KELOMPOK 1
MELI JULIYATI
2105905010001
RAISA AISYANDA
2105905010002
SALSABILA DEA DEZANI
2105905010004
SYARIFAH MURNAWARDAH
2105905010006
YOLA DARA PHONNA
2105905010018
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH
MULIJUL YUSRA
ETIKA ADMINISTRASI NEGARA
2105905010026
NAJAMUDIN, SE., M. Si
AGENDA
PEMBAHASAN
PENTINGNYA HUKUM-HUKUM
PERMASALAHAN ETIKA SOSIAL
MORAL
• Etika sosial lebih banyak mengundang perdebatan karena masalah-masalah yang ada didalamnya
lebih mudah menimbulkan beragam pandangan dibandingkan dengan etika individual.
• Persoalan etika sosial menyeruak karena semakin kompleksnya kehidupan masyarakat modern
berbarengan dengan globalisasi masalah-masalah sosial, politik, ekonomi dan budaya.
• Jangkauan telaah etika sosial pun semakin luas, bukan saja melibatkan hubungan antar-kelompok
masyarakat namun juga antar-etnis atau negara.
• Pesatnya arus informasi yang kita alami di zaman modern untuk sebagian berpengaruh pula
terhadap situasi moral kita.
• Etika sosial juga mempersoalkan setiap pranata, semisal rumah tangga, sekolah, negara, dan
agama untuk memberi perintah yang harus ditaati. Bukan berarti bahwa etika sosial menolak
adanya norma dan mencegah berbagai pranata dalam masyarakat untuk menuntut ketaatan, tetapi
yang lebih dari itu adalah kepastian mengenai pertanggungjawaban.
GARIS-GARIS BESAR LANDASAN ETIKA
• NATURALISME
Naturalisme merupakan pembenaran-pembenaran hanya dapat dilakukan melalui pengkajian atas fakta,
mengahargai manusia. Contohnya manusia pada kodratnya adalah baik, sehingga ia harus dihargai dan menjadi
ukuran.
• INDIVIDUALISME
Paham ini menekankan bahwa setiap orang bertanggung jawab secara individual bagi dirinya. Dampak positif
dari individualisme adalah terpacunya prestasi dan kreativitas individu. Dampak negative bahwa setiap orang
akan mementingkan diri sendiri atau bersikap egosentris. Contohnya orang akan memiliki etos kerja yang kuat
dan selalu ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya.
• HEDONISME
Paham hedonisme adalah kebahagian dalam hal mencari kelezatan, kenikmatan, dan juga mencari kepuasan yang
tidak ada penderitaan. Didalam agama islam, paham hedonisme tidak dibenarkan karena Paham Hedonisme
adalah hasil karya berfikir dari orang non-muslim, dengan tokoh utamanya adalah Ariptippos dan Epikuros.
GARIS-GARIS BESAR LANDASAN ETIKA
• EUDAEMONISME
Eudaemonisme berarti bahagia atau kebahagiaan. Tujuan Eudaemonisme adalah memperoleh kebahagiaan, baik kebahagiaan
rohaniah maupun badaniah. Contohnya kita minum obat untuk bisa tidur dan kita tidur untuk dapat memulihkan kesehatan.
• UTILITARIANISME
Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang bermanfaat hasilnya dan yang buruk hasilnya tidak bermanfaat. Contoh
misalnya di satu sekolah ada penjual jajanan anak-anak yang menjual agar-agar dan gulali (harum manis) dan ternyata
pewarna yang digunakan adalah pewarna pakaian dengan merek KODOK bukan pewarna pasta makanan. Secara etis hal ini
sangat tidaklah beretika, karena akan merugikan orang lain namun dalam konsep utilitarinisme hal ini akan menghasilkan
keuntungan yang tidak sedikit bagi penjualnya karena dia mampu menggantikan pewarna yang mahal dengan pewarna yang
murah.
• IDEALISME
Paham ini timbul dari kesadaran akan adanya lingkungan normativitas bahwa terdapat kenyataan yang bersifat normative
yang memberikan dorongan kepada manusia untuk berbuat. Contoh sederhana, dalam sebuah pekerjaan, ketika kita tidak
menyukai pekerjaan itu dan akhirnya memilih mundur karena tidak sesuai dengan idealisme kita, pengertian idealisme di sini
bisa jadi, pekerjaannya tidak sesuai aturan yang ada, atau tidak sesuai kehendak atau minat hati.
PERTIMBANGAN MORAL
Pertimbangan Moral disini menyangkut tentang nilai-nilai moral dalam diri manusia
berlangsung demikian kompleks dalam hidup bermasyarakat dan mempunyai
faktor-faktor yang mendorong perilaku seseorang itu berpengaruh secara interaktif.
TAHAP-TAHAP PERTIMBANGAN MORAL (MORAL
REASONING)
1. Penilaian Sunderesis. Penilaian sunderesis mengatakan bahwa “yang baik mesti dilaksanakan” karena
seorang manusia memiliki kecenderungan naluriah untuk memilih yang baik.
2. Penilaian Tentang Ilmu Moral. Dalam mempertimbangkan suatu perbuatan dari sudut moral dan
etika, harus terlebih dahulu melihat kepada khazanah pemahaman moral yang dimiliki.
3. Penilaian Khusus Nir-pribadi (Non-Personal). Ciri yang menonnjol dari penilaian ini ialah
yang sifatnya masih umum misalnya “setiap orang miskin, siapa pun dia, harus dibantu”.
4. Penilaian Khusus Pribadi. Penilaian ini merujuk kepada pribadi baik itu menyangkut diri sendiri
maupun orang lain.
5. Penilaian Atas Pilihan Tindakan. Penilaian ini merupakan tahap terakhir seseorang sebelum
bertindak yaitu melakukan pemilihan tindakan yang harus diambil, dan akhirnya orang bertindak berdasarkan
keyakinan moralitas.
RINGKASAN/KESIMPULAN
• Etika cenderung berkenaan dengan nilai-nilai yang dianut oleh manusia dan pembenarannya dan hukum yang
mengatur tingkah laku manusia.
• moral ditekankan kepada karakter dan sifat-sifat individuyang khusus diluar peraturan yang bersifat spontan.
Moral merupakan suatu sistem nilai yang menjadi dasar bagi dorongan atau kecenderungan bertindak,
karakteristik nilai moral bersifat: premier, riil, terbuka, bisa bersifat positif maupun negatif, orde tinggi atau
arsitektonik, absolut.
• Permasalahan etika sosial timbul karena sifat dasar manusia egoisme dan altruisme dimana manusia sebagai
mahluk individu dan mahluk sosial. Egoisme merujuk kepadamementingan diri sendiri tanpa peduli hukum
dan kewajiban, altrusisme merujuk kepada berbuat untuk kepentingan orang lain. Kesosialan manusia
mencakup situasi individualitasmanusia dan kekhasan kepribadian manusia, sehingga manusia dapat saling
membantu dalamkebutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan tujuan etika.