A
N G
I
t
p
N D . ,
A
U N G sc
O
P S YU I R
,
M
Kelompok 5:
Muhammad Chaliqga Saputra (41191097000042)
M E N
C O IS P M A
S Intan Sri Mustika (41191097000040)
N Khoirun nisa' (41191097000053)
Syifa Rizkia A. (41191097000043)
D A R
M
Rani Fitria
Sucita Dwi Ananda
(41191097000033)
(41191097000017)
U
Nurul Ainis Sakinah (41191097000087)
Syifa Munika (41191097000005)
Hestiawati (41191097000074)
Haka As'ada (41191097000065)
Ali Ridho Husein (41191097000071)
Riski Trimouli Gusti (41191097000044)
Ditria Puteri (41191097000010)
Tri Desi Damayanti (41191097000067)
Irnanda irawati (41191097000070)
SWAMEDIKASI
• Definisi Swamedikasi Menurut WHO Definisi swamedikasi adalah
pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional
oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit
(WHO, 2010).
• Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa swamedikasi merupakan salah
satu upaya yang sering dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala
sakit atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu
melakukan konsultasi kepada dokter (Depkes RI., 2006; Zeenot, 2013).
• Dasar hukum swamedikasi adalah peraturan Menteri Kesehatan No. 919
Menkes/Per/X/1993.
• Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan
obat-obat yang sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas
inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja,2010).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SWAMEDIKASI
KELEBIHAN KEKURANGAN
• Memudahkan masyarakat • Dapat membahayakan kesehatan
mendapatkan obat tanpa harus apabila tidak digunakan sesuai
datang ke dokter. dengan aturan.
• Hemat biaya. • Pemborosan biaya dan waktu
apabila salah menggunakan obat.
• Hemat waktu.
• Kemungkinan kecil dapat timbul
• Tidak membebani sistem pelayanan reaksi obat yang tidak diinginkan.
kesahatan.
• Tidak diperhatikannya KI obat
• Meningkatkan profit penjualan pada dengan kondisi pasien seperti hamil,
obat bebas, obat bebas terbatas dan menyusui, penggunaan untuk anak-
OWA ( bagi industry farmasi). anak dll.
Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah meyakinkan agar
produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang
digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga diharapkan dapat
memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan
harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter.
Informasi tentang obat dan penggunaannya perlu diberikan pada pasien saat konseling
untuk swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi
yang disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien.
INFORMASI YANG PERLU DISAMPAIKAN
1. Khasiat Obat
2. Kontraindikasi
3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada)
4. Cara pemakaian
5. Dosis
6. Waktu pemakaian
7. Lama penggunaan
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut
9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
10. Cara penyimpanan obat yang baik
11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak
TANGGUNG-JAWAB APOTEKER YANG LEBIH LUAS
1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan
informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk
yang tersedia untuk swamedikasi.
2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada
pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan
swamedikasi tidak mencukupi.
3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan kepada
lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan kepada produsen
obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki (adverse reaction) yang
terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi.
4. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota
masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus
dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa
indikasi yang jelas.
OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK SWAMEDIKASI
OBAT BEBAS
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan
dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
Cth: paracetamol, promag, suplemen vitamin.
OBAT BEBAS TERBATAS
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk
obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa
resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : CTM, betadine, bisolvon
TANDA PERINGATAN OBAT BEBAS TERBATAS
OBAT WAJIB APOTIK(OWA)
pada anak-anak dapat mengalami demam karena efek samping dari pemberian imunisasi
Binfar, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan, Jakarta
Aturan pemakaian
0 – 1 tahun : ½ - 1 sendok teh sirup, 3–4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
1 – 5 tahun : 1 – 1 ½ sendok teh sirup, 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
6-12 tahun : ½ - 1 tablet (250-500 mg), 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6
jam)
2. Aspirin
Indikasi : mengurangi demam, mengurangi rasa sakit, antiradang
Hal yang harus diperhatikan :
Aturan pemakaian harus tepat, diminum setelah makan atau bersama makanan
untuk mencegah nyeri dan perdarahan lambung.
Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan fungsi ginjal atau
hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi
Jangan diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risiko perdarahan lambung.
Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita yang menggunakan obat
hipoglikemik, metotreksat, urikosurik, heparin, kumarin, antikoagulan,
kortikosteroid, fluprofen, penisilin dan vitamin C.
Kontraindikasi :
Penderita alergi termasuk asma
Tukak lambung (maag) dan sering perdarahan di bawah kulit
Penderita hemofilia dan trombositopenia
Bentuk sediaan:
Tablet 100 mg
Tablet 500 mg
Aturan pemakaian:
Dewasa : 500 mg setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari)
Anak : 2 – 3 tahun : ½ - 1 ½ tablet 100 mg, setiap 4 jam
4 – 5 tahun : 1 ½ - 2 tablet 100 mg, setiap 4 jam
6 – 8 tahun : ½ - ¾ tablet 500 mg, setiap 4 jam
9 – 11 tahun : ¾ - 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam
>11 tahun : 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam
I H
AS
K A
T
A N
F
A
IM
A
M
R
R
E
E
B
T
A
G
O
M
E
S