4. . Hemoglobinopathies
Hemoglobinopathies adalah kondisi yang relatif umum dengan tingkat
keparahan bervariasi, mulai dari anemia ringan hingga kerusakan sistem
organ, infeksi, dan rasa sakit yang signifikan. Manifestasi klinis mungkin juga
disebabkan oleh produksi hemoglobin yang tidak memadai, yang disebabkan
oleh alpha thalassemia. Terapi yang diberikan berupa transfusi darah,
manajemen nyeri, antibiotik profilaksis, vaksinasi dan pemeriksaan medis
untuk menilai kerusakan organ akhir karena gangguan ini. Sebagian besar
memiliki warisan resesif autosomal
5. Cystic fibrosis
Disebabkan oleh sekresi yang lengket dalam paru-
paru dan usus Gangguan penyakit ini ditanggulangi
dengan pemberian suplemen makanan antibiotik, dan
fisioterapi untuk membantu mencegah pertumbuhan
buruk, infeksi dada, dan usia yang lebih pendek.
6. Defisiensi Biotinidase
Kekurangan enzim ini mencegah daur ulang vitamin
biotin. Dapat menyebabkan kejang, infeksi, gangguan
pendengaran, keterbelakangan mental, jika tidak
diobati dapat menyebabkan koma dan kematian.
Perawatan dengan suplementasi biotin setiap hari
benar-benar mencegah gejala-gejala ini.
7. Hiperplasia adrenal kongenital
Hiperplasia adrenal kongenital dapat disebabkan oleh berbagai kekurangan
enzim. Bentuk yang paling umum adalah karena kekurangan enzim 21
hidroksilase, yang menghasilkan sintesis adrenal kortisol yang terganggu
akibat kolesterol.Virilisasi janin genetik perempuan sering menghasilkan
genital ambigu, androgen berlebih tidak menghasilkan perubahan anatomi
pada keturunan laki-laki. Karena bayi baru lahir dengan bentuk pemborosan
garam dapat mengancam kehidupan krisis garam, identifikasi cepat dari
bentuk 21-hidroksilase melalui NBS sangat penting. Manajemen termasuk
penggantian glukokortikoid serta manajemen wanita virilized.
8. Hipotiroidisme kongenital
Gangguan ini dapat terjadi akibat kegagalan tiroid untuk berkembang atau
berfungsi dengan baik. Dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan yang
parah dan keterbelakangan mental karena hormon tiroid yang tidak adekuat
atau tidak ada pada bayi baru lahir. Terapi membutuhkan penggantian tiroid
seumur hidup yang dapat diambil secara lisan. Jika perawatan dimulai dalam
bulan pertama kehidupan, pengembangan biasanya normal.
9. Galaktosemia
Galaktosemia disebabkan oleh kekurangan enzim GALT (galactose-1
phosphate uridyltransferase) yang menyebabkan gangguan metabolisme
galaktosa. Enzim hati ini diperlukan untuk mengubah galaktosa menjadi
glukosa untuk metabolisme energi. Akumulasi galaktosa menyebabkan
presentasi klinis kegagalan untuk berkembang, infeksi, katarak, gagal hati,
keterbelakangan mental dan kematian. Interventon makanan dirancang untuk
membatasi galaktosa dan memiliki hasil yang bervariasi.
10. Pendengaran
Skrining pendengaran bayi baru lahir hanya menunjukkan ada/tidaknya
respons terhadap rangsangan dengan intensitas tertentu dan tidak mengukur
beratnya gangguan pendengaran ataupun membedakan jenis tuli (tuli
konduktif atau tuli saraf). Alat yang direkomendasikan untuk skrining
pendengaran bayi adalah otoacoustic emissions (OAE) atau automated
auditory brainstem response (AABR)
OAE dilakukan pada bayi baru lahir berusia 2 hari (di RSCM: usia 0-28
hari)
1) Bila hasil OAE pass dan bayi tanpa faktor risiko, dilakukan
pemeriksaan AABR pada usia 1-3 bulan :
a) Bila hasilnya pass, tidak perlu tindak lanjut
b) Bila hasilnya refer, dilakukan pemeriksaan lanjutan (ABR click
dan tone B 500 Hz atau ASSR, timpanometri high frequency), dan
bila terdapat neuropati auditorik, dilakukan habilitasi usia 6 bulan.
2) Bila hasil OAE pass dan bayi mempunyai faktor risiko, atau bila hasil
OAE refer ( di RSCM juga dilakukan pemeriksaan AABR) :
Pada usia 3 bulan, dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanometri, OAE,
AABR.
3) Bila hasilnya Pass, dilakukan pemantauan perkembangan bicara dan
audiologi tiap 3-6 bulan sampai usia 3 tahun (sampai anak bisa bicara)
4) Bila hasilnya refer, dilakukan pemeriksaan lanjutan (ABR click dan
tone B 500 Hz atau ASSR, timpanometri high frequency), dan bila
terdapat tuli saraf, dilakukan habilitasi usia 6 bulan
11. Oximetri pulsa
Tes ini dilakukan untuk mengecek kadar oksigen dalam darah bayi. Sebab, jika kadar
oksigen dalam darah rendah atau fluktuatif, hal tersebut cenderung menjadi tanda adanya
Critical Congenital Heart Defect (CCHD) atau dalam bahasa Indonesia penyakit jantung
bawaan kritis. Penyakit jantung bawaan biasanya terjadi tanpa gejala namun bisa
menyebabkan kematian jika tidak segera dilakukan pengobatan atau tindakan
12. Pemeriksaan Penglihatan
1) Bayi Fisiologis
Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya hipotiroid kongenital/bawaan.
Hipotiroid kongenital yang tidak diobati sejak dini dapat mengakibatkan retardasi
mental berat. Angka kejadian hipotiroid kongenital (bawaan) bervariasi antar Negara,
umumnya sebesar 1:3000 – 4000 kelahiran hidup.
Mengingat gejala hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir biasanya tidak jelas,
dan hipotiroid kongenital dapat memengaruhi masa depan anak dengan menyebabkan
retardasi mental berat kecuali jika mendapat terapi secara dini maka mutlak sangat
diperlukan (rutin) skrining hipotiroid pada bayi baru lahir untuk menemukan kasus
hipotiroid secara dini.
Program skrining hipotiroid ini memungkinkan bayi mendapatkan terapi secara
dini dan diharapkan memiliki tumbuh kembang yang lebih optimal. Skrining ini
dilakukan saat bayi berusia 48-72 jam, sedikit darah diteteskan di atas kertas saring
khusus, setelah bercak darah mengering dilakukan pemeriksaan kadar hormon TSH.
2) Skrining penglihatan untuk bayi
prematur
Retinopathy of prematurity (ROP) sering terjadi pada bayi prematur dan
merupakan salah satu penyebab kebutaan bayi dan anak di dunia, termasuk di
Indonesia. Dengan kemajuan teknologi di bidang perawatan bayi prematur,
memungkinkan bayi prematur dengan berat lahir rendah dan usia kehamilan yang
sangat muda dapat bertahan hidup, namun seiring dengan meningkatnya angka
kehidupan bayi prematur tersebut, menyebabkan kejadian ROP juga meningkat.
Untuk itu perlu dilakukan skrining pada bayi prematur untuk mendeteksi dini ROP,
sehingga dapat dilakukan terapi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kebutaan.
Skrining ROP dilakukan pada:
a) Bayi baru lahir dengan berat ≤ 1500 gram atau masa kehamilan ≤ 34 minggu
b) Bayi risiko tinggi seperti mendapat fraksi oksigen (Fi O 2) tinggi, transfusi
berulang, kelainan Jantung bawaan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
infeksi/sepsis, gangguan napas, asfiksia,perdarahan di otak (IVH), berat lahir ≤
1500 gram, masa gestasi ≤ 34 minggu.
Waktu pemeriksaan:
c) Masa gestasi > 30 minggu: 2-4 minggu setelah lahir
d) Masa gestasi ≤ 30 minggu: 4 minggu setelah lahir.
e) Tidak dapat memfiksasi dan mengikuti objek pada usia 3 bulan.
f) Riwayat katarak bawaan, retinoblastoma, penyakit metabolik dalam keluarga,
juling