Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN SEJUMLAH PENGANDAIAN NORMATIF

KELOMPOK 1
MELI JULIYATI
2105905010001
RAISA AISYANDA
2105905010002
SALSABILA DEA DEZANI
2105905010004
SYARIFAH MURNAWARDAH
2105905010006
YOLA DARA PHONNA
2105905010018
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
MULIJUL YUSRA
ETIKA ADMINISTRASI NEGARA
2105905010026
NAJAMUDIN, SE., M. Si
AGENDA
PEMBAHASAN
PENTINGNYA HUKUM-HUKUM
PERMASALAHAN ETIKA SOSIAL
MORAL

GARIS-GARIS BESAR LANDASAN


ETIKA DAN MORALITAS
ETIKA

MORAL SEBAGAI SEBUAH


PERTIMBANGAN MORAL
SISTEM NILAI
PENTINGNYA HUKUM-HUKUM
MORAL
Pentingnya kedudukan moralitas atau hukum moral bagi manusia sehingga
dalam banyak hal kemajuan peradaban suatu bangsa dapat diukur dari sejauh
mana individu-individu dalam bangsa tersebut dapat menjunjung tinggi
nilai-nilai moralitas.
PENTINGNYA KEDUDUKAN HUKUM MORAL BAGI
KEHIDUPAN MANUSIA
1. Hukum Moral Sangat Vital bagi Manusia
• Untuk kelestarian peradaban manusia, kesadaran akan moral mutlak diperlukan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi membuat interaksi individu menjadi sangat kompleks. Tidak dapat dibayangkan
bagaimana proses sosial itu akan berjalan dengan tertib andai kata kaidah-kaidah moral tidak lagi dipatuhi
oleh setiap individu.

2. Hukum Moral Bersifat Rasional dan Objektif


• Perbuatan yang bermoral menjadi sangat rasional jika dikaitkan dengan prinsip bahwa manusia selalu
berusaha menghindari perbuatan buruk yang bertentangan dengan hati nuraninya, karena seorang penjahat
kelas kakap yang paling keji sekalipun tidak pernah bermimpi jika anaknya akan menjadi bandit yang kejam.

3. Moralitas Terdiri dari Hukum-hukum Universal


Universalitas moral terdapat pada kenyataan bahwa prinsip moral berlaku bagi siapa saja, kapan saja, dan
di mana saja, tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
ETIKA DAN MORALITAS

• Etika berasal dari bahasa Yunani : ethos,


yang artinya kebiasaan atau watak.
• Moral berasal dari bahasa Latin : mos (jamak: mores)
• Etika berkenaan dengan displin ilmu yang
mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh yang artinya cara hidup atau kebiasaan.
manusia beserta pembenarannya dan dalam • Moral merujuk kepada tingkah laku yang bersifat
hal ini etika merupakan salah satu cabang spontan seperti rasa kasih, kemurahan hati, dsb, yang
filsafat. kesemuanya tidak terdapat dalam peraturan-peraturan
• Etika merupakan pokok permasalahan di hukum.
dalam displin ilmu itu sendiri yang nilai-nilai • Moralitas mempunyai makna yang lebih khusus
hidup dan hukum-hukum yang mengatur sebagai bagian dari etika. Moralitas berfokus pada
tingah laku manusia. hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang abstrak dan
bebas.
• Moralitas dimaksudkan untuk menetukan sampai
seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk
melaksanakan tindakan-tindakannya sesuai dengan
prinsip-prinsip etika dan moral.
MORAL SEBAGAI SEBUAH SISTEM NILAI

• Merupakan daya dorong internal dalam hati nurani manusia untuk


mengarah kepada perbuatan-perbuatan baik dan menghindari
perbuatan-perbuatan buruk.
• Dapat dirumuskan sebagai obyek dari keinginan manusia dan menjadi
pendorong utama bagi tindakan manusia dari berbagai macam nilai
yang mempengaruhi kompleksitas tindakan manusia.
1. Primer
Moral melibatkan suatu komitmen untuk bertindak dan merupakan landasan hasrat
(appetitive basis) yang paling utama sehingga termasuk kedalam nilai primer.
2. Rill
Nilai moral bukan sekedar semu. Orang yang berwatak hipokrit sesungguhnya tidak
mempercayai nilai-nilai moral yang bersangkutan.
3. Terbuka
Ciri universalitas dari moral mengharuskan adanya lingkup yang terbuka sebab sekali nilai
moral tertutup maka ia akan kehilangan universalitasnya. KARAKERISTIK
4. Bisa Bersifat Positif maupun Negatif
Secara historis kita dapat menyaksikan perubahan-perubahan penekanan dari nilai negatif
NILAI-NILAI
menjadi positif ataupun sebaliknya moral bisa berciri larangan-larangan maupun anjuran-
anjuran. MORAL
5. Orde Tinggi atau Arsitektonik
Nilai-nilai yang ordenya rendah (terutama orde pertama) tidak memiliki ciri intrinsik yang
mengatur nilai-nilai yang lainnya. Suatu pengaturan yang melibatkan segala macam
tindakan lainnya yang penting bagi moralitas, baik berupa ketaatan bagi peraturan maupun
pedoman spiritual.
6. Absolute
Moralitas pada manusia mestinya bebas dari sifat-sifat mementingkan diri sendiri yang
terdapat pada kehendak-kehendak relatif.
PERMASALAHAN ETIKA SOSIAL

• Etika sosial lebih banyak mengundang perdebatan karena masalah-masalah yang ada didalamnya
lebih mudah menimbulkan beragam pandangan dibandingkan dengan etika individual.
• Persoalan etika sosial menyeruak karena semakin kompleksnya kehidupan masyarakat modern
berbarengan dengan globalisasi masalah-masalah sosial, politik, ekonomi dan budaya.
• Jangkauan telaah etika sosial pun semakin luas, bukan saja melibatkan hubungan antar-kelompok
masyarakat namun juga antar-etnis atau negara.
• Pesatnya arus informasi yang kita alami di zaman modern untuk sebagian berpengaruh pula
terhadap situasi moral kita.
• Etika sosial juga mempersoalkan setiap pranata, semisal rumah tangga, sekolah, negara, dan
agama untuk memberi perintah yang harus ditaati. Bukan berarti bahwa etika sosial menolak
adanya norma dan mencegah berbagai pranata dalam masyarakat untuk menuntut ketaatan, tetapi
yang lebih dari itu adalah kepastian mengenai pertanggungjawaban.
GARIS-GARIS BESAR LANDASAN ETIKA
• NATURALISME
Naturalisme merupakan pembenaran-pembenaran hanya dapat dilakukan melalui pengkajian atas fakta,
mengahargai manusia. Contohnya manusia pada kodratnya adalah baik, sehingga ia harus dihargai dan menjadi
ukuran.
• INDIVIDUALISME
Paham ini menekankan bahwa setiap orang bertanggung jawab secara individual bagi dirinya. Dampak positif
dari individualisme adalah terpacunya prestasi dan kreativitas individu. Dampak negative bahwa setiap orang
akan mementingkan diri sendiri atau bersikap egosentris. Contohnya orang akan memiliki etos kerja yang kuat
dan selalu ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya.
• HEDONISME
Paham hedonisme adalah kebahagian dalam hal mencari kelezatan, kenikmatan, dan juga mencari kepuasan yang
tidak ada penderitaan. Didalam agama islam, paham hedonisme tidak dibenarkan karena Paham Hedonisme
adalah hasil karya berfikir dari orang non-muslim, dengan tokoh utamanya adalah Ariptippos dan Epikuros.
GARIS-GARIS BESAR LANDASAN ETIKA
• EUDAEMONISME
Eudaemonisme berarti bahagia atau kebahagiaan. Tujuan Eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan
rohaniah maupun badaniah. Contohnya kita minum obat untuk bisa tidur dan kita tidur untuk dapat memulihkan kesehatan.
• UTILITARIANISME
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk hasilnya tidak bermanfaat. Contoh
misalnya di satu sekolah ada penjual jajanan anak-anak yang menjual agar-agar dan gulali (harum manis) dan ternyata
pewarna yang digunakan adalah pewarna pakaian dengan merek KODOK bukan pewarna pasta makanan. Secara etis hal ini
sangat tidaklah beretika, karena akan merugikan orang lain namun dalam konsep utilitarinisme hal ini akan menghasilkan
keuntungan yang tidak sedikit bagi penjualnya karena dia mampu menggantikan pewarna yang mahal dengan pewarna yang
murah.
• IDEALISME
Paham ini timbul dari kesadaran akan adanya lingkungan normativitas bahwa terdapat kenyataan yang bersifat normative
yang memberikan dorongan kepada manusia untuk berbuat. Contoh sederhana, dalam sebuah pekerjaan, ketika kita tidak
menyukai pekerjaan itu dan akhirnya memilih mundur karena tidak sesuai dengan idealisme kita, pengertian idealisme di sini
bisa jadi, pekerjaannya tidak sesuai aturan yang ada, atau tidak sesuai kehendak atau minat hati.
PERTIMBANGAN MORAL

Pertimbangan Moral disini menyangkut tentang nilai-nilai moral dalam diri manusia
berlangsung demikian kompleks dalam hidup bermasyarakat dan mempunyai
faktor-faktor yang mendorong perilaku seseorang itu berpengaruh secara interaktif.
TAHAP-TAHAP PERTIMBANGAN MORAL (MORAL
REASONING)
1. Penilaian Sunderesis. Penilaian sunderesis mengatakan bahwa “yang baik mesti dilaksanakan” karena
seorang manusia memiliki kecenderungan naluriah untuk memilih yang baik.

2. Penilaian Tentang Ilmu Moral. Dalam mempertimbangkan suatu perbuatan dari sudut moral dan
etika, harus terlebih dahulu melihat kepada khazanah pemahaman moral yang dimiliki.

3. Penilaian Khusus Nir-pribadi (Non-Personal). Ciri yang menonnjol dari penilaian ini ialah
yang sifatnya masih umum misalnya “setiap orang miskin, siapa pun dia, harus dibantu”.

4. Penilaian Khusus Pribadi. Penilaian ini merujuk kepada pribadi baik itu menyangkut diri sendiri
maupun orang lain.

5. Penilaian Atas Pilihan Tindakan. Penilaian ini merupakan tahap terakhir seseorang sebelum
bertindak yaitu melakukan pemilihan tindakan yang harus diambil, dan akhirnya orang bertindak berdasarkan
keyakinan moralitas.
RINGKASAN/KESIMPULAN
• Etika cenderung berkenaan dengan nilai-nilai yang dianut oleh manusia dan pembenarannya dan hukum yang
mengatur tingkah laku manusia.
• moral ditekankan kepada karakter dan sifat-sifat individuyang khusus diluar peraturan yang bersifat spontan.
Moral merupakan suatu sistem nilai yang menjadi dasar bagi dorongan atau kecenderungan bertindak,
karakteristik nilai moral bersifat: premier, riil, terbuka, bisa bersifat positif maupun negatif, orde tinggi atau
arsitektonik, absolut.
• Permasalahan etika sosial timbul karena sifat dasar manusia egoisme dan altruisme dimana manusia sebagai
mahluk individu dan mahluk sosial. Egoisme merujuk kepadamementingan diri sendiri tanpa peduli hukum
dan kewajiban, altrusisme merujuk kepada berbuat untuk kepentingan orang lain. Kesosialan manusia
mencakup situasi individualitasmanusia dan kekhasan kepribadian manusia, sehingga manusia dapat saling
membantu dalamkebutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan tujuan etika.

Anda mungkin juga menyukai