Anda di halaman 1dari 21

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT NELAYAN PENAGKAP CUMI

DI DESA LANGGULA KECAMATAN BATUDAA PANTAI


KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Faisal M Idrus
1131417043
Latar Belakang

Perjalanan sejarah manusia dari masyarakat yang sangat primitif


sampai pada perkembangan yang sangat modern tidak pernah lepas dari
ketergantungannya terhadap sumberdaya alam. Ketergantungan ini telah
menghasilkan berbagai model pengelolaan sumberdaya alam yang tujuan
utamanya adalah untuk menjaga kelestariannya. Model pengelolaan sangat
bergantung pada karakteristik sumberdaya alam, karakteristik wilayah dan
karakteristik sosial ekonomi masyarakat (Amu, 2020).
Sebagian besar masyarakat di Desa Langgula adalah nelayan cumi,
nelayan di Desa langgula juga masih menggunakan perahu-perahu kecil sebagai
alat transportasi dalam penangkapan cumi yang dioperasikan setiap hari, dan
mrnggunakan alat tangkap termasuk alat tangkap tradisional yang disebut oleh
masyarakat nelayan Desa Langgula totabito.
Rumusan
Masalah

Tujuan
Penelitian

Manfaat
Penelitian
Tinjauan Pustaka

Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan pandangan dan pengetahuan


tradisional yang menjadi acuan dalam berperilaku dan
telah dipraktekan secara turuntemurun untuk memenuhi
kebutuhan dan tantangan dalam kehidupan suatu
masyarakat. Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam
masyarakat baik dalam pelestarian sumber daya alam dan
manusia, pemertahanan adat dan budaya, serta bermanfaat
untuk kehidupan (Permana dkk, 2011 )
Tinjauan Pustaka

Tradisi dan Budaya

Pada zaman modern seperti saat sekarang ini,


tidak semua tradisi dan budaya dapat terjaga
eksistensinya. Hal ini disebabkan karena
banyaknya pengaruh globalisasi yang membuat
suatu tradisi hampir hilang dilingkugan
masyarakatnya (Suneki, 2012).
Metode Penelitian

Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan


bulan Juni 2023 bertempat di Perairan Teluk Tomini Desa Langgula
Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.
Alat Dan Bahan

No Alat dan Bahan Fungsi


1 Pulpen Alat untuk menulis hasil
wawancara

2 Buku Catatan Mencatat hal-hal penting terkait


dengan wawancara

3 Camera Mendokumentasikan hasil


penelitian

4 Kuisioner Sebagai acuan pengamatan


5 Nelayan Sebagai responden
Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey.


Metode survey merupakan pengamatan langsung untuk mendapatkan
keterangan yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah
atau lokasi tertentu untuk memperoleh informasi informasi yang
dibutuhkan mengenai keadaan sosial penduduk, dan karakteristik
responden nelayan
Penentuan Responden

Penentuan Responden dilakukan dengan metode Purposive


sampling artinya responden dipilih secara sengaja sesui dengan
persyaratan yang diperlukan. Dalam penelitian ini telah dipilih 23
orang responden melalui beberapa pertimbangan yaitu yang
mewakili masyarakat nelayan Desa Langgula dengan criteria
sebagai berikut : Orang yang dituakan, berketerampilan dalam
melaut, dan ketokohan dalam masyarakat contoh kapala desa dan
pemimpin adat.
Teknik Pengumpulan Data

Data Sekunder
Data Primer
Yang diperoleh dari buku
kepustakaan dan beberapa
Opservasi instansi yang terkait
danvaliditas datanya yang
Wawancara
dapat dipertanggung
Komentasi jawabkan ( Masri, 2010)

Data dan informasi yang telah dikumpulkan akan diolah


dengan menggunakan analisis deskritif kualitatif. Data
yang dianalisis meliputi aturan adat adat dan ketentuan
lokal dimasyarakat desa langgula
Hasil Dan Pembahasan

Gambaran
Umum
Lokasi
Penelitian

Desa Langgula berada di Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten


Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Potensi perikanan di Desa
Langgula cukup menjanjikan. Letak desa yang berada di pesisir
pantai membuat para nelayan sangat mudah mencari ikan di laut
Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Langgula.

No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan (Orang)


(Orang)
1. PNS 1 1
1. Nelayan 98 0
1. Pensiunan PNS/TNI/Polri 0 0
1. Tenaga Honorer 2 6
1. Petani 73 1
1. Sopir 2 0

Sesuai dengan keadaan geografis Desa Langgula


sebagian besar masyarakat bermata pencaharian
sebagai nelayan yang memanfaatkan potensi laut
sebagai sumber pendapatan utama
Alat Tangkap Totabito

Keterangan :
1. Penggulung (Lalanga)
2. Senar (Nilon)
3. KIli-kili (Potuli)
4. Baterai
5. LED
6. Pengait
7. Mata Kail (Totabito)

Totabito memiliki beberapa bagian yaitu penggulung, tali pancing,


mata pancing totabito, kili-kili (swivel) dan lampu LED. Totabito
pada bagian ekor terdapat kait yang bentuknya menyerupai jigs,
berbentuk kait balik, perbedaannya terletak pada jumlah kait balik,
pada jigs terdapat 2 susun kait balik sedangkan pada totabito hanya
terdapat satu kait balik. (Jula, 2018).
Perahy (Bulotu)

Perahu yang digunakan nelayan dalam kegitan pengoperasian alat


tangkap di Desa Langgula yaitu perahu yang berukuran kecil tidak
menggunakan mesin melainkan menggunakan dayung sebagai alat
penggerak yang terbuat dari kayu, dikarenakan lokasi
penangkapan tidak begitu jauh dan mudah dijangkau. Perahu yang
digunakan berukuran 4-7 m dengan lebar 50 sampai 75 cm, seperti
pada gambar di atas.
Kearifan Lokal Masyarakat
Desa Langgula

Do’a Solawat
Salah-satu kearifan lokal
(Mo ngadi Salawati)
masyarakat nelayan Desa
Langgula dalam kegiatan
penangkapan yakni dilakukan
Do’a Solawat pada saat perahu
yang baru dibuat dan siap
dioprasikan, masyarakat sekitar
menyebutnya dengan istila
Mopolahu Lo Bulotu.
Pengetahuan Mengenai
Kondisi Alam

Penentuan hari baik dan hari tidak


baik berdasarkan tradisi dan
kebiasaan yang sudah berlangsung
lama dan berdasarkan pengalaman
yang sudah teruji kebenarannya.
Masyarakat nelayan Desa Langgula
masih mempercayai catatan ilmu
perbintangan yang digunakan oleh
nelayan sebagai acuan mengetahui
hari- hari baik dan tidak baik dalam
melakukan penangkapan sehingga
dapat menimalisir kecelakaan saat
berada di laut dan tetap akan ada
pendapatan.
Penentuan Hari Penangkapan

Sistem pengetahuan mengenai kondisi alam oleh masyarakat nelayan Desa


Langgula meliputi unsur-unsur pengetahuan sebagaimana yang dikemukakan
oleh informan seperti pengetahuan tentang musim, dan hari keberangkatan,
pengetahuan tentang awan, dan pengetahuan tentang bintang. Oleh karena
itu, waktu pemberangkatan harus diperhitungkan dengan teliti agar dapat
mendapatkan hasil tangkap yang maksimal.
Hasil Tangkapan Nelayan
Penangkap Cumi Desa Langgula

Menurut Wibowo, dkk, (2018) dalam (Hamzah, 2023) pendapatan


nelayan merupakan sejumlah uang yang diperoleh nelayan dari
aktivitas penangkapan ikan dilaut. Berdasarkan hasil wawancara
responden di Desa Langgula bahwa pendapatan nelayan pada awal
bulan (Hulalo Bohu) dan bulan mati (hulalo pate)

Penangkapan Hasil Biaya Total


Pendapatan
Awal Bulan Rp. 600.000, Rp. 150.000 Rp. 450.000

Bulan Mati Rp. 300.000, Rp. 150.000 Rp. 150.000


Hasil Tangkapan Nelayan
Penangkap Cumi Desa Langgula
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Langgula nelayan penangkap cumi berjumlah 23 orang, masing-
masing melakukan aktivitas penangkapan (Trip) dalam kurun
waktu satu bulan dengan jumlah 6 kali total penerimaan, dari
hasil tangkapan yang didapatkan pada awal bulan sebanyak Rp.
600.000, dalam kali trip dengan biaya yang dikeluarkan oleh
nelayan sebesar Rp. 150.000, dan total pendapatan yaitu Rp.
450.000, dan penangkapan di bulan mati total penerimaan dari
hasil tangkapan yang didapatkan sebanyak Rp. 300.000, dalam
tiga kali trip dengan biaya yang dikeluarkan oleh nelayan
sebesar Rp. 150.000, dan total pendapatan yaitu Rp. Rp.
150.000.
Kesimpulan

Sistem pengetahuan nelayan tradisional di Desa Langgula bersumber

dari pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya,

seperti pengetahuan dalam melakukan kegiatan penangkapan cumi.

Masyarakat Desa Langgula menggunakan alat tangkap yang sangat unik

yaitu penggunaan alat bantu tangkap lampu suntik untuk menangkap cumi-

cumi untuk membantu dalam kegiatan penangkapaan.


Ma Terima
Kase Banyak

Anda mungkin juga menyukai