Fortifikasi Pangan
Fortifikasi Pangan
PANGAN
Sejarah Fortifikasi Pangan Indonesia
Peraturan Tahun
yodisasi 2007
garam tidak Tahun 1997 –
lagi 2001/2002
Pemerintah dilaksanakan Tahun
Belanda di karena 1994 Keberhasilan uji
Indonesia terbatasnya Penelitian coba fortifikasi
mengeluarkan pengawasan Dikeluarka fortifikasi zat vitamin A pada
peraturan nnya Inpres besi pada
minyak goreng
yodisasi wajib tepung terigu
Masa (1997) yang dan dilanjutkan
garam Kemerde- yodiumisas kemudian pada tahap
i garam
kaan 1945 mendorong produksi oleh dua
Tahun terbitnya SNI produsen minyak
1924 wajib fortifikasi goreng nasional
tepung terigu
Pengertian Fortifikasi
Codex Alimentarius
Fortifikasi didefinisikan sebagai penambahan satu atau lebih nutrisi penting pada
makanan dengan tujuan untuk mencegah atau mengoreksi kekurangan dari satu
atau lebih zat gizi yang ditunjukkan dalam populasi atau kelompok populasi
tertentu.
WHO/FAO
Jenis Fortifikasi
Penambahan Pemerintah
Fortifikasi Produsen
satu atau lebih mewajibkan secara
untuk makanan dengan
zat gizi mikro legal produsen
kelompok bebas memilih
pada pangan makanan untuk
tertentu makanan khusus
yang biasa menambahkan zat
sehingga sebagai tanggapan
dikonsumsi gizi mikro pada
asupan gizinya atas izin yang
masyarakat makanan dengan
meningkat diberikan
umum kategori tertentu
Program Fortifikasi Pangan Wajib di
Indonesia
Hot
Extrusio Prinsip kerja metode ini adalah menggunakan suhu dan
n tekanan tinggi pada bahan makanan yang difortifikasi.
Cold
Extrusio Teknik ini sama dengan Hot Extrusion. Perbedaannya
n terletak pada suhu yang digunakan.
Produk pangan yang diproduksi oleh industri dapat dikategorikan sebagai akanan
utama (meals) dan makanan selingan (snacks). Makanan selingan yang dapat
dikonsumsi secara berulang-ulang dalam seharinya, maka dosis fortifikasinya harus
rendah. Karena itu pada umumnya jumlah vitamin dan mineral yang
difortifikasikan pada produk pangan tidak melewati batas 20 % RDA per sajian.
Beberapa
jenis pangan
yang
difortifikasi
vitamin
Efikasi dan Efektivitas Fortifikasi
Efikasi fortifikasi pangan telah ditunjukkan secara konsisten dan sekarang
secara umum diterima. Efektivitas program fortifikasi tidak hanya
ditentukan oleh efikasi pangan yang difortifikasi tetapi juga oleh
kefektivitas pelaksanaan, pemantauan, kontrol kualitas serta pemenuhan
dan perbaikan masalah yang teridentifikasi.
Keberhasilan fortifikasi vitamin A telah ditetapkan di Filipina
dengan fortifikasi monosodium glutamat , margarin , dan roti
gandum.
Faktor utama kesuksesan fortifikasi tepung terigu di Indonesia
antara lain terciptanya lingkungan politik yang mendukung melalui
penempatan kebijakan gizi nasional pada rencana pembangunan
lima tahun (REPELITA III, 1989) dan memasukkan fortifikasi
pangan sebagai prioritas.
Sejak tahun 1994 dengan beberapa SNI, di Indonesia sudah
diberlakukan fortifikasi wajib untuk garam (dengan Yodium),
fortifikasi tepung terigu (dengan Fe, Zn, Asam Folat, Vitamin B1
dan B2), dan fortifikasi minyak goreng sawit dengan vitamin A.
Keamanan Fortifikasi
Penjaminan keselamatan diharuskan semua mitra dari industri
hingga konsumen melaksanakan peran mereka dalam sistem
fortifikasi. Pelaksanaan keselamatan yang efektif memerlukan
penegakan hukum dan peraturan, serta pemenuhan yang aktif dan
tepat terhadap standar yang ditetapkan.
Helmiyati,dkk., 2013
Contoh Produk Fortifikasi