Anda di halaman 1dari 25

By. Mamat Supriyono, SKM, M.

Kes (Epid)
SKRINING EPIDEMIOLOGI
 Screening is defined as the presumptive identi-
fication of recognized diseases or defect by the
aplication of test, examinations, or other
prosedures which can be applied rapidly to sort
out of those who to probably have a diseases
from those who probably do not.
 Skrining dilakukan pada orang yang tampaknya
masih sehat tapi yg berhub. dg ciri perorangan
dan kondisi lingkungan-fisik, biologi, sosial, dll
yg mempy. peluang utk terjadinya penyakit
tanpa/dg sign and symptoms
 Skrining untuk pengendalian penyakit adalah pemeriksaan
orang-orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka
ke dalam katagori yang perkirakan mengidap atau diperkira-
kan tidak mengidap penyakit (as likely or unlikely to have
the disease) yg menjadi obyek skrining.

 Contoh uji skrining :


1. Pemeriksaan rontgent
2. Pemeriksaan sitologi
3. Pemeriksaan tekanan darah

 Uji skrining tidaklah bersifat diagnostik. Orang-orang dengan


temuan positif atau mencurigakan harus di rujuk ke dokter
untuk di diagnosis dan pengobatannya.
 Maksud dari skrining :
1. Untuk menjaring sejmlh org dlm masy yg tampaknya sehat
(asymptomatis)  didiagnosa scr lbh teliti  pertolongan.
2. Mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dgn
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.

early deteksi
diseases biasa
SPESIFISITAS
Tidak ada Penyakit Perjalanan
Penyakit Asimtomatik klinis

PREVEN- PRIMER SEKUNDER TERSIER


SI Hilangkan Deteksi dini & Kurangi
faktor risiko pengobatan komplikasi
 Pengertian lain dari istilah skrining :
1. Rangkaian pengujian yg dilakukan terhadap pasien simpto-
matik yg diagnosisnya belum dapat dipastikan.
2. Agen kimiawi dpt di skrining dg pengujian laborat atau sur-
veilens epidemiologi utk mengidentifikasi zat-zat yg diperki-
rakan bersifat toksik.
3. Digunakan untuk mengestimasi prevalensi berbagai kondisi
penyakit.
4. Pengidentifikasian orang yang berisiko tinggi thd penyakit.
Cara melakukan skrining :
1. Tentukan penyakit atau kondisi medis yang akan dicari
pada skrining. Didasarkan pada :
2. Uji skrining, dapat dilaksankan dalam bentuk :
a. Pertanyaan/anamnesis, misal : apakah anda mrkok
b. Pemeriksaan fisik
c. Prosedur, misal : sigmoidoskopi
d. Uji Laboratprium.
1. Sensitivitas dan spesifisitas

Kriteria 2. Sederhana dan biaya murah


uji skrining 3. Aman
4. Dapat diterima psien & klinikus
 Maksud dari skrining : untuk menjaring sejmlh
org dlm masy yg tampaknya sehat (asymptoma
tis)  didiagnosa scr lbh teliti  pertolongan.
SKRINING

SENSITIFITAS SPESIFISITAS

Kriteria tersebut umumnya bsifat berlawanan, bila


sensitifitasnya ditingkatkan mk spesifisitasnya
Akan menurun, demikian jg sebaliknya
HASIL KEADAAN SEBENARNYA
TEST
PENDERITA NON PENDERITA

POSITIF a b a+b
NEGATIF c d c+d

a+c b+d a+b+c+d

 Sensitifitas tinggi  POSITIF PALSU


 Spesifisitas tinggi  NEGATIF PALSU

SENSITIFITAS
SENSITIFITASTINGGI
TINGGI ++SPESIFISITAS
SPESIFISITASTINGGI
TINGGI
((VALIDITAS
VALIDITASOPTIMAL
OPTIMAL))
 TUJUAN SCREENING TEST

1. MELINDUNGI MASYARAKAT dari sumber penularan


potensial. Misal upaya unt mendeteksi carrier typus  tdk
bekerja dipengolahan mkn+mnm yg langsung dikonsumsi

2. Untuk MAKSUD PENELITIAN  memperkirakan tingkat


prevalensi suatu penyakit dalam masyarakat (populasi)
tertentu.

3. Utk maksud yg bersifat PRESKRIPTIF yi membantu kebera


daan (prevalensi) penykt di suatu wilayah yg diprogramkan
unt pengendalian & penanggulangannya.
PENATALAKSANAAN
SCREENING TEST

Sasarannya pada masyarakat


MASS
MASS luas, & tanpa kriteria atau kemung
SCREENING
SCREENING kinan pemaparan sebab tertentu.

SELECTIVE
SELECTIVE Sasarannya hanya pada
SCREENING
SCREENING HIGH RISK GROUP

Karena sifat penyakitnya setelah


MULTI
MULTI PHASIC
PHASIC screening test, ditindaklanjuti dg
SCREENING
SCREENING pemeriksaan lanjutan
KRITERIA SCREENING TEST
1. Dapat dilakukan pada sejumlah besar orang
2. Mempunyai validitas, reliabilitas, dan hasil (yield) yang
tinggi
3. Hasil test dapat diterima masyarakat (acceptability)

JENIS PENYAKIT  SCREENING TEST


1. Kondisi laten – pre symptomatic – sub clinical – carrier dan
tersedia IPTEK untuk mendeteksinya.
2. Jumlahnya relatif cukup tinggi
3. Dapat dibedakan dg jelas dan definitif dari org yang sehat
4. Bersifat REVERSIBLE  dapat disembuhkan atau
dikendalikan
Contoh Penyakit / kondisi  screening test
• Berat badan • Tuberculin test
• Visual acuity • Mass chest X – ray
• Buta warna • Test fungsi pendengaran
• Tonometri mata • Hitung btr drh merah
• Pendengaran • Pemeriksaan serologis
• Tekanan darah • Kholesterol darah
• Albuminuria • Gula darah
• Glycosuria • Kadar hemoglobin
• Bacteriuria • ECG, EEG, dll
PENGAMATAN
TERHADAP RISIKO PEMAPARAN
 Transisi Epidemiologi yang erat kaitannya dengan
transisi demografi
 Natural History of Diseases  penyakit diupayakan
untuk tindakan pencegahan & pengobatan
 Penyakit degeneratif & non menular  perubahan
gaya hidup.
 Faktor risiko  program pencegahan & pengen-
dalian
 Misal :
KDR GULA DARAH AKTIFITAS FISIK

KEBIASAAN MEROKOK
OR

CHD TEKANAN DRH SISTOL

RR BERAT BADAN

GABGN KONDISI2 TSB PENY. JANTUNG LAIN


efek skrining
 Jika pengobatan dini tidak berpengaruh terhadap perja-
lanan penyakit, usia saat terjadinya stadium lanjut
penyakit atau kematian tidak akan berubah, walaupun
ada perolehan lead time, yaitu periode dari saat deteksi
penyakit (dgn. skrining) sampai dengan saat diagnosis
seharusnya dibuat jika tidak ada skrining.
 Contoh :
Fase sub klinis perjalanan penyakit batu kandung
empedu (BKE). Batu bermula pada usia 29 tahun. Kasus
akan terdeteksi pada usia 37 tahun jika skrining
dilakukan. Namun tanpa skrining diagnosis baru dibuat
pada usia 39,4 tahun ketika pasien mecari pertolongan
medis krn
kesakitan pada perut sebelah kanan. Periode selama 2,4
tahun antara usia 37 tahun s.d 39,4 tahun, dinamakan
interval lead time.
Interval lead time jika
skrining dilakukan

Usia 29 th. Usia 37 th. Usia 39,4 th.

Batu berdia- Diameter batu Pasien men-


BKE meter 0,5 cm bertambah cari pertolongan
mulai medis karena
Titik penemuan sangat kesakitan
Perut terasa
jika skrining dan Dx. dibuat
sebah, mulai
dilakukan
nyeri
a. Skrining tidak dilakukan, diagnosis dibuat pada titik B,
sakit parah terjadi pada titik C, dan kematian karena
penyakit pada titik D.
Dapat Sakit parah
terdeteksi (misalnya
oleh uji metastasis
Usia  skrining pada carsinoma)

A (AI) B C D
Awitan Saat Kematian
biologis diagnosis karena
(gejala) penyakit
b. Skrining dilakukan, deteksi terjadi lebih awal pada titik
BI, tetapi efek pengobatan dini tidak ada sehingga sakit
parah tetap terjadi pada titik C dan kematian karena
penyakit pada titik D

Deteksi
oleh uji
skrining

A (BI) B C D
Awitan Tidak ada efek pengobatan dini terhadap
biologis perjalanan penyakit
c. Skrining dilakukan, manfaat pengobatan dini
mengakibatkan tertundanya sakit parah dan kematian
karena penyakit

Deteksi
oleh uji
skrining

A (BI) C D
Awitan Tertundanya sakit
biologis parah dan kematian
karena penyakit
d. Skrining dilakukan, manfaat pengobatan dini bermanfaat
sehingga sakit parah dan kematian karena penyakit tidak
terjadi sama sekali

Deteksi
oleh uji
skrining

A (BI) Kematian
karena
Awitan
penyakit lain
biologis
 Kelayakan suatu program skrining ditentukan oleh
jawaban terhadap beberapa pertanyaan :
1. Apakah pengobatan dini dapat menurunkan morbiditas
atau mortalitas penyakit ?
2. Seberapa besar efek skrining ?
3. Apakah biaya program skrining masuk akal ?
4. Apakah program skrining cukup praktis untuk
dikerjalkan ?
Uji Diagnostik
• Uji yg digunakan untuk membantu penentuan diagnostik
pasien dalam keadaan ketidakpastian.
• Contoh : hub. atr. hasil uji diagnostik dg kejdan penyakit

PENYAKIT

Ada Tdk Ada

Positif Positif
Positif a b
Benar Palsu
UJI
Negatif Negatif
Negatif c d
Palsu Palsu

Uji diagnostik dinilai berdasarkan dua parameter yaitu :


Sensitifitas (Se) dan Spesifisitas (Sp)
PENYAKIT

Ada Tdk Ada

Positif Positif a
Positif a b a+b PV+ = -----------
Benar Palsu a+b
UJI
Negatif Negatif d
Negatif c d c+d PV- = -----------
Palsu Palsu c+d
a+c b+d a+b+c+d
a d a+c
Se = ----------- Sp = ----------- P = -----------------
a+c b+d a+b+c+d

a c
----------- -----------
a+c a+c
LR+ = ----------------- LR- = -----------------
b d
----------- -----------
b+d b+d
• Sensitivitas (Se) : proporsi yang hasil ujinya positif
diantara yang sakit
• Spesifisitas (Sp) : proporsi yang hasil ujinya negatif
diantara yang tidak sakit.
• Nilai prediksi positif (PV+) : proporsi yang sakit diantara
yang hasil ujinya positif
• Nilai prediksi negatif (PV-) : proporsi yang tidak sakit
diantara yang hasil ujinya negatif.
• P : prevalensi
Sensitivitas
• Rasio likelihood positif (LR+) = ----------------------
1 - Spesifisitas

1 - Sensitivitas
• Rasio likelihood positif (LR+) = ----------------------
Spesifisitas

Anda mungkin juga menyukai