Anda di halaman 1dari 8

TINDAK PIDANA

KORUPSI PENGADAAN
PESAWAT AIRBUS MILIK
PT GARUDA INDONESIA
Presented By kelompok 2
PERSERO TBK
OUR TEAM

DEWI 20600121 CHRISTIAN 20600143 TIKA 20600233


LATAR BELAKANG
Negara Indonesia dalam menata kebijakan perekonomiannya memiliki suatu alat yang salah satunya adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Selain itu, BUMN merupakan sumber devisa negara Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
Dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Salah satu BUMN yang
dimiliki oleh pemerintah Indonesia adalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (call sign sebagai
Garuda Indonesia) (IDX: GIAA) adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia. Sebagai maskapai pembawa bendera negara, tentu
saja mengharuskan Garuda Indonesia untuk memperbaiki pelayanannya. Perlunya revitalisasi armada adalah untuk mengganti
pesawat-pesawat milik Garuda Indonesia yang dinilai sudah berumur. Hal tersebut ditujukan demi perbaikan pelayanan terhadap para
calon penumpang dari Garuda Indonesia. Salah satu revitalisasi yang dilakukan adalah Peremajaan armada Airbus 330-300 dengan
pesawat Airbus 330-200. Pengadaan pesawat Airbus 330-200, Garuda Indonesia menggandeng Rolls-Royce sebagai perusahaan untuk
penyediaan mesin pesawat Airbus 330-200. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap kasus suap pengadaan mesin pesawat
dari Airbus SAS dan Rolls-Royce PLC pada PT Garuda Indonesia Tbk. Kasus ini sendiri sudah ditelusuri sejak 2016. Klimaksnya,
mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar menjadi tersangka. Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif,
mengatakan bahwa pengungkapan kasus pembelian mesin Trent 700 dari perusahaan asal Inggris itu harus melibatkan lembaga
antikorupsi dari negara lain, yakni Serious Fraud Office (SFO) Inggris dan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura.
TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PENGADAAN PESAWAT
AIRBUS MILIK PT GARUDA INDONESIA PERSERO TBK
1. Bagaimana terjadinya tindak pidana korupsi dalam pengadaan pesawat Airbus milik PT Garuda Indonesia Persero Tbk

Pengadaan pesawat baru dalam sebuah maskapai merupakan suatu bentuk Pembaharuan dari armada-armada pesawat yang dinilai telah
berumur. Perlu Diketahui, peremajaan armada pesawat sangatlah penting dalam pelayanan jasa Dunia penerbangan. Dikhawatirkan armada-
armada yang telah berumur akan Membahayakan dalam setiap penerbangannya. Armada yang direvitalisasi oleh Garuda Indonesia adalah
Armada Airbus 330-300 yang direvitalisasi dengan Airbus 330-200. Pesawat Produksi Airbus S.A.S tersebut dinilai telah berumur. Pesawat
Airbus 330-200 Dinilai memiliki jarak tempuh yang lebih jauh dan konsumsi bahan bakar yang Lebih irit. Seiring berkembangnya waktu,
pembelian pesawat tersebut terindikasi Adanya kasus tindak pidana korupsi yang menyeret nama Direktur Utama Garuda Indonesia pada
masa itu yaitu Emirsyah Satar. Emirsyah Satar diduga Telah menerima suap dalam pemenangan tender untuk mesin pesawat Airbus 330-
200. Usut punya usut, penyuapan tersebut terjadi tidak secara langsung, melainkan Melalui pihak ketiga. Mantan Dirut PT Garuda
Indonesia, Emirsyah Satar dan Beneficial Owner Connaught Intenational Pte. Ltd, Soetikno Soedarjo akhirnya Resmi dijadikan tersangka.
Emirsyah Satar diduga telah menerima suap dari Soetikno. Soetikno sendiri diduga kuat sebagai perantara dari perusahaan Rolls Royce
yang memberikan suap kepada mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar. Suap tersebut diberikan dalam bentuk uang dan
barang, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap kasus suap pengadaan mesin Pesawat dari Airbus SAS dan Rolls-Royce PLC
pada PT Garuda Indonesia Tbk.
2. Penegakan hukum pidana pada tindak pidana korupsi pembelian pesawat Airbus 330-200 milik PT Garuda Indonesia
Persero Tbk.

Korupsi di Indonesia sudah begitu meluas, perkembangannya terus meningkat Dari tahun ke tahun, baik jumlah kasus,
kerugian keuangan negara maupun Modus operansinya, dilakukan secara sistematis dan lingkupnya sudah merabah Ke
seluruh lini kehidupan masyarakat Penerapan pidana dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dipidana Dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) Tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
Kemudian dalam pasal 5, penerapan pidana materiilnya adalah dipidana dengan Pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun Dan/atau pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Dan
paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Serta Penerapan pidana materiil dalam pasal 13 berupa
pidana penjara paling lama 3 (tiga) dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta Rupiah).
Kejahatan Bisnis yang Terdapat dalam Kasus tersebut adalah:Dalam kasus ini, kelompok kami menganalisis bahwa kejahatan bisnis
yang terjadi disini adalah pada proses pelelangan atau tender. Jadi mengenai pembelian sebuah pesawat, perusahaan pembuat pesawat
seperti Airbus maupun Boeing akan memberikan alternatif mesin-mesin yang dapat digunakan yang berasal dari beberapa produsen
mesin dunia seperti General Electric, Rolls Royce, Pratt & Whitney dan lain sebagainya. Pemilihan tersebut dilakukan untuk
menentukan mesin pesawat mana yang akan dipakai. Oleh karena itu perlu diadakannya tender dimana perusahaan penerbangan dapat
memilih untuk menggunakan mesin-mesin yang telah disediakan oleh perusahaan produksi pesawat. Tender adalah salah satu
mekanisme yang harus dilewati untuk mendapatkan proyek pengadaan barang maupun jasa di lingkup pemerintahan. Pada kasus ini
Garuda Indonesia pada akhirnya memilih Rolls Royce sebagai perusahaan Pemenang tender dan berhak untuk menyuplai mesin pesawat
Airbus 330-200 milik Garuda Indonesia. Namun sangat disayangkan karena dalam pemenangan tender mesin berjenis RR Trent 700
diindikasikan terjadinya kasus suap antara perusahaan Rolls Royce kepada Emirsyah Satar. Secara lex specialis, tender dipersamakan
dengan Pelelangan. Tujuan utama yang hendak dicapai dalam tender adalah memberikan Kesempatan yang sama bagi semua penawar,
sehingga menghasilkan harga yang Seminimal mungkin dengan hasil yang semaksimal mungkin. Meskipun harga sangat minimal atau
murah bukan satu-satunya ukuran untuk menentukan Pemenang dalam pengadaan barang atau jasa. Mekanisme penawaran tender
Menganut asas yang sama praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yaitu Asas keseimbangan. Tiap pelaku usaha yang
menjadi peserta tender memiliki Kedudukan yang sama dalam mencapai kepentingannya.).
KESIMPULAN
1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan aset negara yang harus 2) Setiap perbuatan tindak pidana korupsi memiliki
dijaga. Dalam organisasi BUMN harus terjamin kebersihan pengelolaannya, termasuk ancaman hukumannya. Dalam penerapan hukum pidana
bersih dari tindak pidana korupsi. Pada kasus yang menyeret mantan direktur utama
telah diatur mengenai sanksi bagi pelaku tindak pidana yang
PT. Garuda Indonseia, Emirsyah Satar, merupakan suatu bukti belum bersihnya BUMN
di Indonesia. Banyak sekali bentuk-bentuk tindak pidana korupsi yang dilakukan.
termuat di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Seperti bentuk tindak pidana korupsi memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-
pegawai negeri yang diatur dalam pasal 5 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001 Undang Nomor 20 tahun
tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tindak pidana korupsi pegawai negeri 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
penyelenggara negara menerima hadiah atau janji yang diatur dalam pasal 12 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, lalu bentuk tindak pidana Dalam kasus korupsi pengadaan pesawat Airbus milik PT.
korupsi pegawai negeri yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan Garuda Indonesia, penerapan hukum pidana berupa
kewenangan jabatannya yang diatur dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
ancaman hukuman pidana penjara minimal 3 (tiga) tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta bentuk tindak pidana korupsi penyuapa dan maksimal 20 (dua puluh) tahun serta pidana denda
kepada pegawai negeri dengan kekuasaan dan kewenangan jabatan yag diatur dalam paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi. paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai