Kritis
Syok Hipovolemik
Dosen Pembimbing :
Dr. Padoli, SKp., M.Kes.
Kelompok 3
1. Aura Lintang Pembayun (P27820720008) Reguler A
2. Emillia Chandra Lestari (P27820720015) Reguler A
3. Khoirun Nisa’ Habiballah (P27820720024) Reguler A
4. Mochammad Wildanil Ulya (P27820720028) Reguler A
5. Vinianggraini Rizkia Khasanah (P27820720044) Reguler A
6. Amelia Nur Indah Sari (P27820720051) Reguler B
7. Dwi Eny Aprilia (P27820720059) Reguler B
8. Faisal Zainuddin Zaki (P27820720063) Reguler B
9. Nada Bulan Pertiwi (P27820720075) Reguler B
10. Viona Putri Trisnawati (P27820720089) Reguler B
01
Cairan
Dalam Tubuh
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia.
Persentase cairan tubuh tergantung pada usia, jenis
kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Fungsi dari Distribusi Laki-Laki Perempuan Bayi
cairan antara lain : Cairan Dewasa Dewasa
1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel Total air tubuh 60 50 75
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel (metabolit) (%)
3. Membantu dalam metabolisme sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit Intraseluler 40 30 40
5. Membantu memelihara suhu tubuh
Ekstraseluler 20 20 35
6. Membantu pencernaan
• Plasma 5 5 5
7. Mempermudah eliminasi • Interstisial 15 15 30
8. Mengangkut zat-zat seperti hormone, enzim.
Cairan interstitial
Hipotonis : Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit dari plasma dan kurang
terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik” (hipo, rendah; tonik, konsentrasi). Ketika cairan hipotonis
diberikan, cairan dengan cepat akan berpindah dari intravascular kesel. Contoh larutan kristaloid
hipotonis: Dextrose 5% dalam air, ½ Normal Saline. (Butterworth JF, Mackey DC, 2013)
Pengelompokan cairan kristaloid
TONISITAS NAMA CAIRAN KOMPOSISI INDIKASI CATATAN
Isotonis Normal saline (NaCl Na+ = 154 Resusitasi cairan, diare, luka bakar, gagal ginjal akut, Risiko terjadinya oedema paru (dalam jumlah besar)
0,9%) Cl = 154
-
asidosis diabetikum
Ringer laktat Na+ = 130-140, K+ = 4-5, Ca2+ = 2-3, Cl- Dehidrasi, syok hipovolemik, syok perdarahan, asidosis Hanya di metabolisme di hepar. Dapat menyebabkan
=109-110, BE = 28-30, Laktat = 28 metabolic, suplai ion bikarbonat hiperkloremia dan asidosis metabolic akibat
akumulasi laktat
Glucose 5% Glukosa = 50 gr/L Hidrasi selama dan sesudah operasi, rumatan perioperative, Kontraindikasi untuk hiperglikemia
restriksi natrium
Ringerfundin Na = 145, K = 4, Ca = 5, Mg = 2, Dehidrasi
+ + 2+ 2+
isotonis, DHF, kasus braintrauma, syok
Cl = 109, Acetat = 24, Maleat = 5
-
hemoragik
Hipotonis Ringer Asetat Na = 130, K = 4, Ca = 2, Cl = 108, Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi Dapat memperburuk edema serebral
+ + 2+ -
NaCl 0,45% Na+ = 77, Cl- = 77 Pasien dengan retraksi natrium Rawan oedema anasarka
Hipertonis Glukosa 10% Glukosa = 100 gr/l Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita Risiko hiperglikemia
diabetic, kanker, sepsis, dan defisiensi protein
11
2,4%
%
Angka diare pada balita di Angka diare pada balita di
Indonesia tahun 2018 Indonesia tahun 2018
04
Etiologi
Syok
Hipovolemik
Perdarahan Trauma hebat pada organ
Penyebab
hebat tubuh atau fraktur yang Perpindahan cairan
(hemoragik) yang disertai dengan luka Akibat (ekstravasasi) ke
ataupun luka langsung ruang tubuh non
pada pembuluh arteri fungsional.
utama.
Syok
hipovolemik
• Biasanya terjadi karena ada cedera seperti kecelakaan dan jatuh dari ketinggian.
Syok Perdarahan difus, hipotermia (< 340C) dan asidosis merupakan tanda yang
Hypovolemia mengancam jiwa (Gänsslen et al., 2016).
Traumatic • Cedera pada jaringan lunak menyebabkan peradangan post akut, sehingga
semakin menguatkan proses dari terjadinya syok (Standl et al., 2018).
• Terjadi karena luka bakar yang luas, luka bakar kimiawi, dan luka pada kulit bagian
dalam.
Syok • Trauma yang terjadi juga mengaktivasi koagulasi dan sistem imun, dan memungkinkan
Hemoragik perburukan pada makro-mikro sirkulasi.
Traumatic • Reaksi peradangan menyebabkan kerusakan pada endothelium, meningkatkan sindrom
kebocoran kapiler, dan beberapa karena koagulopati (Standl et al., 2018).
Secara patologis peningkatan hematokrit,
leukosit dan trombosit dapat merusak
sifat reologi darah dan dapat merusak
organ secara persisten walaupun pasien
telah mendapatkan terapi untuk syok.
06
Fase
Syok
Dalam sirkulasi darah terdapat :
• Cardiac output (CO), yaitu volume darah yang dipompa jantung dalam 1 menit.
• Stroke volume (SV), adalah volume darah yang dipompa jantung tiap 1 kali pompaan.
• Heart rate (HR), yaitu denyut jantung per menit.
Contoh :
CO = HR x SV 5000 = 60 x 85
• Bila SV turun, maka HR harus ditingkatkan agar capaian CO yang CO = HR x SV
didapatkan sama (fase kompensasi)
CO = HR x SV 5000 = 100 x 50
• HR hanya mampu berkompensasi naik hingga 3x lipat. SV hanya bisa naik 20-
30% (fase progresif).
• Bila tidak ditangani dengan baik maka akan masuk ke fase irreversible ditandai
dengan kerusakan sel yang luas dan anoksia jaringan. Jika di jantung dapat
mengakibatkan cardiac arrest
07
Klasifikasi
Syok
Hipovolemik
Berdasarkan Tingkat Keparahan Perdarahan
DERAJAT SYOK KLAS I KLAS II KLAS III KLAS IV
< 15 15 - 30 30 - 40 > 40
Darah hilang/%EBV
Respirasi 14 - 20 20 - 30 30 - 40 > 35
> 30 20 - 30 5 - 15 Tidak ada
Produksi urine (cc/jam)
Cairan pengganti
Kristaloid Kristaloid Kristaloid + darah Kristaloid + darah
(Rumus 3 : 1)
Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15% atau < 750 cc)
• Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan
perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi.
• Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah
yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.
• Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah
seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
02 Nekrosis tubuler
akut 03 Koagulasi
intravaskuler
diseminata (DIC)
04 Hipoksia serebral
05 Kematian
11
Pemeriksaan
Diagnostik
Syok Hipovolemik
Pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis syok
(Kowalak, 2011) yaitu :
01 03
Pemeriksaan
Nilai hematokrit 02 04
laboratorium
Pemeriksaan Analisis gas
koagulasi darah arteri
a. Nilai hematokrit dapat menurun pada perdarahan atau meninggi pada jenis syok lain yang
disebabkan hypovolemia.
c. Pemeriksaan laboratorium dapat mengungkapkan kenaikan jumlah sel darah putih dan laju
endap darah yang disebabkan cedera dan inflamasi, kenaikan kadar ureum dan kreatinin akibat
penurunan perfusi renal, peningkatan serum laktat yang terjadi sekunder karena metabolism
anaerob.
d. Analisis gas darah arteri dapat mengungkapkan alkalosis respiratorik pada syok dalam stadium
dini yang berkaitan dengan takipnea, asidosis respiratorik pada stadium selanjutnya yang
berkaitan dengan depresi pernapasan, dan asidosis metabolic.
12
Penanganan
Syok Hipovolemik
Berdasarkan Algoritma
Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak terlepas dari penerapan
algoritma ABC, dimana perawat gawat darurat berperan untuk menangani
gangguan airway, breathing dan circulation segera.
Pemberian resusitasi cairan dengan jenis dan jumlah yang tepat dan cepat
diharapkan dapat meningkatkan status sirkulasi. Dikarenakan terapi cairan dapat
meningkatkan aliran pembuluh darah dan meningkatkan cardiac output yang merupakan
bagian terpenting dalam penanganan syok.
Penatalaksanaan terapi cairan karena perdarahan. Terdapat 2 versi penangan yaitu :
A. High Volume Fluid Resuscitation (3 : 1)
Maksud dari 3 : 1 yaitu 1 cc darah yang hilang sebanding dengan penggantian cairan
kristaloid 3 cc. Langkah-langkahnya :
1) Tentukan Estimated Blood Volume (EBV)
EBV = 70 ml x BB (kg)
2) Tentukan kelas syok berdasarkan tanda/gejala untuk mengetahui persentase kehilangan darah
3) Tentukan Estimated Blood Loss (EBL)
EBL = Persentase x EBV
Resusitasi yang diberikan : 2-4 x EBL atau 3 x EBL
4) Lanjutkan pemberian maintenance yaitu 40 cc/BB
B. Terapi cairan pada perdarahan dengan permissive hypotensive
1) Lakukan pemberian cairan infus secara cepat jika nadi radialis tidak teraba. Pemberian awal
500 – 1000 cc hingga nadi radialis teraba atau TDS > 80 mmHg
2) Lanjutkan pemberian cairan infus maintenance yaitu 40 cc/kgBB
Penatalaksanaan terapi cairan karena dehidrasi yaitu :
1) Nilai status rehidrasi, banyak cairan yang diberikan yaitu
D = derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2) Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (pada dewasa 40 cc/kgBB/24 jam)
3) Pemberian cairan menurut Guillot :
6 jam I = ½ D + ½ M
18 jam II = ½ D + ½ M
Contoh kasus :
Pria usia 20 tahun dengan BB 50 kg mengalami GEA + VOMITING, pasien mengeluh agak
lemas, vital sign masih dalam batas normal (dehidrasi sedang). Berapa cairan yang
diperlukan ?
Jawab :
Defisit (D) = 8% x 50 x 1000 = 4000 ml
Maintenance (M) = 40 x 50 = 2000 ml
Sehingga untuk 6 jam I dilakukan pemberian cairan sebanyak 3000 ml, dilanjut 18 jam II
diberikan cairan sebanyak 3000 ml.
Penatalaksanaan terapi cairan karena luka bakar yaitu :
Luas luka bakar x BB x 4
Rumus diatas dicetuskan oleh Baxter. Cairan diberikan setengah terlebih dahulu dalam 8
jam pertama, setelah itu dilanjutkan setengah cairan lagi pada 16 jam berikutnya.
Contoh kasus :
Pria usia 35 tahun dengan BB 50 kg terkena luka bakar di daerah lengan kiri depan dan
belakang, dada dan perut pada jam 03.00 WIB. Sampai di rumah sakit pada pukul 06.00
WIB. Bagaimana dan berapa cairan yang diberikan ?
Jawab :
Luas luka bakar = 4,5 + 4,5 + 9 + 9 = 27%
Jumlah cairan yang dibutuhkan : 27 x 50 x 4 = 5400 ml
Cara pemberian :
8 jam pertama (03.00 – 11.00) diberikan cairan infus 2700 ml
16 jam berikutnya diberikan cairan infus 2700 ml
Terdapat beberapa tambahan dalam pemberian cairan, yaitu :
5) Apabila tampak adanya perdarahan eksternal maka segera lakukan penekanan pada lokasi
perdarahan dengan menggunakan kain atau handuk, hal ini dilakukan untuk meminimalisir
volume darah yang terbuang. Jika dirasa perlu kain atau handuk dapat diikatkan
6) Jika ditemukan benda tajam masih menancap pada tubuh penderita jangan dicabut hal ini
ditakutkan akan menyebabkan perdarahan hebat
7) Jika adanya cedera pada kepala atau leher saat akana dinaikan menuju ambulan berulah
penyangga khusus terlebih dahulu.
Respon Resusitasi Cairan
Minimal or No
Rapid Response Transient Response
Response
Vital signs Return to normal Transient improvement, recurrence Remain abnormal
of decreased blood pressure and
increased heart rate
Estimated blood Minimal (10-20%) Moderate and ongoing (20-40%) Secere (>40%)
loss
Need for more Low Low to moderate Moderate as a bridge to
crystalloid transfusion
Need for blood Low Moderate to high Immediate
Blood preparation Type and Type-specific Emergency blood release
crossmatch
Need for operative Possibly Likely Highly likely
intervention
Daftar Pustaka
Antara, I Wayan Susa. 2021. Analisa Asuhan Keperawatan dengan Terapi Posisi Passive Leg Raising
(PLR) dalam Meningkatkan Tekanan Darah pada Tn.S yang Mengalami Syok Hipovolemik di
Ruang IGD RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2021. Diploma Thesis, Poltekkes Kemenkes
Denpasar.
Sari, Dina. 2019. Pengelolaan Pasien Syok Hipovolemik dengan Pemberian Resusitasi Cairan di IGD
RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi. Program Studi Profesi Ners. Poltekkes Kemenkes Semarang.
Ganesha, I, Ketut, I. 2016. Hypovolemic Shock. Faculty of Medicine. Udayana University.
Leksana, Ery. 2015. Dehidrasi dan Syok. CDK, 42 (5), 391-394.
Khrisna, I. 2017. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana.
Thank You