Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN

KEPERAWATAN
PNEUMONIA
KELOMPOK 4
PENGERTIAN PNEUMONIA
 Pneumonia adalah peradangan yang biasanya mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiulus terminalis mencangkup bronkiolus respiratori, alveoli, dan menimbulakn
konsolidasi jaringan paru (Padila, 2013)
 Pneumonia adalah keadaan inflamasi akut yang terdapat pada parenkim paru
(bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini merupakan penyakit infeksi karena
ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh Daly, 2010).
PENYEBAB (ETIOLOGI) PNEUMONIA

Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat menular dari
komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat menghisap bakteri, virus, parasite,
dan agen iritan (Mary & Donna, 2014). Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu;
 Bakteri, biasanya didapatkan pada usia lanjut
 Virus influenza, yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo
 Jamur, disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara mengandung
spora
 Protozoa, Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP)
KLASIFIKASI PNEUMONIA

Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan menjadi: anatominya, etiologinya, gejala kliniknya


ataupun menurut lingkungannya
 Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia dapat pada segmen, lobus, atau menyebar
(diffuse).
 Berdasarkan gejala kliniknya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan
pneumonia atipik. Adanya batuk yang produktif adalah ciri pneumonia klasik,
sedangkan pneumonia atipik mempunyai ciri berupa batuk nonproduktif.
PATOFISIOLOGI PNEUMONIA

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi


karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian
bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi
jalan nafas
MANIFESTASI KLINIS
 Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam
 Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk
 Pasien yang sakit parah mengalami takipnea
 Nadi cepat dan memantul
 Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus
 Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Sinar X : Mengidentifikasikan distribusi struktural
● Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
● Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
● Pemeriksaan fingsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaaan
● Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis.
● Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
● Bronchoskopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
KOMPLIKASI
 Pleuritis : Peradangan pada selaput pembungkusau paru-paru
 Atelektasis : Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna akibat
kurangnya mobilisasi
 Empiema : Adanya pus pada rongga pleura
 Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri
 Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari pembuluh darah
kecil paru
 Infeksi super perikarditis: Peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus jantung
(perikardium)
 Meningitis: Infeksi yang menyerang selaput otak
 Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia antara lain :
1) Manajemen Umum
 Humidifikasi : humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
 Oksigenasi : jika pasien memiliki PaO2
 Fisioterapi : berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
 Hidrasi : pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia antara lain :
2) Operasi, Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti emfisema terjadi.
3) Terapi obat, Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya diberikan
oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus, Eritromicin, Tetrasiklin,
derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1) PENGKAJIAN
 Identitas pasien
 Identitas Penanggung Jawab
 Riwayat Kesehatan (Keluhan utama, Riwayat Keluhan Utama, Riwayat Kesehatan
Masa lalu, Riwayat kesehatan keluarga)
 Pola Fungsi Kesehatan (Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, Pola nutrisi, Pola
eliminasi, Pola istirahat/tidur, Pola aktfitas dan latihan)
 Pemeriksaan Fisik (Head to toe,Data Fokus)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
 Pola nafas tidak efektif (D.0005)
 Hipertermia (D.0130)
 Gangguan pertukaran gas (D.0003)
 Defisit nutrisi (D0019)
 Intoleran aktivitas (D.0056)
IMPLEMENTASI

Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan


secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan
berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana
tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang
sudah dibuat (Patrisia jt oa., 2020)
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara membandingkan
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan
untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan
tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia et al., 2020).
TERIMA KASIH!
Do you have any questions?

Credits: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

—Kelompok 4’
PERUBAHAN FISIOLOGI DARI
AKTIVITAS SEKSUAL
Fase tanggapan seksual pada wanita lansia pada pria lansia :

● Fase desire(hasrat) terutama dipengaruhi oleh penyakit baik dari dirinya sendiri atau pasangan
● Fase arousal (gairah) pembesaran payudara berkurang, lubrikasi vagina menurun, otot-otot yang
menegang pada fase ini menurun
● Fase orgasmic (fase muscular) kemampuan untuk mendapatkan orgasme multiple berkurang dengan
makin lanjutnya usia
● Fase pasca orgasmik, mungkin terdapat periode refrakter, dimana pembangkitan gairah secara segera
lebih sukar
PERUBAHAN FISIOLOGI DARI
AKTIVITAS SEKSUAL
Fase tanggapan seksual pada wanita lansia pada pria lansia :

● Fase desire(hasrat) terutama dipengaruhi oleh penyakit baik dari dirinya sendiri atau pasangan
● Fase arousal (gairah) pembesaran payudara berkurang, lubrikasi vagina menurun, otot-otot yang
menegang pada fase ini menurun
● Fase orgasmic (fase muscular) kemampuan untuk mendapatkan orgasme multiple berkurang dengan
makin lanjutnya usia
● Fase pasca orgasmik, mungkin terdapat periode refrakter, dimana pembangkitan gairah secara segera
lebih sukar
AKTIVITAS
SEKSUAL PADA
LANSIA
Hasil penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 90 persen gangguan seksual di sebabkan oleh
faktor psikologis (psikoseksual).walaupun pengaruh psikologi cukup besar,ternyata pengaruh
faktor fisik semakin tinggi pada lansia.Semakin tua usia seseorang,penyebab fisik dapat lebih
besar daripada penyebab psikologis
PENGARUH UMUM PENUAAN FUNGSI
SEKSUAL PADA PRIA
Secara umum,pengaruh penuaan fungsi seksual pada pria meluputi hal hal berikut :

● Terjadi penurunan sirkulasi tertosteron,tetapi jarang menyebabkan gangguan fungsi seksual pada
lansia yang sehat
● Ereksi penis memerlukan waktu lebih lama dan mungkin tidak sekeras yang
sebelumnya.perangsangan langsung pada penis sering kali di perlukan
● Ukuran testis tidak bertambah,elevasinya lambat,dan cenderung turun
● Kelenjar penis tampak menurun
● Setelah ejakulasi,penurunan ereksi dan testis lebih cepat terjadi
PENGARUH UMUM PENUAAN FUNGSI
SEKSUAL PADA WANITA
Secara umum pengaruh penuaan fungsi seksual wanita sering dihubungkan dengan penurunan
hormon, seperti berikut ini :

● Lubrikasi vagina memerlukan waktu lebih lama


● Pengembanagan dinding vagina berkurang pada panjang dan lebarnya
● Dinding vagina menjadi lebih tipis dan mudah teriritasi
● Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dan uretra
● Sekresi vagina berkurang keasamannya, meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
● Penurunan elevasi uretra
SIKAP DAN POSISI HUBUNGAN SEKSUAL

 Memahami perubahan normal yang berhubungan dengan lansia.


 Meningkatkan komunikasi pada masalah non-seksual sama baiknya dengan
komunikasi seksual.
 Menikmati setiap kejadian.Jangan terburu-buru,kurangi ketakutan.
 Menggunakan posisi seperti miring atau duduk yang tidak terlalu banyak menumpu
dalam kontraksi otot lengan secara isometrik.
 Gunakan posisi yang tidak menekan sendi,tengkurap yang menimbulkan nyeri atau
strain otot
SIKAP DAN POSISI HUBUNGAN SEKSUAL

 Memahami perubahan normal yang berhubungan dengan lansia.


 Meningkatkan komunikasi pada masalah non-seksual sama baiknya dengan
komunikasi seksual.
 Menikmati setiap kejadian.Jangan terburu-buru,kurangi ketakutan.
 Menggunakan posisi seperti miring atau duduk yang tidak terlalu banyak menumpu
dalam kontraksi otot lengan secara isometrik.
 Gunakan posisi yang tidak menekan sendi,tengkurap yang menimbulkan nyeri atau
strain otot
HAMBATAN AKTIVITAS SEKSUAL
PADA USIA LANJUT

Pada usia lanjut, terdapat berbagai hambatan untuk melakukan


aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang
datang dari lingkungan dan hambatan internal, yang terutama berasal
dari subyek lansianya sendiri
PENATALAKSANAAN MASALAH
SEKSUAL PADA USIA LANJUT
Terapi yang diberikan tentu saja tergantung dari diagnosis penyakit/gangguan
yang mendasari keluhan. Pada keadaan disfungsi ereksi, terapi yang diberikan
dapat berupa :
a. Terapi psikologik
b. Medikamentosa (hormonal atau injeksi intra-korporeal)
c. Pengobatan dengan alat vakum
d. Pembedahan
ASKEP KLIEN DENGAN INTIMACY DAN
SEKSUALIYT
1) PENGKAJIAN
 Menggunakan pendekatan yang tepat jujur berdasarkan fakta yang menyadari bahwa
klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksualitas.
 Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien.
 Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-
buru.
 Menggunakan pertayaan yang terbuka, umum, dan luas untuk mendapatkan informasi
mengenai pengetahuan,persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas.
 Jangan mendesak klien
ASKEP KLIEN DENGAN INTIMACY DAN
SEKSUALIYT
Mengkaji masalah seksual :
● Fantasi : mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual.
● Denial : mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan
seksual.
● Rasionalisasi : mungkin digunkan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan
tentang mitif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
● Menarik Diri : mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan
ambivalens terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh atau fungsi yang
ditandai dengan perubahan biopsiokososial seksualitas
 Luaran/Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 jam maka fungsi
seksual seksual membaik dengan kriteria hasil :

 Kepuasan hubungan seksual meningkat


 Verbalisasi aktivitas seksual berubah menurun
 Verbalisasi eksitasi seksual berubah menurun
 Verbalisasi peran seksual berubah menurun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Intervensi:

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


 Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi laki- laki da perempuan
 Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan bentuk tubuh

 Luaran/tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa jam maka


citra tubuh meningkat dengan kriteria hasil :

 Melihat bgian tubuh membaik


 Menyentuh bagian tubuh membaik
 Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
 Verbalisasi perubahan gaya hidup menurun
 Hubungan sosial membaik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Intervensi:

 identifikai harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan


 identifikasi budaya, agama, jenis, kelamin, dan umur terkait citra tubuh
 Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
 Diskusikan perbedan penampilan fisik terhadap harga diri
 Anjurkan menggungkapan gambaran diri terhadap citra tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. GangguanPola seksualtidak efektif berhubungan dengan hambatan hubungan dengan
pasangan

 Luaran/Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawtan selama beberapa jam maka


identitas seksual membaik dengan kriteria hasil :

 Menunjukkan pendirian seksual yang jelas meningkat


 Integrasi orientasi seksual dalam kehidupan sehari- hari meningkat
 Menyusun batas batasan meningkat
 Sesuai jenis kelamin meningkat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Intervensi:

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


 Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi laki- laki da perempuan
 Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan

Anda mungkin juga menyukai