02 Proses Biofarmasetika
02 Proses Biofarmasetika
BIOFARMASETIKA
Liberasi/disintegrasi
Dissolusi
Obat dalam
Obat dalam Absorbsi larutan
tubuh
Dalam proses disintegrasi, dissolusi, dan absorbsi obat,
laju obat mencapai sirkulasi sistemik ditentukan oleh
tahap yang paling lambat dalam urutan proses tersebut.
Tahap yang paling lambat disebut tahap pembatas laju
(rate-limiting step)
Kecuali untuk produk lepas terkendali, disintegrasi
biasanya lebih cepat daripada dissolusi dan absorbsi
obat.
Untuk obat dengan kelarutan air yang sangat rendah,
laju dissolusi sering menjadi tahap paling lambat
Untuk obat dengan kelarutan air yang tinggi, laju
dissolusi cepat dan laju obat melintasi atau
mempermeasi membran sel menjadi tahap paling
lambat.
1) Jenis produk obat (larutan, suspensi,
suppositoria)
2) Sifat eksipien dalam produk obat
3) Sifat fisikokimia molekul obat
4) Rute pemberian obat
Dissolusi (pelarutan) = proses
terlarutnya substansi obat padat
SIFAT
(solute) di dalam pelarut
DINAMIS
(solvent)
Kelarutan = massa (solut) yang
larut dalam sejumlah tertentu
SIFAT
massa atau volume solvent pada
suhu tertentu STATIS
misalnya, 1 g NaCl larut dalam
2,786 mL air pada suhu 25C
Jumlah Bagian Pelarut Yang
Istilah Kelarutan Diperlukan Untuk
Melarutkan 1 Bagian Zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1.000
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
Persamaan NOYES-WHITNEY
• Dissolusi berawal dari
dissolusi obat pada
permukaan partikel
padat,
• Terbentuk larutan jenuh
di sekitar partikel
tersebut. Obat yang
terlarut dalam larutan
jenuh itu, yang dikenal
sebagai lapisan
stagnan,
• Difusi ke dalam
D = tetapan laju difusi, sejumlah besar solven
A = luas permukaan partikel,
Cs = konsentrasi obat (setara dengan kelarutan
dari konsentrasi obat
obat) di dalam larutan stagnan,
yang tinggi ke yang
C = konsentrasi obat di dalam pelarut, konsentrasi rendah.
h = kekentalan lapisan stagnan
1) Sifat fisikokimia substansi obat
aktif
2) Sifat eksipien
3) Metode pembuatan
Profil pKa dan pH Perlu untuk kestabilan dan kelarutan optimum produk akhir
Ukuran partikel Dapat mempengaruhi kelarutan obat sehingga mempengaruhi laju
dissolusi produk
Polimorfisme Kemampuan obat untuk berada dalam berbagai bentuk kristal dapat
mengubah kelarutan obat. Demikian juga, kestabilan dari masing-masing
bentuk adalah penting, karena polimorfisme dapat berubah dari bentuk
yang satu ke bentuk yang lain.
Higroskopisitas Absorbsi kelembaban dapat mempengaruhi struktur fisik dan kestabilan
produk
Koefisien partisi Dapat memberikan petunjuk afinitas relatif obat terhadap minyak dan air.
Obat yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap minyak akan mengalami
peleasan yang kurang dan dissolusi dari produk obat.
Interaksi eksipien Kecocokan eksipien dengan obat dan unsur-unsur yang dalam jumlah
kecil dalam eksipien dapat mempengaruhi kestabilan produk. Penting
untuk mengetahui spesifikasi semua bahan baku.
Profil kestabilan pH Kestabilan larutan sering dipengaruhi oleh pH pembawa. Lebih dari itu,
karena pH dalam lambung dan usus berbeda, maka pengetahuan tentang
profil kestabilan dapat membantu menghindari atau mencegah degradasi
produk selama penyimpanan dan setelah pemberian.
Polimorfisme = susunan substansi obat dalam
berbagai bentuk kristal atau polimorf.
Deskripsikan bentuk-bentuk polimorf, solvat, dan
amorf, serta solvat yang terdesolvasi.
Bentuk amorf adalah bentuk nonkristal,
Solvat adalah bentuk yang mengandung pelarut
(solvat) atau air (hidrat),
Solvat terdesolvasi adalah bentuk yang dibuat
dengan menghilangkan pelarut dari solvat.
Polimorf memiliki struktur kimia yang sama
tetapi sifat fisikanya berbeda, seperti kelarutan,
kerapatan, kekerasan, dan karakteristik
kompressinya
Kloramfenikol, memiliki beberapa bentuk
kristal, dan bila diberikan secara oral dalam
sediaan suspensi, maka konsentrasi obat di
dalam tubuh diketahui tergantung pada persen
polimorf dalam suspensi.
Bentuk lebih mudah larut dan terabsorbsi lebih
baik
Perbandingan rata-rata kadar serum darah yang diperoleh dari pemberian suspensi
kloramfenikol palmitat yang mengandung variasi rasio polimorf dan , dari
pemberian dosis oral tunggal yang setara dengan 1,5 g kloramfenikol. Persentase
yang tercantum pada setiap kurva adalah persen polimorf dalam suspensi