Anda di halaman 1dari 43

INSPEKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

METERI PEMBELAJARAN

REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN


KHUSUS / KLARIFIKSI

Oleh:
DRS. KUSNA HERIMAN, M.H.
PPUPD UTAMA
Gol (IV/d)
Inspektorat Jenderal Kementerian Dalam Negeri
MATERI PEMBELAJARAN
DASAR HUKUM PENANGANAN DUMAS

UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah. 1

PP Nomor 12 Tahun 2017 Tentang


Pembinaan Dan Pengawasan 2
Penyelenggaman Pemerintahan Daerah

PP No 72 Tahun 2021Tentang
Perubahan Atas PP Nomor 18 Tahun 3
2016 Tentang Perangkat Daerah

Permendagri No 13 Tahun 2021 tentang 4


Organisasi dan Tata Kerja Kemendagri (Psl
664 dan Psl 665

Permendagri No. 8 Tahun 2023 tentang 5


Pengelolaan Pengaduan Di Lingkungan
Kemendagri & Pemda.
1. Dalam Psl 385 UU 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pada:
 Ayat (1) Masyarakat dapat menyampaikan
pengaduan atas dugaan penyimpangan
yg dilakukan oleh aparatur sipil negara di
instansi Daerah kepada APIP dan/atau
APH.
 Ayat (2) APIP wajib melakukan
pemeriksaan atas dugaan penyimpangan
yang diadukan oleh masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
2. PP 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan Dan Pengawasan
Penyelenggaman Pemda;
• Penjelasan Psl 10 ayat (11), Yang dimaksud dengan
"pemeriksaan" adalah proses identifikasi masalah,
analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara
independen, obyektif dan profesional berdasarkan
standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan kcandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
• Psl 22; masy dpt menyampaikan Lap atau Pengaduan atas
dugaan penyimpangan yg dilakukan oleh KDH, WKDH,
Anggota DPRD & ASN di Instansi Daerah & Perangkat
Desa kpd APIP &/atau APH; Identitas Pengadu Jelas
(nama, alamat & Perbuatan yg diduga melanggar serta
memuat fakta & data).
• Psl 25 ayat (1) APIP wajib melakukan pemeriksaan atas
dugaan penyimpangan yang dilaporkan atau diadukan
oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
3.PP NOMOR 72 TAHUN 2019 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PP NOMOR 18 TAHUN
2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH
Pasal 33A & 118
Dlm hal terdapat potensi penyalahgunaan
wewenang dan/atau kerugian keuangan negara/
Daerah, Inspektorat Daerah Prov/Kab/Kota
melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
dlm Psl 11 ayat (5) huruf c tanpa menunggu
penugasan dari gubernur/Bupati/Walikota
dan/'atau menteri, gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2021
TENTANG
ORGANISASI & TATA KERJA KEMENDAGRI
(KHUSUS ITSUS DLM Psl 664 & 665 )

Psl 664 “a,l menyatakan” Mempunyai TUGAS:


Melaksanakan pemeriksaan khusus, penanganan
pengaduan/pelaporan masyarakat, pemeriksaan dalam
rangka penjatuhan sanksi administratif dan koordinasi
upaya penegakan integritas serta pencegahan korupsi
di lingkungan Kementerian dan Badan Nasional
Pengelola Perbatasan serta Pemerintahan Daerah.
TUPOKSI
Psl 665 “a,l menyatakan FUNGSI”
Huruf b.
perencanaan program pemeriksaan khusus dan penanganan
pelaporan/pengaduan masyarakat serta koordinasi
penegakan integritas dan pencegahan korupsi;
Huruf c.
pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian
kebenaran pelaporan/pengaduan masyarakat;
Huruf d.
pemeriksaan untuk penjatuhan sanksi administratif kepada
kepala daerah dan DPRD;
PEDOMAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 8 TAHUN 2023
TENTANG
PENGELOLAAN PENGADUAN
DI LINGKUNGAN KEMENDAGRI & PEMDA
(Perubahan Dari)
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 25 TAHUN 2007
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
DILINGKUNGAN DEPDAGRI & PEMDA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENGADUAN DI
LINGKUNGAN DEPDAGRI & PEMDA
PENGATURAN PROSES SURAT DITERIMA DARI SP4N
LAPOR, DUMAS LANGSUNG & TDK LANGSUNG,
PENELAAHAN, PEMERIKSAAN / KLARIFIKASI, TATA
CARA PEMANGGILAN & PEMERIKSAAN KDH & DPRD,
LAPORAN & TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN
SERTA MONEV
MAKSUD & TUJUAN

SEBAGAI ACUAN DLM PENANGANAN PENGADUAN


DIJAJARAN DEPDAGRI AGAR LEBIH
TERKOORDINASI, EFEKTIF, EFESIEN & DPT
SUD DIPERTANGGUNG JAWABKAN KPD MASY SESUAI
AK DGN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SERTA
M
MENYAMAKAN PERSEPSI DLM PENANGANAN
PENGADUAN.

AGAR PENANGANAN MASALAH/KASUS YG


DIADUKAN OLEH MASY/YG BERKEPENTINGAN DPT
SCR OPTIMAL, SCR CEPAT DAN TERTIB SERTA
AKURAT SEHINGGA DEPDAGRI DAN PEMDA
A N
U MAMPU MELAYANI KEPENTINGAN MASY SCR
T UJ TERKOORDINASI, SISTEMATIS, KOMPREHENSIF
PROPOSIONAL DAN PROFESIONAL.
RUANG LINGKUP
Penanganan Pengaduan yg diterima
oleh Kemendagri & Pemda Dpt
disampaikan :
1. Langsung (tatap muka)
2. Tdk langsung
Meliputi a.l ; Penyalahgunaan
wewenang; hambatan dlm
pelayanan masy; Korupsi, Kolusi &
Nepotisme dan Pelanggaran
Disiplin.
SATNDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KEPMENDAGRI NO. 104 TAHUN 2015

Ekspose Intenal & Eksternal


Hasil Pelaksanaan Riksus & Klarifikasi
REKOMENDASI
HASIL PEMERIKSAAN KHUSUS / INVESTIGASI
Prinsip Penanganan Pengaduan:
1. Obyektivitas ; harus berdasarkan fakta dan bukti yg
lengkap berdasarkankriteria dan norma yg ditentukan.
2. Koordinasi ; dilaksanakan melalui kerja sama antar
pejabat yang berwenang dan terkait berdasarkan
mekanisme, tata kerja dan prosedur yg berlaku.
3. Efektif dan Efisien ; dilaksanakan secara tepat sasaran,
hemat tenaga, waktu dan biaya.
4. Akuntanbilitas ; Kegiatan PPM dan tindak lanjutnya
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan dan
prosedur yg berlaku.
5. Transparan ; Hasil kegiatan PPM dilakukan berdasarkan
mekanisme, dan prosedur yg jelas dan terbuka.
6. Kerahasiaan ; penanganan trhdp suatu pengaduan masy
dilakukan scr hati-hati & juga dijaga kerahasiaannya
sesuai dgn ketentuan yg berlaku.
 Sumber Pengaduan;
 Materi Pengaduan;
 Fakta yg ditemukan;
Laporan Hasil  Analisis (Adiksimba) &
Riksus / Kriteria yg dilanggar
Klarifikasi saat Terjadi);
 Kesimpulan; dan Saran
LHPK disusun sistematis & menjawab
kebenaran materi pengaduan scr singkat,
jelas & dpt dipertanggungjawabkan dgn
dilampiri dokumen & bukti lap, serta
ditandatangani Tim.
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KHUSUS.

 Meyakinkan atas data yg sdh didapat & melakukan


legalisir sesuai aslinya;
 Menambah data & dokumen yg berkaitan;
 Melakukan BAP / BAPK & Srt Pernyataan/Keterangan
baik dr Pejabat yg terkait dgn obyek pemeriksaan; atau
 Saat riksus ASN dapat diberhentikan sementara dr Jabatan
sesuai Psl 31 PP 94 Tahun 2021 Tentang Disiplin PNS.
 Meminta keterangan dari Pihak Kedua terkait
pengaduan atau temuan masalah.
 Melakukan pemeriksaan atas bahan & keterangan yg
dikumpulkan Hasil Pemeriksaan dituangkan dlm KKP.
 KKP yg dibuat anggota Tim direviuw oleh Ketua Tim &
Supervisi.
 KKP hrs didukung dgn bukti yg relevan, kompeten &
cukup, a.l berupa : BAP/Ket; Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTJM); Surat-surat Pernyataan
yg relevan; dan dokumen yg relevan.
Analisa Dlm LHP Khusus
ANALISA &
REKOMENDASI
REKOMENDASI HASIL RIKSUS
1. REKOMENDASI DIBERIKAN ATAS HASIL ANALISA DAN KESIMPULAN,
YAITU A.L:
 ADANYA KESALAHAN DALAM MENETAPKAN SUATU KEPUTUSAN
DAN/ATAU PROSEDUR (SOP);
 PENYALAHGUNAAN WEWENANG / KEWENANGAN;
 PENGEMBALIAN ATAS LEBIH BAYAR;
 MELAKUKAN PERKAWINAN TDK SYAH / POLIGAMI;
 DSB.
2. PEMBERIAN SANKSI
 UNTUK PNS SESUAI PP 94 TAHUN 2021 TENTANG DISIPLIN PNS
DISERTAI DGN LAMPIRAN IKHTISAR SANKSI SESUAI PERKA BKN NO. 6
TAHUN 2021 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PP NOMOR 94
TAHUN 2021 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL;
 UNTUK KDH/WKDH & DPRD (HARUS SESUAI DGN KETENTUAN
PERUNDANG-UNDANGAN);
PP 12 TAHUN 2017 TENTANG BINWAS
Psl 36 ayat (2) Pelanggaran administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas (ada 19) a,l, pada:
Huruf a KDH dan/atau/Wk KDH tidak melaksanakan program stranas;
Huruf e kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah melakukan perjalanan
ke luar negeri tanpa izin dari Menteri;
Huruf m, kepala daerah melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di
luar yang diatur dalam undangundang;
Huruf n, kepala daerah tidak mengajukan rancangan peraturan daerah
tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah kepada DPRD sesuai dengan
waktu yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;
Huruf o, kepala daerah dan anggota DPRD tidak mcnyctujui bersama
rancangan pcraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah
scbelum dimulainya tahun anggaran setiap tahun;
PP 12 TAHUN 2017 TENTANG BINWAS
 Pasal 37 ayat (1) Kepala daerah, wakil kepala daerah, anggota
DPRD, dan daerah yang melakukan pelanggaran administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) dijatuhi sanksi
administratif oleh Presiden, Menteri, dan gubemur sebagai wakil
Pemerintah Pusat sesuai dengan kewcnangannya setelah dilakukan
verilikasi dan/ atau pemeriksaan secara teliti, objektif, dan didukung
dengan data, informasi, dan/ atau dokumen lainnya yang berkaitan
dengan dugaan pelanggaran dimaksud
 Untuk Tata Cara Penjatuhan Sanksi Administratif dr Pasal 38 s/d Psl
48 kepada KDH dan/atau WK KDH & DPRD
PP 48 THN 2016
TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADM KPD
PEMERINTAHAN
•PSL 1 Angka 6.. Atasan Pejabat Adalah Atasan Pejabat Langsung Yang
Mempunyai Kedudukan Dalam Organisasi Atau Strata Pemerintahan Yang Lebih
Tinggi.
•Psl 12:
Ayat (3), Dalam Hal Pelanggaran Administratif Dilakukan Oleh Pejabat Di
Lingkungan Kementerian/Lembaga Maka Pejabat Yang Berwenang Mengenakan
Sanksi Administratif Yaitu Menteri/Pimpinan Lembaga.
Ayat (4), Dalam Hal Pelanggaran Administratif Dilakukan Oleh Bupati/ Walikota
Maka Pejabat Yang Berwenang Mengenakan Sanksi Administratif Yaitu Gubernur.
Ayat (5), Dalam Hal Pelanggaran Administratif Dilakukan Oleh Gubernur Maka
Pejabat Yang Berwenang Mengenakan Sanksi Administrasi Yaitu Menteri Yang
Menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Dalam Negeri.
B. PELAKSANAAN KLARIFIKASI.

 Mengumpulkan tambahan data sebagai


kelengkapan pembuktian (dilegalisir).
 Mengumpulkan keterangan-keterangan
dgn Srt Pernyatan & Srt Keterangan kpd
pejabat yang terkait dengan obyek
klarifikasi dan/atau Pihak Kedua.
 Melakukan analisa data didapat &
pernyataan/ keterangan untuk dituangkan
dlm KKP.
 KKP yg dibuat anggota Tim direviuw oleh
Ketua Tim & Supervisi.
 KKP hrs didukung dgn bukti dan dokumen
yg relevan, kompeten & cukup, a.l berupa :
Surat Keterangan/Pernyataan yg relevan.
Analisa Dlm LHP Klarifikasi

Dugaan sdh ada 5-W atau Tdk Terbukti


Dilakukan Tim adalah sbb :
 Menjelaskan scr umum hasil
pemeriksaan/klarifikasi atas
penanganan pengaduan kpd Pimpinan
Daerah tanpa memberikan kesimpulan
EXIT BRIEFING hasil pemeriksaan/klarifikasi yg
ditangani.
 Tidak menyerahkan hasil
pemeriksaan/klarifikasi.
 Hindari hal-hal yg dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan/klarifikasi.
HASIL PEMERIKSAN / KLARIFIKASI

1. Wajib ekspose dihadapan Irjen/Inspektur/


Irban/Supervisi/PPUPD/Auditor.
2. Semua data & fakta yg di dapat disajikan scr
lengkap (dgn cara Hyperlink) & rekomendasi.
Laporan pendek berupa Surat/ND berisi
pokok hsl pemeriksaan & rekomendasi
tindakan yg perlu diambil oleh Mendagri,
Irjen & Pimpinan Instansi terkait.
LHPK

LHPK disampaikan kpd Irjen melalui Ses


Itjen selanjutnya dijadikan sebagai
dokumen RAHASIA & tdk diperkenankan
utk disampaikan kpd Pihak Lain tanpa
persetujuan Mendagri/KDH.

Laporan Hasil Dbuat dlm bentuk ND kpd Pimpinan berisi


data & fakta yg didapat, kesimpulan dan
Klarifikasi saran (dilanjutkan riksus atau tidak).
PERATURAN SANKSI (ANTARA LAIN)

 P.P 94 THN 2021 TENTANG DISIPLIN PNS


DIUNDANGKAN TGL 31 AGUSTUS 2021
(PASAL 45 “SEPANJANG TIDAK MENGATUR
Sanksi Disiplin JENIS HUKUMAN DISIPLIN SEDANG,

PNS  (P.P NO. 53 THN 2010 TENTANG DISPLIN PNS)


DICABUT DGN DICABUT DAN DINYATAKAN
(PELAKSANAA TIDAK BERLAKU”) SEDANGKAN PERATURAN
N UU NO. 5 YG MERUPAKAN PELAKSANAAN DARI PER
THN 2014 TTG UU MENGENAI DISIPLIN PNS YG ADA

ASN SEBELUM BERLAKUNYA PP INI DINYATAKAN


TETAP BERLAKU SEPANJANG TDK
BERTENTANGAN DAN BELUM DIUBAH
BERDASARKAN PP INI
 PERKA BKN NO. 6 TAHUN 2021
TENTANG JUKLAK PP 94 TAHUN 2021
(LAMPIRAN)
IKHTISAR PELANGGARAN DISIPLIN PN
S
.
SANKSI KPD
KEPALA
DAERAH & P.P 12 TAHUN 2017 TENTANG

DPRPD PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


PEMELENGGAMAN PEMERINTAHAN
(PELAKSANAA DAERAH
N UU NO. 23
THN 2014 TTG
PEMDA
SANKSI
ADMINISTRATIF P.P NOMOR 48 TAHUN 2016
KPD PEJABAT TENTANG
PEMERINTAHAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI
(PELAKSANAAN ADMINISTRATIF KPD PEJABAT
UU NO. 30 THN PEMERINTAHAN
2014 TTG ADM
PEM)
UU No 14 Tahun 2008
ttg Keterbukaan Informasi Publik

• Pasal 1 angka 3,
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif,
dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri.
1. Pasal 4:
 Ayat (1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
 Ayat (3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan
permintaan Informasi Publik disertai alasan permintaan
tersebut.
 Ayat (4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan
gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi
Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
2. Pasal 6;
 Ayat (1) Badan Publik berhak menolak memberikan informasi
yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Ayat (2) Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi
Publik apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Ayat (3) Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh
Badan Publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a.
informasi yang dapat membahayakan negara; b. informasi yang
berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari
persaingan usaha tidak sehat; c. informasi yang berkaitan
dengan hak-hak pribadi; d. informasi yang berkaitan dengan
rahasia jabatan; dan/atau e. Informasi Publik yang diminta
belum dikuasai atau didokumentasikan.
KETERANGAN AHLI
/SAKSI AHLI
PENDAHULUAN
 Keterangan ahli sangatlah diperlukan pada setiap proses perkara di
pengadilan yang membutuhkan keterangan atau penjelasan dari ahli
tentang suatu perkara yang tidak dapat dibuat sendiri oleh hakim atau
penyidik. Pada hakekatnya keterangan ahli akan membuat terang
suatu perkara.
 Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara guna kepentingan pemeriksaan.
 Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami
sendiri
SYARAT – SYARAT KETERANGAN AHLI
 Apa yang diterangkan oleh ahli haruslah mengenai segala sesuatu
yang masuk dalam ruang lingkup kehaliannya.
 Apa yang diterangkan mengenai keahliannya itu adalah berhubungan
erat dengan perkara yang sedang diperiksa.
Karena merupakan syarat, maka apabila ada keterangan seorang ahli
yang tidak memenuhi salah satu syarat atau kedua syarat, maka
keterangan ahli itu tidaklah berharga dan harus diabaikan.
FUNGSI DAN ATAU MANFAAT KETERANGAN AHLI
DALAM MEMBERIKAN KETERANGAN DALAM PROSES
PERADILAN YAITU :
 Sebagai suatu bukti keterangan dalam menjernihkan duduk persoalan yang
timbul dalam suatu sidang dipengadilan.
 Sebagai suatu alat yang berguna untuk memberikan keterangan secara jelas
mengenai suatu perkara yang terjadi dengan menggunakan keahliannya atau
pun dengan berdasarkan apa yang ia pahami atau tau mengenai suatu
perkara.
 Sebagai suatu bukti dengan menggunakan keahliannya untuk memberikan
keterangan demi membela atau demi menguntungkan tersangka atau
terdakwa, penggugat atau tergugat.
 Dan dapat juga berfungsi untuk menambahkan keyakinan hakim dalam
memberikan suatu putusan atau keputusan didalam persidangan.

Anda mungkin juga menyukai