Anda di halaman 1dari 23

IMPETIGO NEONATURUM

Novita Leny Giawa


102119075

Pembimbing :
Dr. Hj. Hervina, Sp.KK, FINSDV, MKM

DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RSUDNDR R.M DJOELHAM BINJAI
2021
1. DEFINISI

Impetigo merupakan pioderma


superfisialis dimana infeksi
berbatas pada epidermis.
Pada dasarnya impetigo dibagi
menjadi dua, yaitu bulosa dan non
bulosa (krustosa)

(Ramhmadani, 2016)
1.1 Klasifikasi
Impetigo terjadi dalam 2 bentuk: bulosa dan nonbullous

01 Impetigo non bulosa / impetigo krustosa


Impetigo non bulosa, juga dikenal sebagai
impetigo contagiosa, adalah infeksi kulit
yang paling umum pada anak-anak,
terhitung sekitar 10% dari semua masalah
kulit di klinik anak.

02 Impetigo bulosa
Impetigo bulosa adalah eritroderma
yang dimediasi oleh toksin di mana
lapisan epidermis kulit mengelupas,
mengakibatkan hilangnya kulit di
area yang luas

(Lewis., 2019), (Tiyas et al., 2018).


 
03 Impetigo Neonaturum

Impetigo neonatorum
merupakan varian impetigo
bulosa yang terdapat pada
neonatus. Kelainan serupa
dengan impetigo bulosa, tetapi
lokasinya lebih menyeluruh.
Demam juga dapat terjadi.

(Halim, 2018)
2. ETIOLOGI
 Impetigo bulosa disebabkan oleh
Staphylococcus aureus

 Impetigo nonbulosa (krustosa)


disebabkan oleh S. Aureus,
streptokokus, atau kedua
organisme tersebut bersama-sama.

(Ghazvini et al., 2017)


3. EPIDEMIOLOGI

10% 2 tahun

 Dapat mengenai semua ras


Insiden impetigo terjadi di
Pada neonatus, infeksi  Secara keseluruhan, insiden pada
seluruh negara di dunia dan
angka kejadiannya selalu sering muncul dalam 2 laki laki dan perempuan sama,
meningkat dari tahun ke minggu pertama namun pada orang dewasa
tahun. Laporan kasus kehidupan, dan daerah impetigo lebih sering terjadi
impetigo yang diamati intertriginous (lipatan) pada laki-laki.
biasanya terkena.  Impetigo terjadi pada individu-
kurang lebih 10% dari
masalah kulit di klinik individu dari segala usia, tetapi
pediatrik. paling sering terjadi pada anak-
anak usia 2-5 tahun.
(Ghazvini et al., 2017)
4. FAKTOR RESIKO

● Kontak langsung dengan penderita impetigo


atau dengan benda-benda yang
terkontaminasi (handuk, pakaian atau
tempat tidur)
● Kondisi yang padat seperti tempat penitipan
anak
● Cuaca yang hangat dan lembab
● Memiliki riwayat dermatitis kronis,
terutama dermatitis kontak

(Ghazvini et al., 2017)


5. PENEGAKKAN DIAGNOSIS

a. Anamnesis
 Penderita datang ke dokter dengan keluhan
timbul lepuh mendadak pada kulit.
 Pada bayi, dapat disertai gejala umum seperti
demam, lemas, dan diare.
 Pasien juga sering mengeluh gatal atau rasa
sakit pada lesi.

(Kasus et al., 2018)


b. Pemeriksaan Fisik
 Lokasi: Dapat mengenai seluruh bagian tubuh tetapi paling sering mengenai kulit
kepala, muka, batang tubuh dan ekstremitas, dan dapat mempengaruhi area
anogenital dan bokong bayi.

 Efloresensi impetigo nenonaturum :


Lesi awal berupa vesikel kecil menjadi bula, lunak (flaccid), dinding tebal, miliar-
lentikular berukuran kurang dari 3 cm, kulit sekitarnya tak menunjukkan
peradangan kadang-kadang tampak hipopion. awal lesi berisi cairan kuning jernih
kemudian mengalami perubahan menjadi berwarna kuning gelap, 1-2 hari bula
akan pecah dan membentuk krusta tipis berwarna coklat terang sampai kuning
keemasan, pustul, bula berbatas tegas, serta membentuk erosi tanpa krusta.
Terdapat skuama dan koloret. Bula cepat menjalar, timbul pada pagi dan sore hari
bisa bertambah banyak.

(Desfriandi, 2019
C. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan
Langsung
darah tepi
Dapat juga ditemukan Pewarnaan Gram langsung
Kultur
leukositosis pada menunjukkan banyak sel nanah
pemeriksaan darah tepi, dan kokus gram positif
Biakan daerah yang bersekret terutama pada infeksi intraseluler dalam kelompok
atau di bawah krusta akan yang disebabkan oleh
ditemukan biakan Streptococcus.
Streptococcus dan
Staphylococcus.

(Ramhmadani, 2016) (Duggal et al., 2016).


Lanjutan…

2. histopatologi

Vesikel formasi subkorneum atau


stratum granulosum, sel
akantolisis, edema papila dermis,
serta infiltrat limfosit dan neutrofi
di sekitar pembuluh darah pada
pleksus superfisial

Gambar. Hitopatologi
impetigo neonaturum

(Imaligy., 2016).
Exfoliatin (extracelullar exfoliative toxin)
6. Staphylococcus aureus tipe A dan B

PATOGENESIS kemudian
seperti
Adanya defek imun, meningkatkan
risiko terjadinya infeksi.
Ekskoriasi superfisial,
kemudian pada
infeksi jamur pada sela
jari kaki, pembedahan,
trauma, luka bakar, Pasien imunodefisiensi dan pasien
kateter intravaskular granulomatosa kronik

Sehingga

Netrofil tidak dapat menghancurkan Staphylococcus


aureus dan terjadi peningkatan kolonisasi bakteri
Lepuh yang timbul berdinding
sehingga tipis dan kendur dengan tanda
Nickolsky positif.
Infeksi bakteri penghasil toksin meningkat

kemudian sehingga
menyebabkan
ETs (Toksin Exsoliatif) memecah epidermis
sehingga Biasanya epidermolisis terjadi di
selanjutnya antara stratum spinosum dan
(Damayanti., 2019). Sel kehilangan daya adesinya granulosum
7. PATOFISIOLOGI
Kerusakan kulit, immunodeficiency

menyebabkan

Invasi bakteri Staphylococcus aureus 

kemudian menyebabkan

Inflamasi
Eksfoliatif Toxin A
kemudian terjadi
akan
Vasodilatasi pembuluh darah
Merusak Desmosom akan menyebabkan

menyebabkan Permeabilitas kapiler meningkat


sehingga
Sel kehilangan adhesi
Cairan ke ruang antar sel
Sehingaa terjadinya

Bulla-Vesikel Sehingaa terjadinya


(Adiprayoga et al., 2016).
8. DIAGNOSA BANDING

1. Impetigo 2.Eritema toxikum 3. Sifilis


Neonaturum neonaturum Kongenital
Etiologi Subjek Predileksi Efloresensi
Impetigo Staphylococcus keluhan timbul lepuh Dapat mengenai Lesi dari vesikel kecil menjadi bula,
neonaturum aureus mendadak pada kulit. seluruh bagian tubuh, lunak (flaccid) berukuran <3 cm,
Pada bayi, dapat paling sering mengenai awalnya lesi berisi cairan kuning
disertai gejala umum kulit kepala, muka, jernih kemudian berubah menjadi
seperti demam, lemas, batang tubuh dan berwarna kuning kegelapan, 1-2 hari
dan diare. ekstremitas, dan dapat bula pecah dan membentuk krusta
mempengaruhi area tipis berwarna coklat terang sampai
anogenital dan bokong kuning keemasan, pustule, miliar-
bayi. lentikular berbatas tegas
Eritem Toxikum Tidak Ruam merah dan Di pipi, dahi, seluruh Bercak makula Eritema, Makula
Neonaturum diketahui. benjolan putih atau wajah, dada, badan, tidak teratur, pucat, ukurannya
Namun berbagai kekuningan terlihat ekstremitas dan pada bervariasi. kasus parah muncul bintil
teori kecil kulit skrotum. atau papula berwarna kuning atau
mengatakan putih pucat pada dasar, timbul
bahwa karena pustula 2-4 mm.
peningkatan
folikel rambut
Sifilis Kongenital Treponema sifilis kongenital datang Wajah, kuku, rambut, Dini: adanya bula bergerombol,
pallidum yang dengan tanda dan gejala tulang, kelenjar getah umur 2-3 minggu berbentuk papul
termasuk dalam asimtomatik saat lahir. bening, organ dalam, simetris, mulut terdapat plaques
famili Temuan klinis menjadi dalam darah, mata, muqueuses.
Spirochaetaceae. jelas beberapa bulan telapak kaki
pertama kehidupan; spt Lanjut Guma, infiltrat sirkumskrip,
ikterik dan kelainan lentikular sampai sebesar telur ayam,
organ lunak, solitar/multipel dan asimetrik.
9. PENATALAKSANAAN
b. FARMAKOLOGI
Topikal
a. NON- FARMAKOLOGI 1. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2% harus
diterapkan tiga kali sehari selama 7-10 hari
 Menjaga kebersihan dan Sistemik
menghilangkan faktor-faktor 2. Asam Amoksisilin-Klavulanat (Augmentin) Bayi <3
predisposisi. bulan: 30 mg / kgBB / hari po 2x1 selama 10 hari
 Jika bula besar dan banyak, 3. Cefuroxime (Ceftin, Zinacef) : Bayi dan anak 3 bulan-
sebaiknya dipecahkan, 12 tahun 30 mg / kg / hari (maks 1 g / hari) dibagi
selanjutnya dibersihkan dengan 4. - Erythromycin (Berbasis Berat): Basis eritromisin:
antiseptik (betadine). 30-50 mg / kg / hari dalam 2-4 dosis terbagi x 5-7
 Mencuci bersih daerah lesi hari; Max 2 g / hari
dengan sabun dan air mengalir - Erythromycin ethylsuccinate: 30-50 mg / kg / hari
dan mandi 2x sehari dlm 2-4 dosis terbagi x 5-7 hari; Max 3,2 g / hari
- Basis stearat eritromisin: 30-50 mg / kgBB / hr
dlm 2-4 dosis terbagi x

(Lisa S Lewis, 2019)


10. KOMUNIKASI DAN EDUKASI
1. Edukasi kepada anggota keluarga penderita untuk meningkatkan
kebersihan perorangan dan lingkungan

2. Menghindari faktor predisposisi dan memperbaiki faktor


komorbiditas yang ada

3. Kuku anak harus tetap gunting dan dikikir untuk menghindari


inokulasi otomatis dengan menggaruk luka

4. Pasien yang terinfeksi impetigo harus menggunakan handuk dan


waslap bersih setiap saat, Mencuci tangan dengan air hangat dan
sabun antibakteri, menjaga kebersihan lingkungan
(Adiprayoga et al., 2016
& Ghazvini et al., 2017).
11. KOMPLIKASI

selulitis, sepsis, limfangitis, limfadenitis,


bakteremia, dan post streptococcal
glomerulonephritis (PSGN). PSGN adalah
komplikasi yang serius dan lebih sering
timbul pada infeksi yang disebabkan oleh
streptococcus

(Damayanti., 2019).
12.PROGNOSIS

 Impetigo umumnya sembuh dalam 2-3


minggu, bahkan tanpa pengobatan. Namun,
tingkat kesembuhan yang lebih tinggi
terlihat dengan penggunaan obat-obatan dan
mengurangi risiko penyebaran infeksi.
 Impetigo bulosa neonaturum dapat sembuh
tanpa pengobatan dalam 2–3 minggu tanpa
sekuele. Pemberian terapi pada kasus
impetigo bulosa akan mempercepat
penyembuhan pasien dan menurunkan
risiko penyebaran infeksi

(Damayanti., 2019).
13. PROFESIONALISME
● Membantu pasien dengan
memberikan pengobatan yang
sesuai dengan keparahan gejala
pasien.

● Bila keluhan tidak membaik maka


rujuk ke dokter spesialis kulit dan
anak untuk dilakukan tindakan
lebih lanjut.
14. KESIMPULAN
1. DEFINISI Impetigo neonatorum merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus.

Anamnesis: Penderita datang ke dokter dengan keluhan timbul lepuh mendadak pada
kulit. Pada bayi, dapat disertai gejala umum seperti demam, lemas, dan diare. Pasien juga
sering mengeluh gatal atau rasa sakit pada lesi.

Pemeriksaan Fisik: vesikel kecil menjadi bula lembek (flaccid) miliar-lentikular berukuran
2.PENEGAKAN kurang dari 3 cm, awalnya lesi berisi cairan kuning jernih kemudian berubah menjadi
DIAGNOSA berwarna kuning kegelapan, pustule, bula kendor berbatas tegas dan mudah pecah serta
membentuk erosi tanpa krusta. Terdapat skuama dan koloret.

Pemeriksaan penunjang: Histopatologi Vesikel formasi subkorneum atau stratum


granulosum, sel akantolisis, edema papila dermis, serta infi ltrat limfosit dan neutrofi di
sekitar pembuluh darah pada pleksus superfisial
Non-Farmakologi:
 Mencuci bersih daerah lesi dengan dengan sabun dan air mengalir dan mandi 2x
sehari
 Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan, selanjutnya dibersihkan dengan
3. TERAPI
antiseptik (betadine).
Farmakologi:
Topikal : Topikal dapat diberikan bedak salisil 2% harus diterapkan tiga kali sehari
Sistemik
1. Asam Amoksisilin-Klavulanat (Augmentin) Bayi <3 bulan: 30 mg / kg / hari po
dibagi q12h x 10 hari
2. Cefuroxime (Ceftin, Zinacef) : Bayi dan anak 3 bulan-12 tahun 30 mg / kg / hari
Lanjutan.. (maks 1 g / hari) dibagi q12h x 10 hari
terapi 3. Erythromycin (Berbasis Berat): Basis eritromisin: 30-50 mg / kg / hari dalam 2-4
dosis terbagi x 5-7 hari; Max 2 g / hari
- Erythromycin ethylsuccinate: 30-50 mg / kg / hari dlm 2-4 dosis terbagi x 5-7 hari;
Max 3,2 g / hari
- Basis stearat eritromisin: 30-50 mg / kgBB / hr dlm 2-4 dosis terbagi x
1. Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan
2. Menghindari faktor predisposisi dan memperbaiki faktor komorbiditas yang ada
3. Kuku harus tetap gunting dan dikikir untuk menghindari inokulasi otomatis
4. EDUKASI
dengan menggaruk luka
4. harus menggunakan handuk dan waslap bersih setiap saat, Mencuci tangan
dengan air hangat dan sabun antibakteri, menjaga kebersihan lingkungan

selulitis, sepsis, limfangitis, limfadenitis, bakteremia, dan post streptococcal


5. KOMPLIKASI glomerulonephritis (PSGN).

Impetigo bulosa neonaturum dapat sembuh tanpa pengobatan dalam 2–3 minggu
6. PROGNOSIS tanpa sekuele.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai