab ‘istihsan bil maslahah mursalah’
putusan childfree diperbolehkan atas
(baik menurut akal dengan dapat
dasar seorang memiliki hak atas
memberikan kebaikan dan menghindarkan
keputusannya yang harus di hormati.
keburukan) atau maka diperbolehkan.
CONTOH FENOMENA CHILDFREE YANG TERJADI:
• Gita Savitri Devi dan Suaminya Parto Haps adalah seorang Influencer terkenal yang
tinggal di Jerman, pada akhir 2021 ia mengumumkan opininya untuk memilih
Childfree dengan alasan ingin awet muda dengan tidak sibuk mengurusi anak dan
uangnya pun bisa dialihkan untuk merawat tubuh. Alasan tersebut dinyatakan melakui
akun instagramnya, yakni “tak punya anak memang anti penuaan alami. Kamu bisa
tidur 8 jam setiap hari, tidak stress teriak-teriak anak. Dan saat akhirnya kamu
keriput kamu punya uang untuk botox”. Fenomena dan keputusan Gita tersebut,
menuai pro dan kontra terutama pada pihak keluarga sang suami.
THANK YOU !
ANY QUESTION ?