Stilistika adalah cabang linguistik yang mempelajari ciri-ciri pembeda secara situasional sebagai varietas bahasa termasuk di dalamnya variasi dialek regional, sosial dan sejarah Gaya Bahasa (Majas) pengalihan denotasi kata atau ungkapan dengan denotasi lain dengan mengkaitkan pada pikiran dan perasaan pemakai bahasa Majas Jenis Majas: 1. Majas Perbandingan 2. Majas Pertentangan 3. Majas Pertautan 1. Majas perbandingan Struktur utama majas perbandingan: 1. TOPIK yang dibicarakan 2. CITRA atau topik kedua 3. TITIK kemiripan atau kesamaan Jenis Majas Perbandingan 1. Perumpamaan atau simile Perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang dengan sengaja dianggap sama (seperti, sebagai, ibarat dll)
2. Kiasan atau metafora
perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda (sumber ilmu, buah hati dll)
3. Penginsanan atau personifikasi
Jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (angin yang meraung, penelitiaan menuntun kecermatan dll) Jenis Majas Pertentangan 1. Hiperbol adalah ungkapan yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksud (sejuta kenangan, terkejut setengah mati) 2. Litotes adalah majas yang mengungkapkan sesuatu yg positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yg bertentangan (hasilnya tidak mengecewakan, orang tidak bodoh) Jenis Majas Pertentangan 3. Ironi adalah majas yg menyatakan makna yg bertentangan dengan maksud berolok-olok, maksud itu dicapai dengan (a) Makna berlawanan dengan makna yg sebenarnya (b) Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan (c) Ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dengan kenyataan yang mendasarinya (Bukan main bersihnya di sini, dimana-mana ada sampah) Majas Pertautan 1. Metonimia adalah pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan barang, orang, atau hal sebagai penggantinya; misalnya Chairil Anwar dapat kita nikmati. 2. Sinekdoke adalah majas yang menyebut nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhan; misalnya, tiap atap (rumah) Majas Pertautan 3. Alusi adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan bersama yg dimiliki oleh pengarang dan pembaca, dan adanya kemampuan pembaca untuk menangkap pengacuan itu; contohnya: apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi. 4. Eufimisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. Contoh: penyesuaian harga, meninggal, kemungkinan kekurangan makan