Teori Hukum
Teori Hukum
01 02
Memberikan pengesahan Law As A Tool of social
(legitimasi) terhadap apa engineering (Hukum
yang berlaku dalam Sebagai Alat Rekayasa
masyarakat Masyarakat)
03 04
Sarana Pembentukan
Law As A Weapon In Social
Masyarakat, Khususnya
Conflict (Hukum sebagai
Sarana Pembangunan
senjata dalam konflik sosial)
TEORI HUKUMM
Bruggink memaknai teori hukum dengan "suatu keseluruhan pernyataan yang paling berkaitan
dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan- putusan hukum dan sistem
tersebut untuk sebagian penting dipositifkan
Muwissen mengartikan teori hukum adalah: Ilmu pada tataran abstraksi yang lebih tinggi
ketimbang ilmu hukum, ia mewujudkan peralihan ke filsafat hukum. Teori hukum merefleksikan
obyek dan metode berbagai bentuk ilmu hkum. Oleh karena itu, teori hukum dapat dipandang
sebagai suatu jenis filsafat ilmu dari ilmu hukum. Teori hukum mempersoalkan apakah sosiologi
hukum atau dogmatis hukum harus dipandang sebagai ilmu empiris yang bersifat deskriptif atau
tidak
Pembedaan-pembedaan hukum seperti antara hukum publik dan hukum privat atau antara
hukum domestik/positif dan hukum internasional, yang dianggap terkandung dan merupakan
bagian mutlak dari semua sistem hukum/tertib hukum positif.
Obyek ilmu hukum adalah hukum, merupakan hukum positif dari suatu rakyat tertentu yang berlaku pada
suatu waktu tertentu. Obyek teori hukum adalah bentuk dari hukum positif, yang menyebabkan
terbentuknya huku
Teori hukum meneliti suatu bagian dari jiwa manusia, dalam ungkapan- ungkapan historisnya, dan tidak
demi ungkapan-ungkapan itu pada dirinya sendiri, melainkan demi kesatuan yang menjadi ciri ia demi
jiwa itu sendirilah yang menjadi urusannya.
Ilmu hukum menanyakan apa yang berlaku sebagai hukum, teori hukum menanyakan apa hukum itu.
Tujuan Teori Hukum
Tujuan teori hukum adalah menguraikan hukum secara ilmiah positif. Sementara itu,
ajaran hukum umum adalah berupaya menemukan antologi dari hukum dan hakikat
hukum melalui ajaran empiris.
Teori hukum telah diakui secara luas sebagai suatu disiplin yang mandiri. Sementara
itu, ajaran hukum umum belum dapat diakui sebagai suatu disiplin yang mandiri.
https://slideplayer.info/slide/
2857826/
https://slideplayer.info/slide/
2857826/
Pendekatan Asas Kemanfaatan
Hukum
01
Teori Kemanfaatan Kemanfaatan hukum adalah asas
yang menyertai asas keadilan dan
kepastian hukum
Hkum 02 Dalam melaksanakan asas kepastian
hukum dan asas keadilan, seyogyanya
dipertimbangkan asas kemanfaatan
Contoh konkret misalnya, dalam menerapkan
Pertama Ketiga
Kelima
Kedua Keempat
masyarakat adalah menjadi bagian yang
pihak pertama yang harus tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan negara atau pemerintah harus
keadilan restoratif antara pelaku dan memastikan bahwa proses
dipikirkan ketika terjadi korban. Komunitas masyarakat akan
pemulihan kepada korban berjalan
kejahatan adalah korban berperan penting untuk mendorong dan
sesuai kesepakatan bersama
mendukung penyelesaian masalah dengan
sebab korbanlah secara menekankan pada pemulihan atau antara pelaku dan korban sehingga
langsung merasakan akibat perbaikan akibat tindak pidana yang tidak menimbulkan konflik yang
dilakukan oleh pelaku
kejahatan tersebut berkepanjangan
RJ PART 2
Pertama Ketiga
Kelima
Kedua Keempat
healing and sentencing circles.
victim-offender mediation Pendekatan yang popular bagi warga community reparation boards and citizens
programmes. Pendekatan yang panel. Pendekatan ini menggunakan
asli Kanada ini mengikutsertakan mekanisme panel antara warga dan dewan
dipengaruhi Gerakan Christian para pihak yang umumnya terlibat masyarakat dalam penyelesaian tindak
Mennonite (Christian Mennonite dalam pengadilan tradisional ke pidana sebagaimana konsep children
Movement) menitikberatkan nilai dalam ruang persidangan hearing system di Skotlandia
rekonsiliasi antara korban dan pelaku konvensional
Sistem Peradilan Pidana Anak
Keadilan Restoratif:
Wajib Mengutamakan Penyelesaian perkara tindak pidana dengan
SISTEM Pendekatan Keadilan melibatkan pelaku, korban, keluarga, & pihak lain
PERADILAN Restoratif yang terkait untuk bersama-sama mencari
PIDANA ANAK penyelesaian yang adil dengan menekankan
(Pasal 5)
pemulihan kembali pada keadaan semula, dan
bukan pembalasan
• SUMBER.Materi Penerapan Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Dr. Diah Sulastri Dewi, S.H., M.H. Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Tanjung Karang Anggota
Kelompok Kerja Perempuan dan AnakMahkamah Agung Republik Indonesia Diskusi Penerapan Restorative Justice di Indonesia dan AustraliaKedutaan Besar Australia Jakarta, 4-5
Desember 2018
Pergeseran Paradigma Dalam
Hukum Pidana Tentang KEADILAN
• SUMBER.Materi Penerapan Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Dr. Diah Sulastri Dewi, S.H., M.H. Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Tanjung Karang Anggota
Kelompok Kerja Perempuan dan AnakMahkamah Agung Republik Indonesia Diskusi Penerapan Restorative Justice di Indonesia dan AustraliaKedutaan Besar Australia Jakarta, 4-5
Desember 2018
HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL
MASYARAKAT DALAM TEORI ROSCOE POUND
DAN TALCOTT PARSONS
Hukum dalam masyarakat indonesia
•Suatu teori yang diharapkan akan dapat membawa
kita kepada penjelasan mengenai tempat hukum
dalam masyarakat.
•teori itu akan menggambarkan kerangka Suatu
masyarakat yang umum sifatnya, untuk kebaikan
masyarakat, demi mencapai keadilan, kepastian
hukum, ketertiban, kemanfaatan dan tujuan hukum,
dimana penguasa negara menggunakan hukum
sebagai alat untuk menekan masyarakat, agar
masyarakat dapat dihalau ketempat yang diinginkan
oleh penguasa negara.
berlangsungnya
proses-proses
tersebut. hubungan
antara perubahan
sosial dan perubahan
hukum itú dapat di
uraian yang lebih
Menurut Budi Siswanto
Perubahan sosial adalah
proses, yang meliputi
bentuk keseluruhan dari
aspek kehidupan • Perubahan sosial yang terjadi
masyarakat, terjadi baik dalam masyarakat dapat terjadi
secara alami maupun karena beberapa sebab. Sebab-
karena rekayasa sosial.
sebab tersebut ada yang bersifat
intern (yang berasal dari dalam
masyarakat), dan ekstern (dari luar
masyarakat).
TEORI
KEWENANGAN
Menurut H.D. Van Wijk, ahli Hukum Administrasi Indonesia dan Philipus M.
Hadjon, (Guru Besar Universitas Airlangga), yaitu:
1) Atribusi
Landasan Atribusi diartikan sebagai pemberian kewenangan oleh pembentuk undang-
undang kepada organ atau badan atau pejabat pemerintah. dalam konteks ini
Teori pembentuk undang-undang menciptakan suatu wewenang dan menyerahkannya
kepada suatu lembaga/ organ pemerintahan yang telah ada atau yang baru
dibentuk.
2) Delegasi
Delegasi merupakan bentuk penyerahan wewenang oleh organ atau badan dan/
atau pejabat pemerintah pemegang wewenang atribusi kepada organ atau badan
dan/ atau pejabat lain, dengan ketentuan tanggung jawab dan tanggung gugat
beralih sepenuhnya ke tangan penerima delegasi. Delegasi diartikan sebagai
penyerahan wewenang (untuk membuat “besluit”) oleh pejabat pemerintahan
kepada pihak lain dan wewenang tersebut menjadi tanggung jawab pihak
penerima delegasi. Pihak yang melimpahkan wewenang disebut delegans dan
yang menerima wewenang disebut delegataris.
3) Mandat
Mandat dipahami juga sebagai bentuk penyerahan wewenang oleh organ atau
badan dan/atau pejabat pemerintahan kepada pegawai bawahannya yang
bertindak atas nama organ/badan dan/atau pejabat pemberi mandat (mandatans).
Menurut pandangan para ahli hukum administrasi, dari sisi tanggung Sedangkan penerima mandat (mandataris) hanya mewakili pemberi
jawab dan tangung gugat, antara delegasi dan mandat terdapat mandat (mandatans) sehingga mandataris hanya menetapkan
perbedaan prinsipal yakni dalam hal tanggung jawab dan tanggung keputusan atas nama mandatans, maka mandataris tidak
gugat jabatan, pada delegasi terjadi penyerahan wewenang dari bertanggung jawab dan tidak bertanggung gugat kepada pihak ketiga
organ atau badan yang memiliki wewenang atribusi kepada badan apabila timbul sengketa Tata Usaha Negara. Karena mandataris tidak
dan/atau pejabat lain, di mana penerima delegasi menjalankan memiliki tanggung jawab jabatan, dan tidak dapat digugat di PTUN.
wewenang atas namanya sendiri dalam menetapkan keputusan
sehingga tanggung jawab dan tanggung gugat sepenuhnya berada
pada delegataris. Jika terjadi sengketa tata usaha negara,
delegatarislah yang dapat digugat di muka Pengadilan Tata Usaha
Negara.
A S P E K - A S P E K YA N G M E M P E N G E R A H U I
PENEGAKAN HUKUM
YURIDIS
NORMATIF
1.Substansi Hukum,
2.Struktur Hukum,
YURIDIS
E MPIRIS
3.Sarana dan Prasarana,
4.Budaya Hukum
ASPEK
S U B S TA N
SI
HUKUM
A S P E K S T R U K T U R HUKUM/
KELEMBAGAAN
Koordin
melaku
Polri) s
masih
yang
m
tindak
konsum
ilegal.
ASPEK S A R A N A DAN P R A S A R A N A
aASPEK BUDAYA
s p e k B U D AYA HUKUM
HUKUM
Teori Pemasyarakatan yang disampaikan oleh Menteri
Kehakiman Dr. Sahardjo tahun 1964 memberi nafas baru
bagi sistem pemidanaan di Indonesia yang pemidanaan
sebelumnya selalu dikaitkan dengan istilah kepenjaraan.
Sistem pemasyarakatan di Indonesia merupakan pengganti
dari sistem kepenjaraan di Indonesia. Istilah
pemasyarakatan yang disampaikan oleh Dr. Sahardjo
menurut Hamzah ternyata mengacu pada sistem “After Care
Service” di Inggris, yaitu tindakan yang mewajibkan kerja
Teori sosial bagi narapidana.
Pemasyarakatan Istilah tersebut memiliki orientasi untuk melakukan persiapan
dan pengawasan sehubungan dengan aturan pengembalian
bekas narapidana ke masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa pemasyarakatan merupakan
suatu kebijaksanaan pemerintah dalam perlakuan terhadap
narapidana yang bersifat mengayomi masyarakat dari
gangguan kejahatan sekaligus mengayomi para narapidana
yang tersesat dengan memberikannya bekal hidup untuk
kembali ke tengah-tengah masyarakat.
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) adalah
keseluruhan penghuni kamar tahanan LAPAS
maupun LAPAS yang difungsikan sebagai
RUTAN baik itu laki-laki, perempuan, anak-
anak, maupun lanjut usia. WBP merupakan
keseluruhan dari orang-orang yang sedang
menjalani hukuman dengan sistem
pemasyarakatan di kamar tahanan pasca
berakhirnya konsep Bina Tuna Warga pada
tahun 1979. Hak-hak dan kewajiban WBP
diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1995 Pasal 14 dan pasal 15.
Pelaksanaan Dasar-dasar sistem pembinaan pemasyarakatan telah diatur di dalam Undang-
Undang-Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 (Undang-Undang Pemasyarakatan) Pasal 5.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Pemasyarakatan, dasar-
Nomor 12 Tahun dasar pembinaan pemasyarakatan adalah:
1995 Pasal 5 Pengayoman;
Persamaan perlakuan dan pelayanan;
Tentang Dasar- Pendidikan;
Pembimbingan;
Dasar Sistem Penghormatan harkat dan martabat manusia;
Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan; dan
Pembinaan Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
Pemasyarakatan orang-orang tertentu.