Anda di halaman 1dari 33

KERATITIS (3A)

ANATOMI

Budiono, S. (Ed.). Buku ajar ilmu kesehatan mata. Airlangga University Press ; 2019.
STRUKTUR KORNEA
Deretan sel kubus semakin keluar semakin pipih,
daya regenerasi besar (5-7 hari), terdiri 5-6 lapis
sel.

Membran aseluler, jernih, terdiri dari kolagen yang


tersusun tidak teratur, tidak ada daya regenerasi.

Terdiri atas serabut kolagen diameter 1mm, bagian


paling tebal (90%).

Membran jernih, elastis, suatu membran basal


endotelium, sulit ditembus mikroorganisme.

Tidak memiliki daya regenerasi, jika mengalami


Budiono, S. (Ed.). Buku ajar ilmu kesehatan mata. kerusakan maka menimbulkan kekeruhan berat
Airlangga University Press ; 2019. dan permanen.
DEFINISI KERATITIS

Peradangan pada kornea dan


ditandai dengan edema kornea,
infiltrasi sel inflamasi, dan
kongesti silia

Singh P, Gupta A, Tripathy K. Keratitis. [Updated 2022 Feb 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/
ETIOLOGI KERATITIS
INFEKSI NON-INFEKSI

1. Penyebab lokal :
1. Keratitis bakteri
trikiasis, giant
2. Keratitis protozoa
papillae, benda asing
3. Keratitis jamur
di sulkus subtarsalis.
4. Keratitis virus
2. Penyakit pembuluh
5. Keratitis Helminths
darah kolagen.
3. Xeroftalmia.

Singh P, Gupta A, Tripathy K. Keratitis. [Updated 2022 Feb 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/
EPIDEMIOLOGI KERATITIS
Penyakit kornea  penyebab utama kebutaan
monokular di seluruh dunia

Insidensi keratitis mikrobial secara global sekitar


0,4 sampai 5,2 per 10.000 orang setiap tahunnya.

Kekeruhan kornea yang sebagian besar


disebabkan oleh keratitis menular adalah
penyebab utama keempat kebutaan secara
global dan bertanggung jawab atas 10%
gangguan penglihatan yang dapat dihindari di
dunia

Austin A, Lietman T, Rose-Nussbaumer J. Update on the management of infectious keratitis. Ophthalmology. 2017 Nov
1;124(11):1678-89.
PATOFISIOLOGI KERATITIS

Singh P, Gupta A, Tripathy K.


Keratitis. [Updated 2022 Feb 21].
In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing;
2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/boo
ks/NBK559014/
KLASIFIKASI KERATITIS BERDASARKAN LAPISAN YANG TERKENA

SUPERFICIAL PUNCTATA PROFUNDA INTERSTISIAL

Mengenai
lapisan epitel Mengenai
atau membran DENDRITIK lapisan stroma
bowman

NUMULAR

GEOGRAFIK Singh P, Gupta A, Tripathy K. Keratitis. [Updated 2022 Feb


21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/
KLASIFIKASI KERATITIS BERDASARKAN ETIOLOGI
Keratitis Penyebab lokal :
INFEKSI NON-INFEKSI
bakteri trikiasis, giant
papillae, benda
Keratitis asing di sulkus
Virus subtarsalis.

Penyakit pembuluh
Keratitis
darah kolagen.
jamur
Xeroftalmia.
Keratitis
Protozoa
Singh P, Gupta A, Tripathy K. Keratitis. [Updated 2022
Keratitis Feb 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
Helminths StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/
KERATITIS BAKTERI
ETIOLOGI

Gram Positif Gram Negatif


Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa
Streptococcus pyogenes Neisseria gonorrhoeae
Corynebacterium diphtheriae Neisseria meningitidis
Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenzae

MANIFESTASI KLINIS
Mata merah, nyeri, fotofobia, penglihatan kabur dan adanya sekret
mukopurulen atau purulen.

PEMERIKSAAN FISIK
Infiltrat batas tegas, warna kelabu, umumnya disertai hipopion,
pembengkakan kelopak mata.
Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS BAKTERI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Corneal scraping, swab konjungtiva, pewarnaan gram, kultur dan uji sensitivitas serta Fluorescein test.

Pada Fluorescein test, keratitis bakteri didapatkan hasil pada bagian kornea yang kehilangan epitel
tampak kuning kehijauan bila dilihat di bawah cahaya UV.

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert
consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS BAKTERI
TATA LAKSANA
Antibiotik topikal
Antibiotik sistemik
- N. Meningitidis : benzilpenisilin
intramuskular, ceftriaxon atau cefotaxim,
atau ciprofloxacin oral.
- H. influenzae harus diobati dengan
amoksisilin oral dengan asam klavulanat.
- N. gonorrhoeae membutuhkan
sefalosporin generasi ketiga seperti
Ceftriaxon.

1. Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
2. Austin A, Lietman T, Rose-Nussbaumer J. Update on the management of infectious keratitis. AAO. 2017 Nov 1;124(11):1678-89.
KERATITIS VIRUS (HERPES SIMPLEX VIRUS)
ETIOLOGI
HSV-1 dan HSV-2. Infeksi primer saat bayi dan virus menetap di
ganglion trigeminus
MANIFESTASI KLINIS
Ketidaknyamanan ringan-sedang, mata kemerahan, fotofobia,
berair, dan penglihatan kabur.
PEMERIKSAAN FISIK
- Sel epitel opak bengkak yang tersusun dalam pola pungtata
atau stellata kasar
- Lesi epitel berbentuk dendritik/ geografik.
- Sensibilitas kornea berkurang.

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS VIRUS (HERPES SIMPLEX VIRUS)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Scraping kornea dan kultur.
- PCR dan imunositokimia.
- Pewarnaan Giemsa menunjukkan giant cell berinti banyak.
- Pewarnaan Rose Bengal menunjukkan lesi dendritik pada epitel.
- Titer serologis HSV meningkat hanya pada infeksi primer.
- Pada Fluorescein test : Deskuamasi sentral nampak bercabang
linier (dendritik).

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS VIRUS (HERPES SIMPLEX VIRUS)
TATA LAKSANA
• Topikal :
- Salep Acyclovir 3% dan gel ganciclovir 0,15%, masing-masing
diberikan 5x sehari. 99% sembuh dalam waktu dua minggu.
- Trifluridine digunakan bertahap hingga 9x sehari.
- Debridement : Yodium dan cotton bud.
• Oral :
- Acyclovir 200-400 mg 5x sehari selama 5-10 hari
• Sikloplegia : Homatropin 1% sekali atau dua kali sehari
• Hindari trigger : UV, aspirin saat menstruasi, stres psikologis

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS VIRUS (HERPES ZOSTER VIRUS) /
HERPES ZOSTER OPHTHALMICUS (HZO)
ETIOLOGI
Reaktivasi virus varicella-zoster pada divisi oftalmik saraf
trigeminal. Invasi virus langsung dapat menyebabkan
konjungtivitis dan keratitis epitel
MANIFESTASI KLINIS
Mata kemerahan, fotofobia, berair, dan penglihatan kabur.
PEMERIKSAAN FISIK
- Sel epitel permukaan kornea yang membengkak pada Keratitis
Punctate epithelial
- Infiltrat bebentuk dendritik
- Keratitis numularis biasanya berkembang di lokasi lesi epitel
Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s sekitar 10 hari setelah timbulnya ruam.
Clinical Ophthalmology: A
- Keratitis stroma (interstisial) berkembang sekitar 3 minggu
systematic Approach, 9th edition.
Expert consult. Elsevier; 2015. setelah timbulnya ruam.
KERATITIS VIRUS (HERPES ZOSTER)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pewarnaan Rose Bengal lebih baik dibandingkan dengan
fluorescein.
- Hasil : nampak lesi dendritik yang lebih kecil dan lebih halus dari
dendrit herpes simpleks dan memiliki ujung meruncing tanpa
terminal bulbs.

TATA LAKSANA
Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s
Clinical Ophthalmology: A - Antivirus topikal : Salep Acyclovir 5x sehari
systematic Approach, 9th edition. - Steroid topikal (kontroversial)
Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS JAMUR
ETIOLOGI
Ragi (yeast) Jamur berfilamen
Genus Candida : Genus Fusarium dan Aspergillus :
organisme uniseluler organisme multiseluler yang
berbentuk bulat menghasilkan proyeksi tubular
telur. yang dikenal sebagai hifa

MANIFESTASI KLINIS
Onset bertahap dari rasa nyeri, mata terasa berpasir, fotofobia,
penglihatan kabur dan sekret encer atau mukopurulen.
Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS JAMUR
PEMERIKSAAN FISIK
- Keratitis candida nampak infiltrat supuratif padat berwarna
kuning-putih.
- Keratitis filamentosa nampak adanya infiltrat stroma abu-abu
atau kuning-putih dengan batas halus yang tidak jelas.
- Infiltrasi progresif, seringkali dengan lesi satelit juga muncul.
- Perpanjangan seperti cabang berbulu atau infiltrat
berbentuk cincin juga dapat terjadi.

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS JAMUR
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan kalium hidroksida (KOH) dan evaluasi mikroskopis
langsung  cepat yang sangat sensitif.
- Pewarnaan Gram dan Giemsa 50% sensitif.
- Pewarnaan lainnya yakni asam periodik-Schiff, calcofluor white dan
methenamine silver
- Pemeriksaan kultur hasil corneal scraping pada Sabouraud agar
dekstrosa atau blood agar
- Polymerase chain Reaction (PCR) sensitif 90%
- Tes fluorescein yang menunjukkan warna biru kobalt.
- Biopsi kornea (untuk keratitis jamur tidak membaik 3-4 hari). Jamur
berfilamen cenderung berkembang biak tepat di depan membran
Descemet

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS JAMUR
TATA LAKSANA
Antijamur topikal  awal : diberikan setiap jam selama 48 jam dan kemudian dikurangi jika
klinis membaik. Kebanyakan antijamur hanya bersifat fungistatik, pengobatan harus
dilanjutkan setidaknya selama 12 minggu.
Infeksi Candida :
- Amfoterisin B 0,15% atau ekonazol 1%; alternatif termasuk natamycin 5%, fluconazole 2%,
clotrimazole 1% dan voriconazole 1 atau 2%
Infeksi Filamen :
- Natamycin 5% atau econazole 1%; alternatifnya adalah amfoterisin B 0,15%, mikonazol 1%
dan vorikonazol 1 atau 2%.
Antibiotik spektrum luas juga dapat dipertimbangkan untuk mengatasi atau mencegah
koinfeksi bakteri.
Flukonazol subkonjungtiva dapat digunakan pada kasus yang parah.
Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS JAMUR
TATA LAKSANA
Antijamur sistemik
- Diberikan pada kasus yang parah, lesi berada di dekat limbus, dan dugaan endoftalmitis.
- Vorikonazol 400 mg 2x sehari selama 1 hari kemudian 200 mg 2x sehari
- Itrakonazol 200 mg 1x sehari, dikurangi menjadi 100 mg 1xsehari, atau
- Flukonazol 200 mg 2 kali sehari.
- Tetrasiklin (misalnya : Doksisiklin 100 mg dua kali sehari) dapat diberikan untuk efek
antikolagenasenya bila terjadi penipisan yang signifikan .

Keratektomi superfisial bisa efektif untuk menghilangkan lesi secara massal dipertimbangkan bila
terapi medis tidak efektif atau setelah perforasi

1. Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
2. Austin A, Lietman T, Rose-Nussbaumer J. Update on the management of infectious keratitis. AAO. 2017 Nov 1;124(11):1678-89.
KERATITIS PROTOZOA
ETIOLOGI
Acanthamoeba spp umumnya ditemukan di tanah, air tawar atau payau
dan sistem saluran pernapasan atas.

MANIFESTASI KLINIS
Penglihatan kabur dan ketidaknyamanan; nyeri, mata merah, fotofobia

PEMERIKSAAN FISIK
Permukaan epitel tidak teratur dan keabu-abuan, Pseudodendrit epitel
menyerupai lesi herpetik
Perkembangan infiltrasi dapat berlanjut menjadi pembentukan awal
dari abses cincin dan pencairan kornea .

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS PROTOZOA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pewarnaan kerokan kornea menggunakan asam periodik-Schiff atau calcofluor
white
- Kultur pada Agar-agar non-nutrisi diunggulkan dengan E. coli mati yang
dikonsumsi trofozoit.
- Pewarnaan Gram dan Giemsa juga dapat menunjukkan kista.
- Tes fluorescein nampak dendritik melingkar yang menunjukkan ulkus dengan
area yang terisi fluoescein

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS PROTOZOA
TATA LAKSANA
Debridement
Topikal :
- Polyhexamethylene biguanide (PHMB) 0,02% dan chlorhexidine (0,02%) membunuh
trofozoit dan bersifat cysticidal.
Respon yang jelas mungkin memakan waktu 2 minggu
Kontrol nyeri dilakukan dengan antiinflamasi nonsteroid oral.
Keratoplasti terapeutik mungkin diperlukan untuk pasien yang resisten termasuk perforasi

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS HELMINTHS
ETIOLOGI
Onchocerca volvulus vektornya adalah lalat hitam Simulium. Onchocerciasis
berefek pada mata dan merupakan penyebab terbanyak kedua terjadinya
kebutaan

MANIFESTASI KLINIS
Gatal, kemerahan, nyeri, fotofobia, keratitis difus, dan penglihatan kabur.

PEMERIKSAAN FISIK
Keratitis punctata (snowflake opacities) merupakan manifestasi yang
muncul dan mempengaruhi sepertiga pasien yang terdiri dari infiltrat di
sekitar mikrofilaria mati.
Keratitis sklerosis yang berkembang lambat dan akhirnya dapat melibatkan
seluruh kornea

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
KERATITIS HELMINTHS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biomikroskopi slit-lamp : Dapat dilihat di kornea dan bilik mata depan
Mikroskop skin snip, biopsi kulit dilakukan untuk mengidentifikasi larva secara
mikroskopis setelah sampel direndam dalam larutan garam.

Tes serologi untuk antibodi antifilaria terhadap imunoglobulin G (IgG) dan IgG4
melalui uji ELISA  Hasil IgG positif menunjukkaan kemungkinan paparan, Hasil
IgG4 positif menunjukkan infeksi filaria aktif

TATALAKSANA
Ivermectin untuk pengobatan massal onchocerciasis terbukti menghambat
perkembangan atrofi optik, mengurangi kehilangan bidang visual, dan mengurangi
keparahan keratitis. Iridocyclitis dapat terjadi akibat terapi ivermectin dan dapat
diobati dengan steroid dan tetes sikloplegik.
Moxidectin adalah obat baru yang mungkin lebih unggul dari ivermectin.
Suramin efektif melawan cacing dewasa. Ini diberikan secara intravena.

Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A systematic Approach, 9th edition. Expert consult. Elsevier; 2015.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
- Injeksi Siliar
TRIAS - Edema kornea

- Fotofobia (takut sinar,


ANAMNESIS PEMERIKSAAN - Terdapat infiltrat pada
FISIK kornea
silau) oleh karena nyeri, - Penurunan Visus
- Blefarospasme (refleks
menutup mata) dan PEMERIKSAAN
- Epifora (air mata PENUNJANG 1. Bowling, B., Kanski, J.J. Kanski’s
berlebihan / nerocoh) Clinical Ophthalmology: A systematic
- Pada Keratitis herpes Approach, 9th edition. Expert consult.
simplex tidak Elsevier; 2015.
didapatkan nyeri 2. Budiono, S. (Ed.). Buku ajar ilmu
kesehatan mata. Airlangga University Press
- Bio-mikroskop/slit lamp ; 2019.
- Fluorescein test 3. Singh P, Gupta A, Tripathy K. Keratitis.
- Corneal scraping [Updated 2022 Feb 21]. In: StatPearls
- Pewarnaan gram [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
- Publishing; 2022 Jan-. Available from:
Pemeriksaan KOH 10 %. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK5
- Kultur 59014/
GRADE KERATITIS

1. Parmar P, Salman A, Kalavathy


CM, Kaliamurthy J, Thomas PA,
Jesudasan CA. Microbial keratitis
at extremes of age. Cornea. 2006
Feb 1;25(2):153-8.
2. Thatte S, Choudhary U, Sharma B.
Efficacy of amniotic membrane
transplantation in refractory
infective keratitis leading to stromal
thinning, descematocele and
perforations. JOJ Ophthal.
2017;3(3):555611.
DIAGNOSIS BANDING
KONJUNGTIVITIS ULKUS KORNEA GLAUKOMA AKUT
Nyeri Ringan Sedang Hebat dan menyebar

Sekret Sering purulen Hanya epifora Tidak ada


Kornea Jernih Infiltrat, menggaung Edema
Visus Normal Menurun Menurun
Injeksi Konjungtival Siliar Episklera

Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul dari keratitis :


• Toxic iridocyclitis,
• Secondary glaucoma,
• Descemetocele
• Perforation of corneal ulcer dan berlanjut menjadi endoftalmitis

Singh P, Gupta A, Tripathy K. Keratitis. [Updated 2022 Feb 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/
PROGNOSIS
- Prognosis tergantung pada tingkat keparahan, kecepatan pertolongan,
mikroorganisme penyebab, serta ada tidaknya komplikasi.
- Keratitis secara keseluruhan membutuhkan waktu lebih lama untuk
penyembuhan.
- Keratitis bakteri sembuh relatif lebih awal daripada Keratitis jamur.
- Keratitis Acanthamoeba mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk
remisi lengkap.
- Jaringan parut kornea adalah hasil yang paling umum setelah Keratitis dan
ulkus kornea.
- Kasus-kasus ini dapat dikelola kemudian dengan kacamata atau dengan
iridektomi optik atau keratoplasti optik untuk memulihkan penglihatan.
- Penggunaan steroid topikal sebelumnya pada keratitis jamur dan
Acanthamoeba memperburuk prognosis.

Singh P, Gupta A, Tripathy K. Keratitis. [Updated 2022 Feb 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559014/
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai