Anda di halaman 1dari 76

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RIWAYAT PENDIDIKAN/PELATIHAN :
 SR Balonggede 4, Bandung, Lulus 1961
 SMPN 3, Bandung, Lulus 1964
 SMAN 3, Bandung, Lulus 1968
 Dokter, FK UNPAD, Bandung, Lulus 1977
 Pasca Sarjana, S2, FKM UI, Jakarta, Lulus 1998
 Pelatihan Surveior Akreditasi FKTP, Angk. 1-2017
 Pelatihan PPI Dasar, 2020
RIWAYAT PEKERJAAN :
 Ka Pusk Momunu, Buol-Tolitoli, Sulawes Tengah, 1977-1983
 Ka Pusk Cililin, Kab Bandung, Jawa Barat, 1983-1986
 Ka Si/Bid P3M, Din Kes Kab Bandung, Jawa Barat, 1986-1995
 Ka Din Kes Kab Lebak, Jawa Barat, 1995-1997
 Ka Din Kes Kab Garut, Jawa Barat, 1997-2004 (Pensiun)
 Liaison Officer GAVI (HSS Section), Jawa Barat, 2009-2010
 Nama : Suparman Supriadi, dr, M.Kes.  Dosen IKM, FK UNISBA, Bandung, 2009-2016
 Tempat, Tgl. Lahir : Bandung, 3-12-1949  Konsultan Sertifikasi ISO Pusk, Kab Bandung Barat, 2011-2012
 Alamat : Bandung  District Team Leader, Program EMAS, Kab Bandung, 2012-2016
 No. Telp/WA : 0812 230 7646  Ketua Dewas RSUD Cicalengka, Kab Bandung, 2016-2020
 E-mail : kangpapay@gmail.com  Surveior Akreditasi FKTP, 2017-Sekarang
STANDAR
AKREDITASI PUSKESMAS

LPA
KOMITE MUTU KESEHATAN PRIMER

disampaikan pada :
Pelatihan Calon Surveior Akreditasi Puskesmas dan Klinik, Bandung Juni 2023
REGULASI AKREDITASI PUSKESMAS DAN KLINIK

PerMenKes 34/2022 Ttg Akreditasi PKLUT


PUSKESMAS KLINIK
KepMenKes 165/2023 KepMenKes 1983/2022
Ttg Standar Akreditasi Puskesmas Ttg Standar Akreditasi Klinik
( SAP ) Isi : ( SAK )
KELOMPOK JML Struktur KELOMPOK JML
Standar
BAB 5 Akreditasi BAB 3
STANDAR 35 STANDAR 22
KRITERIA 82 ----- -
POKOK PIKIRAN MAKSUD DAN TUJUAN
ELEMEN PENILAIAN (EP) 328 ELEMEN PENILAIAN (EP) 104

Isi :
KepDirJen YanKes 4871/2023 Kelengkapan KepDirJen YanKes 105/2023
Ttg Instrumen Survei Akreditasi Puskesmas Bukti Ttg Instrumen Survei Akreditasi Klinik
( ISAP ) Pemenuhan EP ( ISAK )
( RDOWS )

KepDirJen YanKes 3991/2022 Ttg Petunjuk Teknis Survei Akreditasi


( untuk pelaksanaan survei akreditasi )
STRUKTUR
KMK 165/2023 Ttg
STANDAR AKREDITASI
SAP
PUSKESMAS
BAB merupakan pengelompokan Standar-Standar yang sejenis dan saling berkaitan
BAB antara satu Standar dengan Standar lainnya.
STANDAR mendefinisikan harapan, struktur, atau fungsi2 kinerja yg harus ada agar
dpt diakreditasi. Selama proses survei di tempat, dilakukan penilaian thd standar ini.
STANDAR
KRITERIA menjabarkan makna sepenuhnya dari standar. Kriteria akan
mendeskripsikan tujuan dari sebuah standar, memberikan penjelasan isi standar
KRITERIA secara umum, serta upaya pemenuhan standar.
POKOK PIKIRAN membantu menjelaskan makna sepenuhnya dari standar tsb.
Pokok pikiran mendeskripsikan tujuan dan rasionalisasi dari standar, memberikan
POKOK PIKIRAN penjelasan bgmn standar tsb selaras dgn program secara keseluruhan, menentukan
parameter utk ketentuan2ya, atau memberikan “gambaran ttg ketentuan dan
tujuan2nya”.
ELEMEN
PENILAIAN
BAB
ELEMEN PENILAIAN ( EP )
STANDAR adalah standar yang mengindikasikan
apa yang akan dinilai dan diberi nilai (score)
KRITERIA selama proses survei di tempat.
EP utk masing-masing standar mengidentifikasi
POKOK PIKIRAN
persyaratan yang dibutuhkan untuk memenuhi
ELEMEN kepatuhan terhadap standar.
PENILAIAN EP dimaksudkan utk memperjelas standar dan
membantu organisasi memahami persyaratan,
mengedukasi kepemimpinan, pimpinan Puskes,
praktisi pelayanan kesehatan, dan staf
mengenai standar, serta memberikan arahan
untuk persiapan akreditasi.
Pada setiap EP dilengkapi dgn informasi tentang
cara pemenuhan dan/atau penilaian EP tsb.
Informasi tsb menggunakan singkatan
RDOWS.
STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS

JUMLAH JUMLAH JUMLAH


BAB
STANDAR KRITERIA EP
I KMP Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas. 7 26 102
II UKM Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat yang 8 20 94
berorientasi pada Upaya promotif dan preventif.
III UKP Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan, 10 11 42
Laboratorium, dan Kefarmasian
IV PPN Program Prioritas Nasional. 5 5 34
V PMP Peningkatan Mutu Puskesmas. 5 20 56
22 82 328
PENYELENGGARAAN
UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN (UKP),
LABORATORIUM, DAN KEFARMASIAN

BAB III
Penyelenggaraan UKP – Laboratorium - Kefarmasian

3.2.
Pengkajian,
Rencana 3.4. 3.6. 3.10.
Asuhan, dan Pelayanan Pemulangan dan 3.8. Penyelenggaraan
Pemberian Anestesi Lokal Tindak Lanjut Penyelenggaraan Pelayanan
Asuhan dan Tindakan Pasien Rekam Medis Kefarmasian

3.7 3.9
3.1 3.3 3.5

3.2 3.4
3.6 3.8 3.10
3.1. 3.3. 3.5. 3.7. 3.9.
Penyelenggaraan Pelayanan Pelayanan Gizi Pelayanan Penyelenggaraan
Pelayanan Klinis. Gawat Darurat. Rujukan Pelayanan
Laboratorium
JUMLAH STANDAR, KRITERIA & EP
BAB III PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN (UKP),
LABORATORIUM, DAN KEFARMASIAN
STANDAR KRITERIA ELEMEN
PENILAIAN
JML URAIAN

3.1 1 3.1.1 4
3.2 1 3.2.1 6
3.3 1 3.3.1 2
3.4 1 3.4.1 2
3.5 1 3.5.1 6
3.6 1 3.6.1 2
3.7 2 3.7.1 – 3.7.2 6
3.8 1 3.8.1 2
3.9 1 3.9.1 5
3.10 1 3.10.1 7
3/28/2023 10 11 42
STANDAR 3.1.
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KLINIS
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses penerimaan pasien
sampai dgn pemulangan dilaksanakan dgn memperhatikan kebutuhan
pasien dan mutu pelayanan.
Proses penerimaan sampai dgn pemulangan pasien, dilaksanakan dengan
memenuhi kebutuhan pasien dan mutu pelayanan yang didukung oleh
sarana, prasarana dan lingkungan.

Kriteria 3.1.1.
Penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari penerimaan pasien
dilaksanakan dgn efektif dan efisien sesuai dgn kebutuhan pasien,
serta mempertimbangkan hak dan kewajiban pasien.
Pokok Pikiran Kriteria 3.1.1.
a) Puskesmas wajib meminta Persetujuan Umum d) Kepala Puskesmas dan PJ Pelayanan Klinis harus
(General Consent) dari pasien/kelg terdekat, pada memahami tanggung jawab mereka dan bekerja
saat datang pertama kali, baik untuk rawat jalan sama secara efektif dan efisien untuk melindungi dan
maupun setiap rawat inap, dan dilaksanakan mengedepankan hak pasien
observasi atau stabilitasi.
e) Keselamatan pasien sudah harus diperhatikan sejak
pertama pasien mendaftarkan diri dan berkontak
b) Penerimaan pasien rawat inap didahului dgn
dengan Puskesmas, terutama dlm hal identifikasi
pengisian formulir tambahan persetujuan umum
pasien, minimal dengan dua identitas yang relatif
yang berisi penyimpanan barang pribadi, penentuan
tidak berubah, yaitu nama lengkap, tanggal lahir,
pilihan makanan dan minuman, aktivitas, minat,
atau nomor rekam medis, serta tidak boleh
privasi, serta pengunjung.
menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi
pasien dirawat.
c) Pasien dan masyarakat mendapat informasi ttg sarana
pelayanan, a.l. : tarif, jenis pelayanan, proses dan alur f) Informasi ttg rujukan harus tersedia di dokumen
pendaftaran, proses dan alur pelayanan, rujukan, dan pendaftaran, termasuk ketersediaan perjanjian
ketersediaan tempat tidur untuk Puskesmas rawat kerjasama dengan FKRTL yang memuat jenis
inap. pelayanan yang disediakan.
Pokok Pikiran Kriteria 3.1.1.
i) Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pasien dan
g) Penjelasan tentang tindakan kedokteran, dalam kelg terdekat ttg hak mereka utk membuat keputusan,
dokumen Persetujuan Tindakan Kedokteran potensi hasil dari keputusan tsb dan tanggung jawab
(Informed Consent) minimal mencakup mereka berkenaan dgn keputusan tsb.
1) tujuan dan prospek keberhasilan;
2) tatacara tindak medis yang akan dilakukan; j) Jika pasien/keluarga terdekat menolak, maka
3) risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; pasien/keluarga diberitahu ttg alternatif pelayanan
4) alternatif tind medis lain yg ada dan risiko2nya; dan pengobatan.
5) prognosis penyakit bila tindakan dilakukan; dan
6) diagnosis. l) Perlu dilakukan identifikasi pasien dgn risiko, kendala
dan kebutuhan khusus dan diupayakan kebutuhannya.
h) Pasien/keluarga dekat yang membuat keputusan atas
nama pasien, dpt memutuskan utk tidak melanjutkan m) Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi
pelayanan atau pengobatan yang direncanakan atau diterapkan Protokol Kesehatan yang meliputi :
meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah  penggunaan APD,
kegiatan dimulai, termasuk menolak untuk dirujuk ke  jaga jarak,
fasilitas kesehatan yang lebih memadai.  cegah kerumuan orang,
mulai pendaftaran dan di semua area pelayanan.
Elemen Penilaian 3.1.1.

a) Tersedia kebijakan dan prosedur yang mengatur identifikasi dan


pemenuhan kebutuhan pasien dengan risiko, kendala, dan kebutuhan
khusus. ( R ).
b) Pendaftaran dilakukan sesuai dengan kebijakan, pedoman, protokol
kesehatan, dan prosedur yang ditetapkan denganmenginformasikan hak
dan kewajiban serta memperhatikan keselamatan pasien ( R, O, W, S ).
c) Puskesmas menyediakan informasi yang jelas, mudah dipahami, dan
mudah diakses tentang tarif, jenis pelayanan, proses dan alur
pendaftaran, proses dan alur pelayanan, rujukan, dan ketersediaan
tempat tidur untuk Puskesmas rawat inap. ( O, W )
d) Persetujuan umum diminta saat pertama kali pasien masuk
rawat jalan dan setiap kali masuk rawat inap. ( D, W ).
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.2.
PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PEMBERIAN ASUHAN
Pengkajian, rencana asuhan, dan pemberian asuhan dilaksanakan
secara paripurna.
Kajian pasien dilakukan secara paripurna untuk mendukung rencana dan pelaksanaan
pelayanan oleh petugas kesehatan profesional dan/atau tim kesehatan antarprofesi yang
digunakan untuk menyusun keputusan layanan klinis. Pelaksanaan asuhan dan pendidikan
pasien/keluarga dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun, dipandu oleh kebijakan
dan prosedur, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kriteria 3.2.1.
Penapisan (skrining) dan proses kajian awal dilakukan secara paripurna, mencakup berbagai
kebutuhan dan harapan pasien/keluarga, serta dengan mencegah penularan infeksi.
Asuhan pasien dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan medis, keperawatan, dan asuhan
klinis yg lain dgn memperhatikan kebutuhan pasien dan berpedoman pada PPK.
Pokok Pikiran Kriteria 3.2.1.
a) Skrining dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien, d) Pd saat pasien pertama kali diterima, dilakukan Kajian Awal,
untuk memilah pasien sesuai dgn kemungkinan kemudian dilakukan Kajian Ulang secara berkesinambungan
penularan infeksi, kebutuhan pasien, dan kondisi baik pada pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap
kegawatan, dipandu dgn prosedur skrining yg baku. sesuai dengan perkembangan kondisi kesehatannya.

b) Proses kajian pasien merupakan proses yang e) Kajian Awal meliputi status fisis/neurologis/mental,
berkesinambungan dan dinamis, baik untuk pasien psikososiospiritual, ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat
rawat jalan maupun pasien rawat inap. Proses kajian alergi, asesmen nyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen
menentukan efektivitas asuhan yg akan dilakukan. fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi,
c) Kajian pasien meliputi : S – O – A – P, mengumpulkan kebutuhan edukasi, dan rencana pemulangan.
data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologis, Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien
status sosial, dan riwayat penyakit. Untuk itu, dilakukan mengalami kesakitan atau nyeri.
anamnesis (data subjektif = S) serta pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang (data objektif = O); f) Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan
Analisis thd S dan O menghasilkan masalah, kondisi, oleh tenaga profesional yang kompeten. Tenaga profesional
dan diagnosis untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien yang kompeten adalah tenaga yang dalam melaksanakan
(asesmen atau analisis = A); dan membuat rencana tugas profesinya dipandu oleh standar dan kode etik profesi
asuhan (perencanaan asuhan = P), yaitu menyusun serta mempunyai kompetensi sesuai dgn pendidikan dan
solusi untuk mengatasi masalah atau memenuhi pelatihan yang dimiliki yang dapat dibuktikan dengan adanya
kebutuhan pasien. sertifikat kompetensi.
Pokok Pikiran Kriteria 3.2.1.
g) Proses kajian dapat dilakukan secara individual atau j) Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan
(jika diperlukan) dilakukan oleh tim kesehatan keputusan tentang pelayanan yang diterimanya adalah
antarprofesi yang terdiri atas dokter, dokter gigi, dgn cara memberikan informasi yang mengacu pada
perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pemberi asuhan peraturan perundang-undangan (informed consent).
yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika dalam
pemberian asuhan diperlukan tim kesehatan, harus Dalam hal pasien adalah anak di bawah umur atau
dilakukan koordinasi dalam penyusunan rencana individu yang tidak memiliki kapasitas untuk membuat
asuhan terpadu. keputusan yang tepat, pihak yg memberi persetujuan
mengacu pd peraturan per-UU-an.
h) Pasien mempunyai hak untuk mengambil Pemberian informasi yang mengacu pada peraturan per-
keputusan terhadap asuhan yang akan diperoleh UU-an itu dapat diperoleh pd berbagai titik waktu dlm
pelayanan, misal ketika pasien masuk rawat inap dan
i) Rencana Asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yg
dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang berisiko. Informasi dan penjelasan tsb diberikan oleh
akan diberikan, dengan memperhatikan kebutuhan dokter yang bertanggung jawab yang akan melakukan
biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta tindakan atau dokter lain apabila dokter yang
memperhatikan nilai budaya yang dimiliki oleh pasien, bersangkutan berhalangan, tetapi tetap dengan
juga mencakup komunikasi, informasi, dan edukasi sepengetahuan dokter yang bertanggung jawab
pada pasien dan keluarganya. tersebut.
Pokok Pikiran Kriteria 3.2.1.
k) Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang
untuk bekerja sama dalam menyusun rencana asuhan n) Pelimpahan wewenang utk melakukan tindakan medis
klinis yang akan dilakukan. dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam
kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki
l) Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan oleh penerima pelimpahan.
hasil kajian lanjut sesuai dengan perubahan kebutuhan 2) Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di
pasien. bawah pengawasan pemberi pelimpahan.
3) Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas
tindakan yg dilimpahkan sepanjang pelaksanaan
m) Tenaga medis dpt memberikan pelimpahan wewenang tindakan sesuai dgn pelimpahan yang diberikan.
secara tertulis untuk melakukan tindakan kedokteran 4) Tindakan yg dilimpahkan tak termasuk mengambil
atau kedokteran gigi tertentu kepada perawat, bidan, keputusan klinis sbg dasar pelaksanaan tindakan.
atau tenaga kesehatan pemberi asuhan yang lain. 5) Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus
Pelimpahan wewenang tersebut hanya dapat dilakukan menerus.
dalam keadaan tenaga medis tidak berada di tempat
dan/atau krn keterbatasan ketersediaan tenaga medis.
Pokok Pikiran Kriteria 3.2.1.

o) Asuhan pasien diberikan oleh tenaga sesuai dgn


kompetensi lulusan dengan kejelasan perincian
wewenang menurut peraturan perundang- q) Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu
undanganundangan. ada kerja sama antara petugas kesehatan dan pasien/
keluarga pasien. Pasien/keluarga pasien perlu
mendapatkan penyuluhan kesehatan dan edukasi yang
p) Pada kondisi tertentu (misalnya pada kasus penyakit terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien
TBC dengan malanutrisi, perlu penanganan secara menggunakan pendekatan komunikasi interpersonal
terpadu dari dokter, nutrisionis, dan penanggung antara pasien dan petugas kesehatan serta
jawab program TBC, pasienmemerlukan asuhan menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar
terpadu yang meliputi asuhan medis, asuhan mereka dapat berperan aktif dalam proses asuhan dan
keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan kesehatan yang memahami konsekuensi asuhan yang diberikan.
lain sesuai dengan kebutuhan pasien.
Elemen Penilaian 3.2.1.

a) Dilakukan skrining dan pengkajian awal secara paripurna oleh tenaga


yang kompeten untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan sesuai
dengan panduan praktik klinis, termasuk penangan nyeri dan dicatat
dalam rekam medis. ( R, D, O, W ).
b) Dalam keadaan tertentu jika tidak tersedia tenaga medis, dapat dilakukan
pelimpahan wewenang tertulis kepada perawat dan/atau bidan yang
telah mengikuti pelatihan, untuk melakukan kajian awal medis dan
pemberian asuhan medis sesuai dengan kewenangan delegatif yang
diberikan. ( R, D ).
c) Rencana asuhan dibuat berdasarkan hasil pengkajian awal, dilaksanakan
dan dipantau, serta direvisi berdasarkan hasil kajian lanjut sesuai dengan
perubahan kebutuhan pasien. ( D, W ).
TELUSUR
RDOWS
Elemen Penilaian 3.2.1.

d) Dilakukan asuhan pasien, termasuk jika diperlukan asuhan secara kolaboratif


sesuai dengan rencana asuhan dan panduan praktik klinis dan/atau prosedur
asuhan klinis agar tercatat di rekam medis dan tidak terjadi pengulangan yang
tidak perlu. ( D, W ).
e) Dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan dan evaluasi serta tindak lanjut
bagi pasien dan keluarga dengan metode yang dapat dipahami oleh pasien dan
keluarga. ( D, O )
f) Pasien atau keluarga pasien memperoleh informasi mengenai tindakan
medis/pengobatan tertentu yang berisiko yang akan dilakukan sebelum
memberikan persetujuan atau penolakan (informed consent), termasuk
konsekuensi dari keputusan penolakan tersebut. ( D ).
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.3.
PELAYANAN GAWAT DARURAT
Pelayanan gawat darurat dilaksanakan dengan segera sebagai prioritas
pelayanan.

Tersedia pelayanan gawat darurat yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan darurat,
mendesak atau segera.

Kriteria 3.3.1
Prosedur penanganan pasien gawat darurat disusun berdasar
panduan praktik klinis untuk penanganan pasien gawat darurat
dengan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pokok Pikiran Kriteria 3.3.1.

a) Pasien gawat darurat diidentifikasi dgn proses triase


mengacu pada pedoman tata laksana triase sesuai c) Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum
ketentuan peraturan perundang-undangan. dirujuk yaitu bila tidak tersedia pelayanan di
Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan
b) Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas kondisi emergensi dan pasien memerlukan rujukan ke
dgn penentuan atau penyeleksian pasien yang harus fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan lebih
didahulukan untuk mendapatkan penanganan, yang tinggi.
mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
berdasarkan :
d) Dalam penanganan pasien dengan kebutuhan darurat,
1) ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam
mendesak, atau segera, termasuk melakukan deteksi
hitungan menit
dini tanda tanda dan gejala penyakit menular misalnya
2) dapat meninggal dalam hitungan jam
infeksi melalui udara/airborne.
3) trauma ringan
4) sudah meninggal
Pasien2 tsb didahulukan diperiksa dokter sebelum
pasien yang lain, mendapat pelayanan diagnostik
sesegera mungkin dan diberikan perawatan sesuai
dengan kebutuhan.
Elemen Penilaian 3.3.1.

a) Pasien diprioritaskan atas dasar kegawatdaruratan sebagai tahap triase


sesuai dengan kebijakan, pedoman dan prosedur yang ditetapkan.
( R, D, O, W, S ).
b) Pasien gawat darurat yang perlu dirujuk ke FKRTL diperiksa dan
distabilisasi terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan Puskesmas dan
dipastikan dapat diterima di FKRTL sesuai dengan kebijakan, pedoman
dan prosedur yang ditetapkan. ( R, D, O )
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.4.
PELAYANAN ANESTESI LOKAL DAN TINDAKAN
Pelayanan anastesi lokal dan tindakan di Puskesmas dilaksanakan
dengan sesuai standar.

Tersedia pelayanan anestesi lokal dan tindakan untuk memenuhi kebutuhan


pasien.

Kriteria 3.4.1
Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai
dengan standar dan peraturan perundang-undangan.
Pokok Pikiran Kriteria 3.4.1.
a) Dalam pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap di Puskesmas, terutama pelayanan gawat darurat,
pelayanan gigi, dan keluarga berencana, kadangkadang memerlukan tindakan yang membutuhkan
anestesi lokal.
Pelaksanaan anestesi lokal tersebut harus memenuhi standar dan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan prosedur yang berlaku di Puskesmas.

b) Kebijakan dan prosedur memuat :


1) penyusunan rencana, termsk identifikasi perbedaan antara dewasa, geriatri, dan anak atau pertimbangan khusus;
2) dokumentasi yang diperlukan untuk dapat bekerja dan berkomunikasi efektif;
3) persyaratan persetujuan khusus;
4) kualifikasi, kompetensi, dan keterampilan petugas pelaksana;
5) ketersediaan dan penggunaan peralatan anestesi;
6) teknik melakukan anestesi lokal;
7) frekuensi dan jenis bantuan resusitasi jika diperlukan;
8) tata laksana pemberian bantuan resusitasi yang tepat;
9) tata laksana terhadap komplikasi; dan
10) bantuan hidup dasar.
Elemen Penilaian 3.4.1.

a) Pelayanan anestesi lokal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten


sesuai dengan kebijakan dan prosedur ( R, D, O, W ).

b) Jenis, dosis, dan teknik anestesi lokal dan pemantauan status fisiologi
pasien selama pemberian anestesi lokal oleh petugas dicatat dalam rekam
medis pasien ( D ).
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.5.
PELAYANAN GIZI
Pelayanan Gizi dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Gizi diberikan sesuai dengan status gizi pasien secara reguler, sesuai dengan
rencana asuhan, umur, budaya, dan bila pasien berperan serta dalam perencanaan dan
seleksi makanan.

Kriteria 3.5.1
Pelayanan Gizi dilakukan sesuai dengan status gizi pasien
dan konsisten dengan asuhan klinis yang tersedia secara reguler.
Pokok Pikiran Kriteria 3.5.1.
a) Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada f) Angka kecukupan gizi adalah suatu nilai acuan
pasien berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua
terapi diet, konseling gizi, dan pemberian makanan orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
khusus dalam rangka penyembuhan pasien. tubuh, dan aktivitas fisik untuk mencapai derajat
b) Kondisi kesehatan dan pemulihan pasien kesehatan yang optimal.
membutuhkan asupan makanan dan gizi yg memadai. g) Pelayanan Gizi kepada pasien dengan risiko gangguan
Oleh karena itu, makanan perlu disediakan secara gizi di Puskesmas diberikan secara reguler sesuai dgn
reguler, sesuai dengan rencana asuhan, umur, budaya, rencana asuhan berdasarkan hasil penilaian status gizi
dan bila dimungkinkan pilihan menu makanan. Pasien dan kebutuhan pasien sesuai dengan proses asuhan
berperan serta dlm perencanaan dan seleksi makanan. gizi terstandar (PAGT) yang tercantum di dalam
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas.
c) Pemesanan dan pemberian makanan dilakukan sesuai
dengan status gizi dan kebutuhan pasien. h) Pelayanan Gizi kepada pasien rawat inap harus dicatat
d) Penyediaan bahan, penyiapan, penyimpanan, dan dan didokumentasikan di dalam rekam medis dgn baik.
penanganan makanan hrs dimonitor utk memastikan i) Keluarga pasien dpt berpartisipasi dlm menyediakan
keamanan serta sesuai dengan peraturan per-UU-an makanan bila makanan sesuai dan konsisten dengan
dan praktik terkini. Risiko kontaminasi dan kajian kebutuhan pasien dan rencana asuhan dengan
pembusukan diminimalkan dalam proses tersebut. sepengetahuan dari petugas kesehatan yang
e) Setiap pasien harus mengonsumsi makanan sesuai berkompeten dan makanan disimpan dalam kondisi
dengan standar angka kecukupan gizi. yang baik untuk mencegah kontaminasi.
Elemen Penilaian 3.5.1.
a) Rencana asuhan gizi disusun berdasar kajian kebutuhan gizi pada
pasien sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien
( R, D, W ).
b) Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara yang baku
untuk mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan
( R, D, O, W ).
c) Distribusi dan pemberian makanan dilakukan sesuai dengan
jadwal dan pemesanan, serta hasilnya didokumentasikan
(R, D, O, W)
TELUSUR
RDOWS
Elemen Penilaian 3.5.1.

d) Pasien dan/atau keluarga pasien diberi edukasi


tentang pembatasan diet pasien dan
keamanan/kebersihan makanan bila keluarga ikut
menyediakan makanan bagi pasien ( D ).
e) Proses kolaboratif digunakan untuk merencanakan,
memberikan, dan memantau pelayanan gizi ( D, W ).
f) Respons pasien pelayanan Gizi dipantau dan dicatat
dalam rekam medisnya ( D )
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.6.
PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN
Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan.
Pemulangan dan tindak lanjut pasien dilakukan dengan prosedur yang tepat. Jika pasien
memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain, rujukan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien ke sarana pelayanan lain diatur dengan kebijakan dan
prosedur yang jelas.

Kriteria 3.6.1
Pemulangan dan tindak lanjut pasien yang bertujuan untuk
kelangsungan layanan dipandu oleh prosedur baku.
Pokok Pikiran Kriteria 3.6.1.
b) Dokter/dokter gigi bersama dgn tenaga kesehatan yang
lain menyusun rencana pemulangan bersama dengan
a) Untuk menjamin kesinambungan pelayanan,
pasien/keluarga pasien. Rencana pemulangan tsb perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur
berisi instruksi dan/atau dukungan yg perlu diberikan pemulangan pasien
baik oleh Puskesmas maupun keluarga pasien pada dan tindak lanjut.
saat pemulangan ataupun tindak lanjut di rumah,
sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan. d) Resume pasien pulang memberikan gambaran
tentang pasien selama rawat inap. Resume ini
c) Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang berisikan :
ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yg bertanggung jwb
1) riwayat kesehatan, hsl pem fisik, & diagnostik;
thd pasien, utk memastikan bahwa kondisi pasien
layak untuk dipulangkan dan akan memperoleh tindak 2) indikasi pasien rawat inap, diagnosis, dan
lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya kormobiditas lain;
pasien rawat jalan yg tak memerlukan rawat inap, 3) prosedur tindakan & terapi yg telah diberikan;
pasien rawat inap tidak lagi memerlukan perawatan 4) obat yg sudah diberikan dan obat utk pulang;
rawat inap di Puskesmas, pasien yg karena kondisinya 5) kondisi kesehatan pasien;
memerlukan rujukan ke FKRTL, pasien yang karena 6) instruksi tindak lanjut dan penjelasan kpd
kondisinya dpt dirawat di rumah/rumah perawatan, pasien, termasuk nomor kontak yang dapat
pasien yang menolak untuk perawatan rawat inap, dihubungi dalam situasi darurat.
pasien/kelg yg minta pulang atas permintaan sendiri.
Pokok Pikiran Kriteria 3.6.1.
e) Informasi tentang resume pasien pulang yang diberikan
kepada pasien/keluarga pasien pada saat pemulangan
atau rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain diperlukan
agar pasien/keluarga pasien memahami tindak lanjut
yg perlu dilakukan utk mencapai hsl layanan yg optimal

f) Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas :


1) identitas Pasien;
2) diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
3) ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,
diagnosis akhir, pengobatan, dan rencana tindak
lanjut pelayanan kesehatan; dan
4) nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang
memberikan pelayanan kesehatan.

g) Resume medis yang diberikan kepada pasien saat


pulang dari rawat inap terdiri atas:
1) data umum pasien;
2) anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan);
3) pemeriksaan; dan
4) terapi, tindakan dan/atau anjuran.
Elemen Penilaian 3.6.1.

a) Dokter/dokter gigi, perawat/bidan, dan pemberi asuhan yang


lain melaksanakan pemulangan, rujukan, dan asuhan tindak
lanjut sesuai dengan rencana yang disusun dan kriteria
pemulangan. ( R, D ).

b) Resume medis diberikan kepada pasien dan pihak yang


berkepentingan saat pemulangan atau rujukan. ( D, O, W )
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.7.
PELAYANAN RUJUKAN
Pelayanan rujukan dilakukan sesuai dengan ketentuan kebijakan dan
prosedur.
Pelayanan rujukan dilaksanakan apabila pasien memerlukan penanganan
yang bukan merupakan kompetensi dari fasilitas kesehatan tingkat pertama

Kriteria 3.7.1.
Pelaksanaan pelayanan rujukan dilakukan sesuai dengan ketentuan
kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan dan mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pokok Pikiran Kriteria 3.7.1.
a) Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat
dipenuhi oleh Puskesmas, pasien harus dirujuk ke d) Komunikasi dgn fasilitas kesehatan yang lebih mampu
fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan dilakukan untuk memastikan kemampuan dan
pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien, baik ke ketersediaan pelayanan di FKRTL.
FKTRL, Puskesmas lain, perawatan rumahan (home
care), dan paliatif.
e) Pada pasien yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi
sesuai dengan standar rujukan
b) Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi
tentang kondisi pasien dituangkan dalam surat
pengantar rujukan yang meliputi kondisi klinis pasien, f) Pasien/keluarga terdekat pasien mempunyai hak untuk
prosedur, dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan memperoleh informasi tentang rencana rujukan yang
kebutuhan pasien lebih lanjut. meliputi :
1) alasan rujukan,
2) fasilitas kesehatan yg dituju, tmsk pilihan fasilitas
c) Proses rujukan harus diatur dengan kebijakan dan kesehatan lainnya jika ada, shg pasien/keluarga
prosedur, termasuk alternatif rujukan sehingga pasien dapat memutuskan fasilitas mana yang dipilih,
dijamin dlm memperoleh pelayanan yang dibutuhkan 3) kapan rujukan harus dilakukan.
di tempat rujukan pada saat yang tepat.
Pokok Pikiran Kriteria 3.7.1.
g) Jika pasien perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang lain, wajib diupayakan proses rujukan i) Selama proses rujukan pasien secara langsung,
berjalan sesuai dengan kebutuhan dan pilihan pemberi asuhan yang kompeten terus memantau
pasien agar pasien memperoleh kepastian kondisi pasien dan fasilitas kesehatan penerima
mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan rujukan menerima resume tertulis mengenai
dan pilihan tersebut dengan konsekuensinya. kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah
dilakukan.
h) Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan
pasien (misalnya kebutuhan transportasi, j) Pada saat serah terima di tempat rujukan, petugas
petugas kompeten yang mendampingi, sarana yang mendampingi pasien memberikan informasi
medis, dan keluarga yang menemani, termasuk secara lengkap (SBAR) tentang kondisi pasien
pilihan fasilitas kesehatan rujukan) selama proses kepada petugas penerima transfer pasien.
rujukan.
Elemen Penilaian 3.7.1.
a) Pasien/keluarga terdekat pasien memperoleh informasi rujukan dan
memberi persetujuan untuk dilakukan rujukan berdasarkan kebutuhan
pasien dan kriteria rujukan untuk menjamin kelangsungan layanan ke
fasilitas kesehatan yang lain. ( D, W )
b) Dilakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang menjadi tujuan
rujukan dan dilakukan tindakan stabilisasi terlebih dahulu kepada pasien
sebelumdirujuk sesuai kondisi pasien, indikasi medis dan kemampuan dan
wewenang yang dimiliki agar keselamatan pasien selama pelaksanaan
rujukan dapat terjamin. ( D, W ).
c) Dilakukan serah terima pasien yang disertai dengan informasi yang lengkap
meliputi situation, background, assessment, recomemdation (SBAR) kepada
petugas. ( D, W )
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.7.
PELAYANAN RUJUKAN
Pelayanan rujukan dilakukan sesuai dengan ketentuan kebijakan dan
prosedur.
Pelayanan rujukan dilaksanakan apabila pasien memerlukan penanganan
yang bukan merupakan kompetensi dari fasilitas kesehatan tingkat pertama

Kriteria 3.7.2.
Dilakukan tindak lanjut terhadap rujukan balik dari FKRTL.
Pokok Pikiran Kriteria 3.7.2.

a) Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, pada pasien yang dirujuk balik dari
FKRTL dilaksanakan tindak lanjut sesuai dengan umpan balik rujukan dan hasilnya
dicatat dalam rekam medis.

b) Jika Puskesmas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjut atau fasilitas kesehatan lain, tindak lanjut dilakukan sesuai prosedur
yang berlaku melalui proses kajian dengan memperhatikan rekomendasi umpan balik
rujukan.

c) Dalam pelaksanaan rujuk balik harus dilakukan pemantauan (monitoring) dan


dokumentasi pelaksanaan rujuk balik.
Elemen Penilaian 3.7.2.
a) Dokter/dokter gigi penangggung jawab pelayanan melakukan kajian ulang
kondisi medis sebelum menindaklanjuti umpan balik dari FKRTL sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. ( R, D, O )

b) Dokter/dokter gigi penanggung jawab pelayanan melakukan tindak lanjut


terhadap rekomendasi umpan balik rujukan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan. ( D, O, W )

c) Pemantauan dalam proses rujukan balik harus dicatat dalam formulir


pemantauan. ( D )
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.8.
PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
Rekam Medis diselenggarakan sesuai dengan ketentuan kebijakan dan
prosedur.
Puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis yang berisi data dan informasi asuhan
pasien yang dibutuhkan untuk pelayanan pasien dan rekam medis itu dapat diakses oleh
petugas kesehatan pemberian asuhan, manajemen, dan pihak di luar organisasi yang diberi
hak akses terhadap rekam medis untuk kepentingan pasien, asuransi, dan kepentingan lain
yang sesuai dengan peraturanperundang-undangan .

Kriteria 3.8.1
Tata kelola penyelenggaraan rekam medis dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pokok Pikiran Kriteria 3.8.1.
a) Rekam medis merupakan sumber informasi utama d) Dokter, perawat, bidan, dan petugas pemberi asuhan
mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien yang lain bersama- sama menyepakati isi rekam medis
sehingga menjadi media komunikasi yang penting. sesuai dengan kebutuhan informasi yang perlu ada
Rekam medis harus tersedia selama asuhan pasien dan dalam pelaksanaan asuhan pasien.
setiap saat dibutuhkan serta dijaga untuk selalu
mencatat perkembangan terkini dari kondisi pasien. e) Penyelenggaraan rekam medis dilakukan secara
berurutan dari sejak pasien masuk sampai pasien
b) Rekam medis diselenggarakan sesuai dengan ketentuan pulang, dirujuk, atau meninggal yg meliputi kegiatan ;
peraturan perundang-undangan. Rekam medis adalah 1) registrasi pasien;
berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang 2) pendistribusian rekam medis;
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, 3) isi rekam medis dan pengisian informasi klinis;
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 4) pengolahan data dan pengkodean;
Rekam medis harus dibuat scr tertulis, lengkap, dan 5) klaim pembiayaan;
jelas atau secara elektronik. 6) penyimpanan rekam medis;
7) penjaminan mutu;
c) Perlu dilakukan standarisasi untuk : 1) kode diagnosis, 8) pelepasan informasi kesehatan; dan
2) kode prosedur/tindakan, dan (3) simbol & singkatan 9) pemusnahan rekam medis.
yang digunakan dan tidak boleh digunakan.
Pelaksanaannya dipantau untuk mencegah kesalahan
f) Efek obat, efek samping obat, dan kejadian alergi
komunikasi dan pemberian asuhan pasien serta uuntk
didokumentasikan dalam rekam medis.
dapat mendukung pengumpulan dan analisis data.
Pokok Pikiran Kriteria 3.8.1.
g) Rekam medis diisi oleh setiap dokter, dokter gigi, j) Rekam medis rawat jalan paling sedikit berisi :
dan/atau tenaga kesehatan yang melaksanakan 1) identitas pasien;
pelayanan kesehatan perseorangan. 2) tanggal dan waktu;
Apabila terdapat lebih dari satu tenaga dokter, dokter gigi, 3) hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya
dan/atau tenaga kesehatan dalam satu fasilitas keluhan dan riwayat penyakit;
kesehatan, rekam medis dibuat secara terintegrasi. 4) penyakit;
5) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
h) Setiap catatan dalam rekam medis harus lengkap dan 6) diagnosis;
jelas dengan mencantumkan nama, waktu dan tanda 7) rencana penatalaksanaan;
tangan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan 8) pengobatan dan/ atau tindakan;
yang memberikan pelayanan secara berurutan sesuai 9) pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
dengan waktu pelayanan. 10) persetujuan dan penolakan tindakan jika
diperlukan;
i) Dalam hal terjadi kesalahan dalam pencatatan rekam 11) untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan
medis, dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga Kesehatan odontogram klinik; dan
lain dapat melakukan koreksi dengan cara mencoret 12) nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi dan
satu garis tanpa menghilangkan catatan yang atau tenaga kesehatan yang memberikan
dibetulkan, lalu memberi paraf dan tanggal; dalam hal pelayanan kesehatan.
diperlukan penambahan kata atau kalimat, diperlukan
paraf dan tanggal.
Pokok Pikiran Kriteria 3.8.1.
k) Rekam medis pasien rawat inap sekurang-kurangnya l) Rekam Medis pasien gawat darurat ditambahkan isian
berisi : 1) identitas pasien;
1) identitas pasien; 2) kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan
2) tanggal dan waktu; kesehatan;
3) hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya 3) identitas pengantar pasien;
keluhan dan riwayat penyakit; 4) tanggal dan waktu;
4) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; 5) hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya
5) diagnosis; keluhan dan riwayat penyakit;
6) rencana penatalaksanaan; 6) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
7) pengobatan dan/atau tindakan; 7) diagnosis;
8) persetujuan tindakan jika diperlukan; 8) rencana penatalaksanaan;
9) catatan observasi klinis dan hasil pengobatan; 9) pengobatan dan/ atau tindakan;
10) ringkasan pulang (discharge summary); 10) ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan
11) nama dan tanda tangan PPA; UGD dan rencana tindak lanjut;
12) pelayanan lain yang telah dilakukan; 11) nama dan tanda tangan PPA;
13) odontogram klinik untuk pasien kasus gigi; dan 12) sarana transportasi yang digunakan bagi pasien
14) nama dan tanda tangan PPA. yg akan dipindahkan ke fasyankes lain;
13) pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Pokok Pikiran Kriteria 3.8.1.
m) Puskesmas menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyimpanan
berkas rekam medis dan data serta informasi lainnya. Jangka waktu
penyimpanan rekam medis, data dan informasi lainnya terkait pasien
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna
mendukung asuhan pasien, manajemen, dokumentasi yang sah secara
hukum, pendidikan dan penelitian.

n) Kebijakan tentang penyimpanan (retensi) rekam medis konsisten dengan


kerahasiaan dan keamanan informasi tersebut. Berkas rekam medis, data
dan informasi dapat dimusnahkan setelah melampuiperiode waktu
penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik.
Elemen Penilaian 3.8.1.
a) Penyelenggaraan rekam medis dilakukan secara berurutan dari sejak pasien masuk sampai pasien pulang, dirujuk,
atau meninggal meliputi kegiatan :
1) registrasi pasien;
2) pendistribusian rekam medis;
3) isi rekam medis dan pengisian informasi klinis;
4) pengolahan data dan pengkodean;
5) klaim pembiayaan;
6) penyimpanan rekam medis;
7) penjaminan mutu;
8) pelepasan informasi kesehatan;
9) pemusnahan rekam medis; dan
10) termasuk riwayat alergi obat,
dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan ( R, D, O, W ).

b) Rekam medis diisi secara lengkap dan dengan tulisan yang terbaca serta harus dibubuhi nama, waktu pemeriksanaan,
dan tanda tangan dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan
perseorangan; apabila ada kesalahan dalam melakukan pencatatan di rekam medis, dilakukan koreksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan ( D, O, W ).
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.9.
PENYELENGGARAAN PELAYANAN LABORATORIUM
Penyelenggaraan pelayanan laboratorium dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan laboratorium dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan.

Kriteria 3.9.1.
Pelayanan laboratorium dikelola sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan.
Pokok Pikiran Kriteria 3.9.1.
a) Puskesmas menetapkan jenis pelayanan laboratorium d) Regulasi pelayanan laboratorium perlu disusun sebagai
yang tersedia di Puskesmas. acuan yang meliputi kebijakan dan pedoman serta
prosedur pelayanan laboratorium yg mengatur ttg
b) Perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pelayanan 1) jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan
laboratorium mulai dari permintaan, penerimaaan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
pengambilan, dan penyimpanan spesimen, kemampuan Puskesmas;
pengelolaan reagen pelaksanaan pemeriksaan, dan 2) waktu penyerahan hasil pemeriksaan
penyampaian hasil pemeriksaan kepada pihak yang laboratorium;
membutuhkan, serta pengelolaan limbah medis dan 3) pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi;
bahan berbahaya dan beracun (B3). 4) permintaan pemeriksaan, penerimaan specimen,
pengambilan, dan penyimpanan spesimen;
5) pelayanan pemeriksaan di luar jam kerja pada
c) Pemeriksaan berisiko tinggi adalah pemeriksaan thd Puskesmas rawat inap atau puskesmas yang
spesimen yang berisiko infeksi pada petugas, misalnya menyediakan pelayanan di luar jam kerja;
spesimen sputum dengan kecurigaan tuberculosis atau 6) pemeriksaan laboratorium;
darah dari pasien dengan kecurigaan hepatitis B dan 7) kesehatan dan keselamatan kerja dalam pelayanan
HIV/AIDS. laboratorium;
8) penggunaan alat pelindung diri; dan
9) pengelolaan reagen
Pokok Pikiran Kriteria 3.9.1.
e) Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium, perlu h) Hasil pemeriksaan yang segera (urgent), seperti dari
dilakukan upaya pemantapan mutu internal (PMI) dan unit gawat darurat, diberikan perhatian khusus. Sebagai
pemantapan mutu eksternal (PME) di Puskesmas. tambahan, bila pelayanan laboratorium dilakukan
Pemantapan mutu dilakukan sesuai dengan jenis dan dengan bekerja sama dengan pihak luar, laporan hasil
ketersediaan peralatan laboratorium yang digunakan pemeriksaan juga harus tepat waktu sesuai dengan
dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. kebijakan yg ditetapkan atau yg tercantum dlm kontrak.
Puskesmas wajib mengikuti PME secara periodik yang
diselenggarakan oleh institusi yang ditetapkan oleh i) Reagensia dan bahan-bahan lain yang selalu harus ada
pemerintah. untuk pelayanan laboratorium bagi pasien harus
diidentifikasi dan ditetapkan.
f) Jika pemeriksaan laboratorium tidak dpt dilakukan oleh
Pusk karena keterbatasan kemampuan, dpt dilakukan j) Evaluasi periodik dilakukan terhadap ketersediaan dan
rujukan pemeriks laboratorium dgn prosedur yg jelas. penyimpanan semua reagensia utk memastikan akurasi
g) Pimpinan Puskesmas perlu menetapkan jangka waktu dan presisi hasil pemeriksaan.
yang dibutuhkan untuk melaporkan hasil tes
laboratorium. Hasil dilaporkan dalam kerangka waktu k) Kebijakan dan prosedur ditetapkan untuk memastikan
berdasarkan kebutuhan pasien dan kebutuhan petugas pemberian label yang lengkap dan akurat untuk
pemberi pelayanan klinis. Pemeriksaan pada gawat reagensia dan larutan yang digunakan merujuk pada
darurat dan di luar jam kerja serta pada akhir minggu ketentuan peraturan perundang-undangan.
termasuk dalam ketentuan ini.
Pokok Pikiran Kriteria 3.9.1.
l) Sesuai dengan peralatan dan prosedur
yang dilaksanakan di laboratorium, perlu
n) Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh
ditetapkan rentang nilai normal dan
laboratorium luar, laporan hasil
rentang nilai rujukan untuk setiap
pemeriksaan harus dilengkapi dengan
pemeriksaan yang dilaksanakan
rentang nilai. Jika terjadi perubahan
m) Nilai normal dan rentang nilai rujukan metode atau peralatan yg digunakan
harus tercantum dalam catatan klinis, untuk melakukan pemeriksaan atau ada
sebagai bagian dari laporan atau dalam perubahan terkait perkembangan ilmu
dokumen terpisah dan teknologi, harus dilakukan evaluasi
dan revisi thd ketentuan ttg rentang nilai
o) Ada prosedur rujukan spesimen dan pemeriksaan laboratorium.
pasien, jika pemeriksaan laboratorium
tidak dapat dilakukan di Puskesmas.
Elemen Penilaian 3.9.1.
a) Kepala Puskesmas menetapkan nilai normal, rentang nilai rujukan untuk setiap jenis
pemeriksaan yang disediakan, dan nilai kritis pemeriksaan laboratorium ( R ).
b) Reagensia esensial dan bahan lain tersedia sesuai dengan jenis pelayanan yang
ditetapkan, pelabelan, dan penyimpanannya, termasuk proses untuk menyatakan jika
reagen tidak tersedia ( R, D, W ).
c) Penyelenggaraan pelayanan laboratorium, yang meliputi (1) sampai dengan (9),
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan ( R, D, O, W ).
d) Pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal dilakukan terhadap
pelayanan laboratorium sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan
dilakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan ( R, D, O, W ).
e) Evaluasi dan tindak lanjut dilakukan terhadap waktu pelaporan hasil pemeriksaan
laboratorium ( D, W ).
TELUSUR
RDOWS
TELUSUR
RDOWS
STANDAR 3.10.
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEFARMASIAN
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan kefarmasian dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan.

Kriteria 3.10.1.
Pelayanan kefarmasian dikelola sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan.
Pokok Pikiran Kriteria 3.10.1.
a) Pelayanan kefarmasian harus tersedia di Puskesmas. c) Pelayanan farmasi di Puskesmas terdiri atas :
Oleh karena itu, jenis dan jumlah obat serta BMHP 1) pengkajian resep dan penyerahan obat;
harus tersedia sesuai dengan kebutuhan pelayanan. 2) pemberian informasi obat (PIO);
3) konseling;
b) Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis 4) visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap);
pakai terdiri atas : 5) rekonsiliasi obat;
1) perencanaan kebutuhan; 6) pemantauan terapi obat (PTO); dan
2) permintaan; 7) evaluasi penggunaan obat.
3) penerimaan;
4) penyimpanan; e) Formularium obat yang merupakan daftar obat terpilih
5) pendistribusian; yang dibutuhkan dan harus tersedia di Puskesmas
6) pengendalian; perlu disusun sebagai acuan dalam pemberian
7) pencatatan, pelaporan dan pengarsiapan; dan pelayanan kepada pasien dengan mengacu pada
8) pemantauan dan evaluasi pengelolaan. formularium nasional; pemilihan jenis obat dilakukan
melalui proses kolaboratif antarpemberi asuhan
d) Penarikan obat kedaluwarsa (out of date), rusak, atau dengan mempertimbangkan kebutuhan pasien,
obat substitusi dari peredaran dikelola sesuai dengan keamanan, dan efisiensi.
kebijakan dan prosedur.
Pokok Pikiran Kriteria 3.10.1.
h) Peresepan dilakukan oleh tenaga medis. Dalam
f) Jika terjadi kehabisan obat karena terlambatnya
pelayanan resep, petugas farmasi wajib melakukan
pengiriman, kurangnya stok nasional, atau sebab lain yg
pengkajian/telaah resep yang meliputi pemenuhan
tidak dapat diantisipasi dalam pengendalian inventaris
persyaratan administratif, persyaratan farmaseutik, dan
yg normal, perlu diatur suatu proses utk mengingatkan
persyaratan klinis sesuai dengan peraturan perundang-
para dokter/dokter gigi tentang kekurangan obat tsb
undangan, antara lain,
dan saran untuk penggantinya.
1) ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi,
aturan minum/makan obat, dan waktu pemberian;
g) Obat yang disediakan harus dapat dijamin keaslian dan
2) duplikasi pengobatan;
keamanannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
3) potensi alergi atau sensitivitas;
pengelolaan rantai pengadaan obat. Pengelolaan rantai
4) interaksi obat dan obat lain atau dengan makanan;
pengadaan obat adalah suatu rangkaian kegiatan yang
5) variasi kriteria penggunaan;
meliputi proses perencanaan dan pemilihan, pengadaan,
6) berat badan dan/atau informasi fisiologik lainnya;
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
7) kontra indikasi.
penggunaan obat.
j) Untuk Puskesmas rawat inap, penggunaan obat oleh
i) Dalam pemberian obat, harus juga dilakukan kajian pasien/pengobatan sendiri, baik yang dibawa ke Pusk,
benar yg meliputi 5 Tepat : ketepatan identitas pasien, yang diresepkan, maupun yang dipesan di Puskesmas,
ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan rute diketahui dan dicatat dalam rekam medis. Harus dilaks
pemberian, dan ketepatan waktu pemberian. pengawasan penggunaan obat, terutama obat
psikotropika sesuai dgn ketentuan peraturan per-UU-an
Pokok Pikiran Kriteria 3.10.1.
k) Obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) m) Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
adalah obat2an yang memiliki risiko menyebabkan penyampaian obat kepada pasien agar pasien
cedera serius pd pasien jika digunakan dgn tidak tepat. memahami indikasi, dosis, cara penggunaan obat,
Obat higt alert meliputi : dan efek samping yang mungkin terjadi
1. Obat Risiko Tinggi, yaitu obat dgn zat aktif yang
dapat menimbulkan kematian atau kecacatan bila n) Pasien, dokternya, perawat dan petugas kesehatan
terjadi kesalahan (error) dalam penggunaannya yang lain, bekerja bersama untuk memantau pasien
Contoh: insulin, heparin, sitostatika, yang mendapat obat. Tujuan pemantauan adalah
2. Obat NORUM (LASA) untuk mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala
Contoh : Xanax-Zantac, Hydralazine-Hydroxyzine pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi
3. Elektrolit Konsentrat contoh: Kalium Klorida dgn pasien terhadap kejadian efek samping obat.
konsentrasi ≥ 1 mEq/ml, Natrium Klorida dengan o) Berdasarkan pemantauan, dosis, atau jenis obat, bila
konsentrasi > 0,9% dan Magnesium Sulfat Injeksi perlu, dpt disesuaikan dgn memperhatikan pemberian
dengan konsentrasi ≥ 50%. obat secara rasional. Pemantauan dimaksudkan untuk
l) Agar obat layak dikonsumsi oleh pasien, kebersihan dan mengidentifikasi respons terapeutik yang diantisipasi
keamanan thd obat yang tersedia harus dilakukan ataupun reaksi alergik dan interaksi obat yang tidak
mulai dari pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, diantisipasi serta untuk mencegah risiko bagi pasien.
dan penyampaian obat kepada pasien serta Memantau efek obat dlm hal ini tmsk mengobservasi
penatalaksanaan obat kedaluwarsa (out of date), dan mendokumentasikan setiap kejadian salah obat
rusak, atau obat substitusi. (medication error).
Pokok Pikiran Kriteria 3.10.1.
m) Puskesmas menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
k) Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat penyampaian obat kepada pasien agar pasien
yang mengandung risiko yang meningkat bila ada salah memahami indikasi, dosis, cara penggunaan obat,
penggunaan dan dapat menimbulkan kerugian besar dan efek samping yang mungkin terjadi
pada pasien, terdiri atas :
1) obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi n) Pasien, dokternya, perawat dan petugas kesehatan
kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian yang lain, bekerja bersama untuk memantau pasien
atau kecacatan, seperti insulin, heparin, atau yang mendapat obat. Tujuan pemantauan adalah
kemoterapeutik; dan untuk mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala
2) obat LASA (NORUM), seperti Xanax dan Zantac atau pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi
hydralazine dan hydroxyzine pasien terhadap kejadian efek samping obat.

o) Berdasarkan pemantauan, dosis, atau jenis obat, bila


l) Agar obat layak dikonsumsi oleh pasien, kebersihan dan perlu, dpt disesuaikan dgn memperhatikan pemberian
keamanan thd obat yang tersedia harus dilakukan obat secara rasional. Pemantauan dimaksudkan untuk
mulai dari pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, mengidentifikasi respons terapeutik yang diantisipasi
dan penyampaian obat kepada pasien serta ataupun reaksi alergik dan interaksi obat yang tidak
penatalaksanaan obat kedaluwarsa (out of date), diantisipasi serta untuk mencegah risiko bagi pasien.
rusak, atau obat substitusi. Memantau efek obat dlm hal ini tmsk mengobservasi
dan mendokumentasikan setiap kejadian salah obat
(medication error).
Pokok Pikiran Kriteria 3.10.1.
p) Bila terjadi kegawatdaruratan pasien, akses cepat thd s) Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
obat gawat darurat (emergency) yang tepat adalah 1) memastikan informasi yang akurat tentang obat
sangat penting. Perlu ditetapkan lokasi penyimpanan yang digunakan pasien;
obat gawat darurat di tempat pelayanan dan obat 2) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
gawat darurat yang harus disuplai ke lokasi tsb. terdokumentasinya instruksi dokter;
3) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
q) Untuk memastikan akses ke obat gawat darurat, jika terbacanya instruksi dokter.
diperlukan, disediakan prosedur untuk mencegah
penyalahgunaan, pencurian, atau kehilangan obat tsb.
t) Tahap proses rekonsiliasi obat adalah sebagai berikut :
Prosedur ini memastikan bahwa obat diganti bilamana
1) Pengumpulan data. Mencatat dan memverifikasi
digunakan, rusak, atau kedaluwarsa. Keseimbangan
obat yang sedang dan akan digunakan pasien.
antara akses, kesiapan, dan keamanan dari tempat
2) Komparasi. Petugas kesehatan membandingkan
penyimpanan obat gawat darurat perlu dipenuhi.
data obat yg pernah, sedang, dan akan digunakan.
r) Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan 3) Konfirmasi. Apoteker ke Dokter jika menemukan
instruksi pengobatan dgn obat yg telah didapat pasien. ketidaksesuaian dokumentasi
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya 4) Komunikasi. Dilakukan dengan pasien dan/atau
kesalahan pelayanan obat (medication error), keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan
Pada semua obat yang digunakan oleh pasien, baik terapi yang terjadi.
resep maupun obat bebas termasuk herbal, harus Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi
dilakukan proses rekonsiliasi. obat yang diberikan.
Elemen Penilaian 3.10.1.

a) Tersedia daftar formularium obat puskesmas. ( D )


b) Dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai oleh
tenaga kefarmasian sesuai dengan pedoman dan prosedur yang telah
ditetapkan. ( R, D, O, W )
c) Dilakukan rekonsiliasi obat dan pelayanan farmasi klinik oleh tenaga
kefarmasian sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. ( R, D, O, W )
d) Dilakukan kajian resep dan pemberian obat dengan benar pada setiap
pelayanan pemberian obat. ( R, D, O, W )
TELUSUR
RDOWS
Elemen Penilaian 3.10.1.

e) Dilakukan edukasi kepada setiap pasien tentang indikasi dan cara


penggunaan obat. (R, D, O, W)
f) Obat gawat darurat tersedia pada unit yang diperlukan dan dapat diakses
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat gawat darurat, lalu dipantau
dan diganti tepat waktu setelah digunakan atau jika kedaluwarsa.
( R, D, O, W )
g) Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut terhadap ketersediaan obat dan
kesesuaian peresepan dengan formularium. ( D, W )
TELUSUR
RDOWS
TERIMA
KASIH
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9 Jakarta Selatan

www.yankes.kemkes.go.id www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes @ditjenyankes

Anda mungkin juga menyukai