3. Joas 23105400706
Konsep diversifikasi seringkali diilustrasikan
dengan perkataan “jangan menaruh telur pada
satu keranjang”(don’t put your eggs in one
basket).
Pembicaraan dimulai dengan membicarakan
karakteristik diversifikasi, bagaimana diversifikasi
bisa mengurangi risiko.
Pembicaraan dilanjutkan dengan membicarakan
aspek lain, yaitu sinergi, yang perlu diperhatikan
jika perusahaan melakukan diversifikasi produk.
Apa itu Diversifikasi?
Ide sederhananya adalah membatasi risiko
saat kondisi jatuh atau risiko kehilangan
sejumlah uang, dengan cara memiliki
portofolio investasi di kelas aset berbeda
seperti reksadana, obligasi, saham,
properti, dll. Bahasa sederhananya,
investasikan uang Anda bukan hanya di
satu aset saja.
Bagaimana Cara Kerja Diversifikasi?
Fungsi dari diversifikasi itu sendiri adalah melindung aset
investasi Anda terhadap kondisi buruk, sambil tetap
mendapatkan keuntungan. Hal ini terjadi karena ketika salah
satu aset naik, yang lainnya turun dan juga ada yang tetap.
Perlu diingat dengan menggunakan strategi ini Anda tidak akan
mendapatkan keuntungan maksimal. Akan tetapi yang
terpenting, Anda juga tidak akan mengalami kerugian besar,
yang bisa terjadi pada siapa pun, termasuk investor
profesional.
Strategi ini dapat membantu perjalanan investasi Anda yang
bergelombang menjadi jauh lebih mudah dan lancar untuk
mencapai tujuan investasi yang diinginkan. Secara umum
apabila harga saham naik maka obligasi akan turun nilainya.
Kedua kelas aset tersebut memiliki pergerakan berlawanan
arah sehingga dapat membantu menstabilkan portofolio
investasi saat Anda memiliki keduanya.
Bagaimana Caranya Mengukur Risiko?
Anda bisa menginvestasikan di peternakan saham dan
kehilangan semuanya. Atau, Anda dapat berinvestasi sebagian
dana dalam saham yang memiliki kinerja kurang baik, tetapi
keseluruhan portofolio tidak mengalami gangguan. Ini karena
Anda terdiversifikasi dengan benar di kelas aset lainnya.
Memang, risiko tinggi berpotensi mendapatkan imbal hasil
tinggi, tetapi jangan lupakan juga akan adanya kerugian yang
besar pula. Risiko moderat mengkombinasikan investasi risiko
yang lebih tinggi dengan investasi berisiko rendah untuk lebih
menyeimbangkan kinerja investasi dalam jangka panjang.
Bagaimana Caranya Mengukur Risiko?
Salah satu cara untuk menangani berbagai tingkat risiko
adalah dengan mengukurnya. Dalam dunia investasi, risiko
investasi diukur dari seberapa jauh ia menyimpang dari
hasil yang diharapkan. Anda tidak perlu mengukur standar
deviasi. Sebaliknya, pikirkan portofolio Anda dalam kategori
berbasis luas seperti risiko rendah, sedang, dan tinggi.
Contoh : Jika semua investasi Anda hanya dalam beberapa
saham tunggal, Anda memiliki tingkat risiko yang tinggi.
Jika investasi Anda 60% dalam bentuk saham dan 40%
dalam obligasi dan secara global terdiversifikasi di seluruh
kelas aset, Anda memiliki lebih banyak tingkat risiko
sedang. Jika sebagian besar aset Anda dalam obligasi dan
kas jangka pendek, berkualitas tinggi, Anda memiliki tingkat
risiko yang rendah.
Cara diversifikasi portofolio
Atur banyaknya saham dalam portofolio kamu.
Dalam melakukan diversifikasi portofolio, kamu harus memiliki lebih dari 1 saham
dalam portofolio kamu, kamu bisa mulai dari 3 sampai 5 saham. Perlu diingat jika
semakin banyak saham yang kamu pegang maka kemungkinan hasil yang kamu
dapatkan akan kurang optimal dan kamu membutuhkan effort yang lebih tinggi untuk
tetap mengawasi investasi kamu.
Risiko
N (jumlah aset)
ASET BERKORELASI
(DEPENDEN) SATU SAMA LAIN
Kita mempunyai portofolio yang terdiri dari N
aset, tetapi aset tersebut berkaitan (berkorelasi,
atau tidak independent) satu sama lain.
Tingkat keuntungan portofolio yang diharapkan
E(RP) = (1/N) R1 + ….. + (1/N) RN
= (R1 + ….. + RN ) / N
Risiko portofolio:
P2 = (1/N)2 12 + .. + (1/N)2 N2 + 2
(1/N) (1/N) 12 + .. + 2 (1/N) (1/N) ij
dimana i≠j
Perhatikan bahwa karena aset-aset
tersebut tidak independent satu sama lain,
maka ada kovarians atau korelasi antar
aset.
Karena itu, term kedua (yang memuat
kovarians antar aset) tidak bisa
dihilangkan.
Risiko portofolio dalam situasi adalah
penjumlahan dari varians setiap aset
dengan kovarians antar aset.
Bagan 2. Komponen Risiko Portofolio
(Aset Tidak Independen)
1 2 12 13 13 14
3 2 34 35
4 2 45
5 2
Misalkan kita mempunyai portofolio yang terdiri dari lima
aset. Total risiko aset tersebut bisa dituliskan sebagai
berikut ini (dimana N=5).
P2 = [ (1/N)2 12 + (1/N)2 22 + (1/N)2 32 +
(1/N)2 42 + (1/N)2 52 ] +
[2 (1/N) (1/N) 12 + 2 (1/N) (1/N) 13 + 2 (1/N) (1/N)
14 +2 (1/N) (1/N) 15 +2 (1/N) (1/N) 23 + 2 (1/N)
(1/N) 24 +2 (1/N) (1/N) 25 +2 (1/N) (1/N) 34 +2
(1/N) (1/N) 35 + 2 (1/N) (1/N) 45 ]
Perhatikan jumlah komponen dalam risiko portofolio
tersebut adalah 5 varians dan 20 kovarians. Misalkan
varians dan kovarians tersebut adalah sama besarnya,
maka formula di atas bisa disederhanakan menjadi
berikut ini.
P2 = [ (1/5)2 (52) ] + [ 2 (1/5)2 (10 ij ) ]
Formula di atas bisa digeneralisir untuk
portofolio dengan N aset. Risiko portofolio
dengan N aset bisa dituliskan sebagai
berikut ini.
P2 = [ (1/N)2 (N i2) ] +
[ 2 (1/N)2 (N(N – 1)/2) ij ) ]
Formula di atas bisa disederhanakan lebih
lanjut menjadi berikut ini.
P2 = [ (1/N) i2 ] + [ (N – 1)/N) ij ) ]
Jika N → ∞ (semakin besar), maka
komponen pertama akan mendekati nol,
karena nilai 1/N akan mendekati nol.
Tetapi nilai [(N – 1)/N] akan mendekati 1
jika N semakin besar (N → ∞ ).
Dengan kata lain, jika N semakin besar,
untuk portofolio dengan aset yang
berkorelasi satu sama lain, risiko portofolio
tersebut tidak menjadi nol, tetapi akan
mendekati konstanta tertentu, yaitu rata-
rata kovarians antar saham.
Misalkan portofolio yang terdiri dari aset yang sama
risikonya, korelasi antar aset juga sama, seperti berikut ini:
i = 50, ij = 0,1. Berapa risiko portofolio?
Risiko
N (jumlah aset)
Risiko Total, Risiko Sistematis, dan
Risiko Tidak Sistematis
Teori portofolio yang dikembangkan oleh
Markowitz (1952, 1959), Sharpe (1963,
1964), Lintner (1965), dan lainnya,
memberikan pandangan baru mengenai
karakteristik risiko dan portofolio.
Markowitz mengembangkan model dua
parameter, yaitu rata-rata keuntungan
(mean) dan deviasi standar dari mean
keuntungan tersebut.
Sharpe (1963) mengembangkan model
indeks tunggal. Dengan menggunakan
model tersebut, Sharpe bisa
mendekomposisi risiko total (yaitu deviasi
standar) ke dalam risiko unik perusahaan
(risiko yang bisa dihilangkan melalui
diversifikasi, atau disebut juga sebagai
risiko tidak sistematis), dan risiko pasar
(risiko yang tidak bisa dihilangkan melalui
diversifikasi, atau disebut juga risiko
sistematis)
Bagan 4. Risiko Total, Sistematis, dan Tidak Sistematis
Risiko portofolio
Biaya rata-rata
Output
Tabel 5. Return to Scale untuk Beberapa Sektor
Usaha
Sumber: Moroney, J, Cobb-Douglas Production Functions and Return to Scale in US Manufacturing Industry, Western
Economic Journal, December 1967.
Skope Ekonomi
(economies of scope)
Skope ekonomi mengacu pada sinergi
yang bisa diperoleh jika perusahaan
memproduksi dua produk atau lebih
dengan menggunakan input yang sama.
Secara umum, skope ekonomi akan
diperoleh jika biaya gabungan lebih
kecil dibandingkan dengan penjumlahan
biaya individual, seperti berikut ini.
AC(1 + 2) < AC(1) + AC(2)
Banyak contoh bagaimana skope ekonomi bisa diperoleh.
Sebagai contoh, banyak perusahaan elektronik
menggunakan merek tunggal untuk banyak produk
mereka. Sony, Panasonic, memproduksi banyak produk
elektronik, mulai dari televisi, radio, telepon, CD player.
Dengan satu merek, mereka hanya perlu mengiklankan
sekali dengan menonjolkan merek mereka; tidak perlu
mengiklankan setiap produknuya. Konsumen diharapkan
sudah langsung mengenali merek tersebut, sehingga
ketika mereka melihat produk tertentu di toko, mereka
sudah langsung mengenali produk tersebut.
Bandingkan jika mereka mempunyai merek yang berbeda
untuk setiap produknya (TV mempunyai merek sendiri,
telepon mempunyai merek sendiri, dst). Mereka terpaksa
akan mengiklankan produk-produk mereka secara terpisah,
yang akan meningkatkan biaya iklan secara signifikan.
Jika produk yang digabungkan terlalu banyak,
ada kemungkinan terjadinya dis-economies of
scope. Dalam situasi tersebut gabungan dari
beberapa produk akan meningkatkan biaya
produksi, lebih tinggi dibandingkan jika
memproduksi produk tersebut secara terpisah,
seperti terlihat berikut ini.
5-42
FUNGSI UTILITAS & KURVA INDIFERENS
u2
u1a
u1
Risiko, p
5-44
ASET BERISIKO
5-45
ASET BEBAS RISIKO
Aset bebas risiko merupakan aset yang
tingkat returnnya di masa depan sudah bisa
dipastikan pada saat ini, dan ditunjukkan
oleh varians return yang sama dengan nol.
5-46
MODEL PORTOFOLIO MARKOWITZ
5-47
MODEL PORTOFOLIO MARKOWITZ
5-48
MEMILIH PORTOFOLIO OPTIMAL
Dalam pendekatan Markowitz, pemilihan
portofolio optimal didasarkan pada preferensi
investor terhadap return yang diharapkan dan
risiko masing-masing pilihan portofolio.
u2
u1 Garis
Return permukaan
yang D
E efisien B-C-D-E
diharapkan
(Rp) C G
Titik-titik portofolio
B optimal B, C, D, E
H
Risiko, p
5-49
MEMILIH KELAS ASET OPTIMAL
Keputusan dalam pemilihan kelas aset yang
optimal dalam manajemen portofolio akan
meliputi tiga keputusan, yaitu:
1. pembuatan keputusan alokasi aset,
2. penentuan porsi dana yang akan
diinvestasikan pada masing-masing kelas aset,
dan
3. pemilihan aset-aset dari setiap kelas aset yang
telah dipilih.
5-50
KELAS ASET UNTUK PORTOFOLIO
SAHAM BIASA OBLIGASI INSTRUMEN PASAR
Singapore, hal. 9.
Pasar modal Obligasi Dengan Jaminan MODAL VENTURA
berkembang
Obligasi Internasional
5-51
INVESTOR BISA MENGINVESTASIKAN
DAN MEMINJAM DANA BEBAS RISIKO
Pemilihan portofolio optimal dengan model
Markowitz di atas, ternyata mengandung asumsi
bahwa pilihan investor hanya akan melibatkan
aset berisiko.
Apa yang akan terjadi pada garis permukaan
efisien jika investor mengkombinasikan pilihan
portofolio pada permukaan efisien dan investasi
pada aset bebas risiko?
Perubahannya bisa dilihat dalam gambar
berikut:
5-52
PERUBAHAN PADA GARIS PERMUKAAN
EFISIEN MODEL MARKOWITZ
JIKA DIMASUKKAN ASET BEBAS RISIKO
Return yang
diharapkan,
Rp B
N
M
L
X A
RF
Risiko, p
5-53
INVESTOR BISA MENGINVESTASIKAN
DANANYA PADA ASET BEBAS RISIKO
Dengan dimasukkannya RF dalam model
Markowitz, dan jika portofolio optimal investor
misalnya adalah pada titik L, maka permukaan
efisien akan berubah membentuk garis lurus RF–
L.
Dengan demikian, maka rumus untuk
menghitung return yang diharapkan dan risiko
portofolio tersebut akan berubah menjadi:
E(Rp) = WRF RF + (1-WRF) E(RL) (5.1)
p = (1 – wRF) L (5.2)
5-54
PERUBAHAN PADA PERMUKAAN EFISIEN
MODEL MARKOWITZ JIKA INVESTOR BISA MEMINJAM
DANA BEBAS RISIKO
u2
K
Return yang
diharapkan,
Rp B
u1 N
RF
Risiko, p
5-55
INVESTOR BISA MEMINJAM DANA
BEBAS RISIKO
Dengan mencari tambahan dana yang berasal dari pinjaman bebas
risiko, investor bisa menambah dana yang dimilikinya untuk
diinvestasikan.
Jika dana pinjaman tersebut digabungkan dengan dana yang dimiliki
saat ini dan digunakan untuk investasi, investor akan mempunyai
kemungkinan untuk mendapatkan return diharapkan dari investasi
yang lebih tinggi.
Jika kita asumsikan investor bisa meminjam dana sebesar jumlah
dana yang dimilikinya (100% dari dana yang dimiliki), dan semua
dana tersebut (200%) akan diinvestasikan pada aset berisiko maka
posisi portofolio akan berada pada titik K.
5-56
INVESTOR BISA MEMINJAM DANA BEBAS
RISIKO (lanjutan)
Dengan demikian, maka rumus untuk
menghitung return yang diharapkan dan risiko
portofolio tersebut akan berubah menjadi:
p = (1 – wRF) K
= 2 K (5.4)
5-57
Memilih Portofolio Berdasarkan
Preferensi Investor
Dalam memilih portofolio, investor akan mendasarkan pemilihannya pada
preferensi terhadap return yang diharapkan dan risiko yang bersedia
ditanggung investor
Semakin konservatif seorang investor, semakin enggan dia menanggung
risiko pilihan portofolionya akan semakin mendekati aset bebas risiko
atau titik RF
Semakin agresif seorang investor, berarti semakin berani dia menanggung
risiko, sehingga pilihan portofolionya akan semakin mendekati portofolio
pada aset berisiko
Pilihan investor nantinya akan berada pada titik persinggungan antara kurva
utilitas investor (U1 atau U2) dengan garis permukaan efisien (garis RF-K).
5-58