Anda di halaman 1dari 22

PERBANDINGAN

BENTUK DAN SISTEM


PEMERINTAHAN

Dr. HERMAN KADIR


1. Perbandingan Bentuk Pemerintahan
A. Bentuk Republik

Pemerintah republik terbagi menjadi dua yaitu pemerintahan republik


serikat dan pemerintahan republik kesatuan. Pemerintahan republik
serikat terbagi menjadi republik serikat parlementer (india) dan republik
serikat presidentil (amerika serikat), sedangkan pemerintahan republik
kesatuan dibagi menjadi republik kesatuan parlementer (perancis) dan
republik kesatuan presidentil (indonesia). Sejarah pembentukan
pemerintahan republik lebih didasarkan atas suatu pertimbangan aspek
yuridis yang dilakukan oleh suatu golongan masyarakat yang
berkehendak memproklamasikan beerdirinya sebuah negara. Menurut
jellinek perbedaan antara republik dan kerajaan itu ditentukan oleh cara
pembentukan kehendak negara (nach der art der staatlichen
willensbildung). Dalam praktek kehidupan kehidupan kenegaraan didalam
pemerintahan republik terjadi unsur penyimpangan, ada 2 (dua)
pemerintahan republik yaitu pemerintahan absolut (republik kediktatoran)
dan pemerintahan republik demokratik.
Pemerintahan republik absolut merupakan bentuk pemerintahan yang
mengatas namakan rakyat tetapi sesungguhnya dalam kenyataannya
kekuasaan rakyat hanya semata-mata dilakukan oleh penguasa tertinggi
didalam negara. Kekeuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif berada
pada satu tangan. Sedangkan pemerintahan republik demokratik adalah
suatu bentuk pemerintahan dimana rakyat mempunyai kedaulatan
tertinggi sehingga kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif berada
pada rakyat dan dijalankan oleh rakyat secara langsung dan/atau melalui
wakil-wakilnya. Pengaturan pembagian kekuasaan didalam negara diatur
dalam undang-undang dasar negara tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan. Kedudukan kepala
negara bukan merupakan kepala eksekutif dan pemerintahan melainkan
sebagai kepala negara konstitusi yang lebih tepatnya berposisi sebagai
simbolik dan formalitas semata. Akan tetapi kepala negara mempunyai
kewenangan untuk membentuk kabinet dan mengangkat perdana menteri
baik melalui proses hearing (dengar pendapat) partai-partai politik,
menyaring calon anggota kabinet yang berkualitas, hearing calon anggota
kabinet dengan kepala negara kemudian kepala negara menunjuk
formatur untuk menyusun kabinet.
Didalam sistem parlementer seungguhnya posisi pemerintahan sering labil
mudah digoyang oleh kekuatan partai politik yang menguasai mayoritas
suara di parlemen, bagi pemerintahan parlementer yang tidak cukup
dukungan suara partainya diparlemen. Bagi pemerintahan parlementer
yang tidak cukup dukungan suara partainya diparlementer, mereka
umumnya harus pandai-pandai melakukan lobi-lobi politik yang intensif
terhadap para anggota parlemen, sangat boleh jadi rekruitmen
kenaggotaan kabine sangat memperhatikan posisi perimbangan kekuatan
antar partai-partai yang menjadi anggota parlemen. Bagi partai yang
berpengaruh kuat diparlemen rang-orang partai tersebut mendapatkan
jatah kursi kabinet. Oleh sebab itu komposisi kabinet sering terdiridari
beraneka rupa orang yang datang dari macam-macam latar belakang
partai. Tujuannya adalah agar kabine tidak mudah digoyah oleh parlemen.
Dengan ikut duduknya orang-orang dan unsur partai-partai politik di
kabinet strtegi ini akan iktu mengamankan jalannya pemerintahan.
Dalam hal terjadi krisis politik dalam suatu negara sehingga sampai
muncul mosi tidak percaya parlemen terhadap kabinet, maka kabinet yang
sedang berjalan dapat saja bubar, terjadi pengunduran diri dari jabatan
menteri prang per orang secara kolektif mengundurkan diri atau
dibubarkan parlemen dengan berbagai pertimbangan alasan yang
memungkinkan memenhi syarat bubarnya kabinet. Apabila terjadi maka
akan muncul terbentuknya semacam “kabinet transisi” yang dinamakan
kabinet ekstra paremennter. Proses pembentukannya tidak lagi melalui
formatur tetapi langsung dan anggota kabinet dari kalangan profesional
bukan lagi dari unsur partisan maka kabinet ini memiliki progra kerja yang
sederhana melanjutkan program jangka pendek kabinet yang lalu dan
tidak berurusan dengan hal-hal yang fundamental dan strategis.
B. Bentuk Kerajaan/Monarkhi

Pemerintahan kerajaan atau sering disebut Monarkhi berasal dari bahasa


yunani “momos” artinya satu, tunggal dan “Archein” artinya memerintah,
menguasai jadi Monarkhi berarti pemerintahan oleh satu orang. Monarkhi
menurut asal mulanya dahulu adalah suatu monokrasi suatu
pemerintahan oleh satu orang (raja). Raja memerintah dengan kekuasaan
penuh. Raja menetapkan undang-undang, raja mengadili perselisihan,
menetapkan hukum bagi yang salah dan menganugerahi penghargaan
bagi yang berjasa. Raja bisa bertindak diktator dan menguasai segala-
galanya . Pengertian negara monarkhi yang dikuasai atau diperintah oleh
satu orang raja, dalam konteks kesejarahan (histories). Namun pada
perkembangan zaman berikutnya dalam konteks pemahaman ilmu
pemerintahan modern, negara monarkhi sudah berkembang menjadi
sebuah sistem pemerintahan yang tidak lagi digantungkan pada kehendak
satu orang (raja) saja.
Pemerintahan kerajaan terbagi dua yaitu pemerintahan kerajaan serikat
dan pemerintahan kerajaan keasatuan. Pemerintahan kerajaan serikat
terbagi menjadi pemerintahan kerajaan serikat parlementer (malaysia) dan
pemerintahan kerajaan serikat non parlementer sedangkan pemerintahan
kerajaan kesatuan terbagi menjadi pemerintahan kerajaan kesatuan
parlementer (inggris) dan pemerintahan kerajaan kesatuan non
palementer (saudi arabia).
Secara garis besar pemerintah kerajaan ini dapat pula dilihat dari 2 (dua)
sisi, bila dilihat dari kajian hukum ketatanegaraan yaitu pemerintahan
kerajaan absolut dan pemerintahan kerajaan konstitusional. Pemerintahan
kerajaan absolut adalah bentuk pemerintahan dimana seluruh kekuasaan
baik itu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatifberada ditangan raja
dibatasi oleh undang-undang dengan tujuan untuk melindungi rakyat dan
tidak kesewenag-wenangan raja.
Di inggris dikenal dengan sebutan bill of right yang dibuat oleh utusan
kerajaan-kerajaan kecil agar raja inggris tidak melakukan pemungutan
pajak tanpa undang-undang. Hal ini dimaksudkan agar kerajaan kecil
mampu membangun kerajaannnya sesuai dengan kehendak rajanya
sendiri.
Oleh karena itu di inggris sampai sekarang parlemennnya terdiri daari dua
kamar yaitu house of common (dewan rakyat) dan house of lord (dewan
bangsawan). Kekuasaan membuat undang-undang berada ditangan
dewan perwakilan. Raja hanya memiliki kekuasaan eksekutif yang
dikuasakan kepada perdana menteri. Raja hanya bertindak sebgai kepala
negara. Kekuasaan yudikatif tetap berada ditanagn mahkamah agung
dengan demikian raja tidak bisa berbuat sewenang-wenang terhadap
rakyat.

Dalam pemerintahan kerajaa pengangkatan kepala negara didasarkan


atas garis keturunan. Datangnya kekuasaan pada penguasa
pemerintahan-pemerintahan kerajaan ini tidak sering masuk akal tetapi
lebih dipercaya dan dipatuhi oleh rakyatnya. Misalnya kerajaan inggris,
kekaisaran jepang dan sebagian besar negara-negara di timur tengah
adalah contoh pemerintahan monarkhi yang tidak mudah terancam
gejolak politik di pemerintahan-pemerintahan republik yang sering dilanda
oleh krisis stabilitas politik.
Beberapa pengamat politik mengatakan masalah kekuasaan dan politik
pemerrintahan adalah menyangkut pada kepercayaan dan keikhlasan
rakyat yang telah lama tertanam, menilai penguasa politik negara adalah
milik kekuasaan negara yang sah secara garis keturunan atas dasar hak
pewarisan tahta. Ada perasaan rakyat berhutang budi kepada raja dan
keturunannya yang telah memperbolehkan mereka tinggal turun-temurun
ditanah kerajaan keluarga kerajaan. Oleh karena itu tidak mengherankan
ditengah kemajuan ilmu pengetahuan modern, berkembangnya logika
berfkir masyarakat apabila masih berkembang . Kesemuanya itu
bermuara pada proses stabilitas kehidupan perpolitikan nasional yang
makin mapan pada negara monarkhi ini.
2. Perbandingan Sistem Pemerintahan
A. Sistem Parlementer

Sistem pemerintahan parlementer atau sistem eksekutif parlementer sering


juga disebut sistem kabinet atau juga sering disebut sebagai sistem inggris
karena sistem ini berasal dari inggris, walaupun negara tersebut merupakan
kerajaan namun sistem ini banyak juga diterapkan terhadap negara republik.
Penerapan nama ini sesungguhnya kurang tepat kata parlemen sering
menimbulkan salah tafsir melahirkan asosiasi seakan-akan yang memiliki itu
hanyalah terdapat pada sistem parlemen padahal dalam sistem presidentil
juga terdapat badan parlemen ini. Sebutan sistem kabinet ini juga kurang tepat
karena dalam sistem yang lain dijumpai juga adanya kabinet dalam
pemerintahan. Penggunaan istilah ini hanya ingin menunjukan bahwa
kekuasaan eksekutif itu berada dikabinet bukan dipresiden. Kabinet secara
kolektif maupun masing-masing menterinya mempunyai pertanggungjawaban
kepada parlemen. Kabinet bisa dibubarkan langsung oleh parlemen walaupun
pengangkatan anggota kabinet tersebut bukan oleh parlemen melainkan oleh
formatur. Oleh karena itu kedudukan kabinet amat tergantung kepada
parlemen. Kabinet tidak akan bisa bekerja tanpa ada persetujuan dari
parlemen. Pemerintah (eksekutif) dijalankan oleh kabinet yang dipimpin oleh
perdana menteri.
Penerapan sistem ini pada legislatif sehingga para wakil rakyat yang duduk
dalam parlemen memiliki kekuasaan untuk melakukan pengawasan jalannya
pemerintahan. Prinsip yang dipakai adalah pembagian kekuasaan adanya
tanggungjawab timbal balik antara eksekutif dan legislatif. Demikian juga terjadi
pertanggungjawaban timbal balik antara perdana menteri dengan kabinetnya
dalam hal ini kepala pemerintahan dipilih langsung oleh pemilih (rakyat) maupun
melalui lembaga peerwakilan rakyat yang keanggotaannya dipilih melalui
sebuah pemilihan umum secara periodi.
Dalam sistem pemerintahan presidentil kedudukan onstitusi amat dikeramatkan,
diagungkan, dihormati, dijunjung tinggi sebagai payung dari segala kekuasaan
dinegeri tersebut. Pada lazimnya dalam konstitusi itu materi pembuka pertama
mencantumkan dasar filsafat yang merupakan konsideran bagi pembentukan
negara.
Konstitusi adalah basis politik dan struktur hukum yang menentukan peraturan
diman roda pemerintahan beroperasi. Tujuan setiap politik seharusnya pertama-
tama menemuka tokoh yang memerintah atau yang mengunakan kekuasaan,
memiliki kearifan dan kebajikan yang dituruti untuk kebaikan dan kesejahteraan
masyarakat dan selanjutnya mengambil tindakan memeliharanya agar tetap
berbudi luhur selama mendapatkan kepercayaan rakyat. Pandangan ini
menuntut pemilihan presiden secara langsung.
Konstitusi merupakan acuan utama bagi bangun kehidupan
ketatanegaraan didalam sistem pemerintahan presidentil.
Kedaulatan rakyat doekspresikan dalam bentuk konstitusi. Sesudah
kekuasaan rakyat, konstitusi ini merupakan sumber kekuasaan
terpenting dalam negara. Kekuasaan negara secara tegas dibagi
dalam 3 (tiga) bidang kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif,
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif. Ketiga kekuasaan ini
mempunyai kedudukan sama tinggi. Masing-masing sesuai
bidangnya, fungsinya sendiri-sendiri akan tetapi secara bersama
merupakan satu sistem timbang uji (cheks and balance) yang saling
melengkapidan saling menguji satu sama lain. Tiap kebijakan yang
diambil harus dapat diuji kebenaran objektivitasnya pada bunyi
undang-undang yang mendasari tindakan pemerintah tersebut.
Demikian juga tiap undang-undang harus dapat diuji kebenarannya
melalui ketentuan konstitusi. Proses ini yang kemudian sering
dinyatakan sebagai konsep perimbangan kekuasaan (equal) yang
memiliki bobot keabsahan dan memenuhi standar legitimasi.
Badan legislatif ini amat penting bagi penyusunan perundang-
undangan bagi sebuah negara yang anggota-anggotanya harus
memiliki visi, bekal pengetahuan ketatanegaraan yang memadai
dan berbasis kemampuan berfikir strategis. Kalau di amerika serikat
badan ini disebut kongres (congress), inggris parlemen
(parliament), prancis I`Etat Generaux, belanda Taten Generaal,
jerman Reichstag. Badan legislatif ini memiliki kompetensi dan
kewenagan yang amat menentukan dalam mewarnai perubahan-
perubahan tatanan kenegaraan. Oleh karena itu, secara ideal
orang-orang yang duduk didalam lembaga ini seharusnya mereka
yang memiliki kualitas memadai. Namun, lembaga ini adalah
lembaga politik yang otomatis anggota-anggotanya adalah orang-
orang yang berasal dari unsur partai politik maka pertimbangannya
bukan lagi semata-mata kualitas dalam arti memenuhi kompetensi
keahlian akan tetapi lebih cenderung menekankan kepada mereka
yang berjasa terhadap partai. Para aktivis partai, para pekerja
partai, maka mereka bekesempatan untuk dijagokan oleh partai
politiknya mewakili aspirasi partainya.
B. Sistem Presidentil

Dalam sistem presidentil kedudukan eksekutif tidak tergantung kepada


badan perwakilan rakyat. Adapun dasar hukum dari kekuasaan
eksekutif dikembalikan kepada pemilihan rakyat. Sebagai kepala
eksekutif seorang presiden menunjuk pembantu-pembantu yang akan
memilih departemennya masing-masing dan mereka itu hanya
bertanggungjawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet itu
tidak tergantung dari badan perwakilan rakyat atau tidak memerluka
dukungan kepercayaan dari badan perwakilan rakyat mmaka
menteripun tidak bisa diberhentikan olehnya. Sistem ini terdapat di
amerika serikat yang mempertahankan kedudukan 3 (tiga) kekuasaan
negara yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif satu sama lain saling
menguji serta saling mangadakan perimbangan (check and balance).
Kekuasaan membuat undang-undang ditangan kongres sedangkan
presiden mempunyai hak veto terhadap undang-undang yang sudah
dibuat itu. Kekuasaan eksekutif ada pada presiden dan pemimpin-
pemimpin departemen adalah para menteri yang tidak
bertanggungjawab kepada parlemen. Karena presiden itu dipilih oleh
rakyat dan hanya bertanggungjawabkepada rakyat.
Tugas peradilan dilakukan oleh badan-badan peradilan yang pada
azasnya tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan lain. Hakimnya
diangkat seumur hidup selama kelakuannya tidak tercela dan ada
sebagian yang dipilih oleh rakyat. Yang menjadi masalah pada
kedua sistem itu adalah jika terjadi perselisihan pendapat antara
eksekutifdan legislatif dalam sistem parlementer tentu saja pihak
eksekutif akan mengundurkan diri sedangkan pada sistem
presidentil seorang presiden sebagai kepala eksekutif tidak dapat
dijatuhkan karena perbedaan pendapat dengan kongres. Ia tidak
dapat diganggu gugat selama masa jabatannya belum habis,
kecuali dalam hal-hal tertentu. Badan perakilan rakyat menuntut
perbuatan perbuatan presiden yang terlarang itu dan senatlah yang
mengadilinya. Tetapi dalam hal adanya perbedaan pendapat
mengenai kebijakan politik dengan keinginan kongres terhadap
presiden tidak dikenakan sangsi.
Sebab-sebab timbulnya perbedaan antara dua sistem tersebut
diatas adalah karena latar belakang sejarah politik yang dialami
oleh negara masing-masing itu berlainan. Sistem parlementer itu
timbul dari bentuk negara monarchie yang kemudian mendapat
pengaruh dari pertanggungan jawab menteri. Sesudah itu maka
fungsi dari raja merupakan faktor stabilisasi jika terjadi
perselisihan antara eksekutif dan legislatif. Latar belakang
negara Amerika Serikat yang menganut sistem presidentil
adalah kebencian rakyat Amerika Serikat terhadap pemerintahan
Raja George ke III, sehingga mereka tidak menghendaki bentuk
negara monarchie dan untuk mewujudkan kemerdekaannya dari
pengaruh Inggris, maka mereka lebih suka mengikuti jejak
Montesquieu dengan mengadakan pemisahan kekuasaan,
sehingga tidak ada kemungkinan kekuasaan yang satu akan
melebihi kekuasaan yang lainnya, karena dalam Trias Politica itu
terdapat sistem check and balance.
Kedua sistem ini ada kebaikan serta kelemahannya. Adapun
kebaikan dari sistem parlementer ialah bahwa penyesuaian antara
pihak eksekutif dan legislatif mudah dapat dicapai, namun sebaliknya
pertentangan antara keduanya itu bisa sewaktu-waktu terjadi
menyebabkan kabinet harus mengundurkan diri dan akibatnya
pemerintahan tidak stabil. Hal ini sering terjadi di Perancis dimana
suatu kabinet itu mempunyai umur yang pendek. Berbeda dengan di
Inggris dan di negeri Belanda, sekalipun kedua-duanya menganut
sistem parlementer, namun menurut ketentuan konsitutisinya masih
dimungkinkan bagi pembubaran terhadap parlemen, jika terjadi
perselisihan antara parlemen dengan pemerintah. Meskipun di
Perancis peraturan tersebut ada juga, akan tetapi kemungkinan
pembubaran terhadap parlemen itu memerlukan persetujuan dari
Senat, sehingga persetujuan ini dapat mempersulit pembubaran itu.
Namun demikian kemungkinan bisa terjadi, bahwa sebagian besar
dari anggota-anggota Senat itu berpihak kepada parlemen, sehingga
pembubaran terhadap parlemen gagal. Akhirnya peraturan tertulis itu
tidak berlaku lagi dan yang berlaku adalah hukum kebiasaan yang
akan memaksa kabinet mundur jika terjadi perselisihan antara
Walaupun di Perancis secara sepintas dapat dikatakan bahwa frekuensi
perubahan kabinet yang tinggi itu akan membawa pemerintahan
menjadi labil, akan tetapi jika diteliti dengan sungguh-sungguh, maka
sebenarnya yang tidak stabil itu sebenarnya tidak ada, karena setiap
pergantian kabinet tidak selalu membawa pergantian personalianya.
sehingga banyak pergantian kabinet itu tidak banyak pengaruhnya
terhadap stabilitas pemerintahan itu sendiri. Selain itu juga perlu
diperhitungkan bahwa di Perancis terdapat regieme administrasi yang
baik dan berpengalaman.
Keuntungan dari sistem presidentil ialah bahwa pemerintahan untuk
jangka waktu yang ditentukan itu stabil. Kelernahannya, bahwa
kemungkinan terjadi apa yang ditetapkan sebagai tujuan negara
menurut eksekutif bisa berbeda dari pendapat legislatif. Lagi pula
pemilihan umum yang diselenggarakan untuk memilih wakil rakyat dan
untuk memilih Presiden dilakukan untuk masa jabatan yang tidak sama,
sehingga perbedaan pendapat yang timbul para pemilih dapat
mempengaruhi sikap dan keadaan lembaga itu menjadi berlainan.
Misalnya kebijaksanaan politik yang ditempuh oleh Presiden Nixon
bertentangan dengan pendapat Congress mengenai perang Vietnam.
Inilah salah satu contoh di antara sekian banyak peristiwa yang terjadi.
Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 menganut sistem
presidentil, namun sistem ini bukan merupakan suatu konsekuensi,
diadakan karena Undang-Undang Dasar 1945 menganut ajaran
Trias Politica. Jadi jika ada sistem pemerintahan presindentil itu
harus diukur dengan syarat-syarat seperti tersebut di atas, maka di
Indonesia tidak terdapat sistem presidentil yang murni. Dari Pasal 4
dan 17 Undang-Undang Dasar 1945 telah menunjukkan, bahwa
Undang-Undang Dasar 1945 menganut sistem pemerintahan
presidentil. Presiden menjadi kepada eksekutif dan mengangkat
serta memberhentikan para menteri yang bertanggung'jawab
kepadanya.
C. Sistem Pemerintahan Campuran

Sistem Pemerintahan Campuran merupakan upaya mencari jalan tengah untuk


mengambil yang terbaik dari sistem parlementer dan presjdentil. Dalam prakteknya,
ada dua model Sistem Pemerintahan Campuran yaitu, Sentralisasi dan
Desentralisasi. Model sistem pemerintahan campuran ini, contohnya Model Perancis
dan Model Indonesia.

Di Perancis misalnya, selama hampir 200 tahun telah diterapkan sebanyak 10


konstitusi yang berbeda-beda. Oleh karenanya, Perancis sering disebut sebagai
penganut sistem campuran. Masyarakat perpolitikan Perancis yang dinamis, telah
melahirkan banyak kreativitas terhadap sistem politik kenegaraannya. Mereka
mencari terus mana bentuk konstitusi yang paling sesuai dengan perkembangan
zaman dan tuntutan aspirasi rakyatnya. Keinginan untuk mencapai masyarakat
sejahtera yang berkeadilan, telah mendorong adanya dinamika masyarakat Perancis
untuk melahirkan rumusan-rumusan baru terhadap konstitusinya. Hal inilah yang
kemudian mengakibatkan selalu terjadi perubahan penerapan konstitusi diPerancis,
berkali-kali selalu dicoba, dievaluasi, direvisi, dan dibangun kembali. Upaya untuk
mencari sistem pemerintahan terbaik, sehingga makin tidak jelas, apakah termasuk
sistem presidentil atau parlementer, maka kemudian dinamakan sistem campuran.
Sebagaimana apa yang kemudian disebut sebagai Model Perancis, selain ada
presiden, juga ada Perdana Menteri. Presiden tidak bisa dijatuhkan oleh mosi tidak
percaya parlemen. Perdana Menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Parlemen
dapat menjatuhkan perdana menteri dan kabinetnya, akan tetapi parlemen dapat
DiIndonesia, Menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden. Kemudian
presiden ertanggung jawab kepada MPR, bukan kepada DPR. Karena anggota
MPR terdiri dari seluruh anggota DPR, ditambah utusan daerah (Dewan
Perwakilan Daerah). Oleh karena itu, MPR dianggap telah merepresentasikan
dari seluruh suara rakyat Indonesia. Sistem pemerintahan Indonesia memiliki
ciri-ciri perkecualian, boleh dibilang tidak lazim menurut takaran referensi
textbook ilmu pemerintahan yang berlaku umum di dunia. Secara ciri-ciri umum
dan resminya, sistem pemerintahan Indonesia adalah menganut sistem
presidentil. Namun ternyata juga tidak secara penuh mengikuti kaedah-kaedah
standar mengenai sistem presidentil yang berlaku umum di dunia.

Maka, sering pula sistem pemerintahan Indonesia disebutnya sebagai sistem


pemerintahan campuran. Itu pun sebenarnya juga belum tepat benar. Karena
juga tidak lazim sebagaimana yang kita pelajari didalam aktivitas kenegaraan.
Salah satu pertimbangan diputuskannya sebagai negara kesatuan adalah
dimaksudkan agar terbentuk pemerintahan yang kuat dalam menjaga kesatuan
bangsa yang berlatar belakang etnis macam-macam ini, maka antara sistem
Indonesia dan Amerika Serikat yang sama-sama menganut sistem presidentil,
terdapat perbedaan yang tajam, sebab Indonesia menganut negara kesatuan,
sedangkan Amerika Serikat menganut federasi. Di Amerika Serikat dilakukan
pembagian aktivitas, untuk aktivitas keluar diurus oleh pemerintah pusat
(pemerintah
Di Indonesia tidak dilakukan pembagian kekuasaan seperti ini, adanya adalah
pelimpahan kewenangan pusat kepada daerah dalam rangka otonomi daerah.
Dengan demikian sesungguhnya dapat dijelaskan bahwa kedaulatan rakyat di
Indonesia, menurut undang-undang dasar asli (UUD 1945, sebelum diamandemen)
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
berwenang menetapkan Undang-Undang Dasar, Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) serta memilih presiden dan wakil presiden. Oleh karena itu, presiden tunduk
dan bertanggung jawab kepada MPR sebagai yang memilih. Ketetapan ini berlaku
sebelum dilakukan amandemen UUD 1945, pada Agustus 2002. Namun, setelah
UUD 1945 diamandemen, kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar, pemilihan paket presiden dan wakil presiden dipilih
langsung oleh rakyat, bukan dipilih oleh MPR lagi, model demikian sama halnya
sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat.

Kedudukan MPR disini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedudukan Kongres di
Amerika Serikat. MPR mempunyai kedudukan dan kekuasaan sama dengan Majelis
Konstituante (Constituent Assembly) yang kalau di Amerika Serikat hanya dibentuk
untuk keperluan khusus membentuk dan atau mengadakan perubahan-perubahan
pada konstitusi. Sedangkan DPR-RI yang anggota-anggotanya juga menjadi
anggota MPR, mempunyai kedudukan sama dengan kedudukan sebagaimana
anggota-anggota Kongres di Amerika Serikat. Tetapi setelah amandemen UUD
1945, kedudukan MPR berubah dari lembaga negara tertinggi menjadi lembaga
tinggi negara. Fungsi MPR hanya sebagai joint decision antara DPR dan DPD

Anda mungkin juga menyukai