Anda di halaman 1dari 17

NON ELEKTROLIT

PENGAMATAN TERHADAP LARUTAN


ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
LARUTAN IDEAL DALAM HUKUM RAOULT
Larutan Ideal
• Larutan ideal adalah suatu larutan yang partikel zat terlarut dan partikel
pelarut tersusun secara acak, pada proses pencampurannya tidak terjadi
efek kalor.
• Dalam larutan ideal terjadi interaksi antara partikel tidak sejenis sama
dengan molekul sejenis. Interaksi tersebut dapat berupa daya tolak atau
daya tarik sesamanya.
• Dalam larutan ideal satu komponen tidak mempengaruhi partikel lain
didekatnya sehingga energi yang terkandung dalam komponen larutan
sebelum dan setelah bercampur sama. Artinya tidak ada entalpi
pencampuran pada waktu komponen dicampur membentuk larutan (ΔH
pencampuran = 0).
Entalpi Pelarutan / Kalor larutan

Entalpi adalah jumlah energi dari sustu sistem termodinamika


 Larutan adalah campuran molekul (bisa atom, ion dalam beberapa hal)
Proses pelarutan terdiri tiga tahap :
Tahap I
Pemisahan molekul-molekul pelarut
Terjadi peningkatan entalpi larutan
Terjadi penyerapan energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul
kohesi (untuk molekul sejenis)
Reaksi endoterm
Tahap II
Pemisahan melekul-molekul zat terlarut.
Terjadi peningkatan entalpi larutan
Terjadi penyerapan energi untuk melampaui gaya-gaya intermolekul
kohesi (untuk molekul sejenis)
Reaksi endoterm

Tahap III
Pencampuran molekul-molekul pelarut dan terlarut.
Terjadi penurunan entalpi larutan
Gaya tarik intermolekul antara tidak sejenis menyebabkan pelepasan
energi
Reaksi eksoterm
Pemisahan molekul
zat terlarut Pencampuran
molekul pelarut
dan terlarut
Pemisahan
molekul
Entalpi, H

pelarut

Komponen ΔH pelarutan = 0
murni

Diagram entalpi untuk pembentukan larutan


Hukum Raoult

Ciri Larutan Bila suatu cairan murni yang mudah menguap


Ideal dalam ruangan tertutup

Udara yang di atas cairan akan mengandung


uap cairan

Keadaan Jika jumlah molekul yang meninggalkan cairan


(menguap) sama dengan yang mengembun
Setimbang
Penguapan Laju penguapan > Laju Laju penguapan = laju
pengembunan pengembunan

Kesetimbangan cair-uap
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Bila ke dalam air murni
dimasukkan sejumlah
sukrosa (gula pasir),
maka terjadi
penurunan tekanan
uap
Tekanan uap air murni
lebih besar dari
tekanan uap larutan
gula dalam air
Po > P
Penurunan Tekanan Uap
Dengan melarutkan zat terlarut B ke dalam pelarut A maka terjadi penurunan
tekanan uap dari pelarut.
Penurunan tekanan uap (ΔP) sama dengan hasil kali fraksi mol terlarut (xB) dan
tekanan uap pelarut murni (PAo)

ΔP = xB PoA

Dalam larutan dengan dua komponen maka XA + XB = 1 sehingga XB = 1 – XA,


bila tekanan uap pelarut di atas larutan dilambangkan PA, maka ΔP = PoA – PA
maka persaman dapat ditulis
PoA – PA = ( 1 - XA) PoA
Penataan ulang persamaan ini menghasilkan bentuk umum yang dikenal dengan
hukum Raoult.
PoA – PA = PoA - XA PoA

PA = xA PoA

Hukum Raoult menyatakan bahwa : Takanan uap suatu larutan PA sama


dengan hasil kali tekanan uap pelarut murni (PoA) dengan fraksi mol dalam
larutan (xA)

Contoh 1:
Berapa tekanan uap parsial dan tekanan uap total pada 25oC di atas larutan dengan
jumlah molekul benzena (C6H6) yang sama jumlahnya dengan toluena (C7H8). Takanan
uap benzena dan toluena adalah 95,1 dan 28,4 mmHg
Jawab :
Jika larutan dengan dua komponen yang jumlahnya sama, maka fraksi mol kedua
komponen adalah 0,500
Tekanan parsial
Pbenzena = Xbenzena Pobenz ena = 0,500 x 95,1 mmHg
= 47,6 mmHg

Ptoluena = Xtoluena Potoluena = 0,500 x 28,4 mmHg


= 14,2 mmHg

Tekanan uap total


Ptotal = Pbenzena + Ptoluena = 47,6 mmHg + 14,2 mmHg
= 61,8 mmHg
Contoh 2.
Tentukan tekanan uap dari larutan 9,0 gram glukosa (C6H12O6) dalam 180 gram air. Diketahui
tekanan uap air pada 25oC adalah 23,79 mmHg; BA C = 12 g/mol; BA O = 16 g/mol dan H = 1
g/mol
1 mol C6H12O6
Jumlah mol C6H12O6 = 9 g C6H12O6 x 180 g C6H12O6 = 0,05 mol C6H12O6

1 mol H2O
18 g H2O
Jumlah mol H2O = 180 g H2O x = 10 mol H2O
0,05 mol C6H12O6
0,05 mol C6H12O6 + 10 mol H2O
XB = = 0,005
PA = PoA - P
P = XB Po = 23,79 mmHg – 0,119 mmgHg
= 0,005 x 23,79 mmHg = 23,671 mmHg
= 0,119 mmHg
Contoh 3
Etil bromide (A) dan etil Iodida (B) adalah larutan ideal dengan fraksi mol etil
bromide 0,6. Jika pada suhu 16,7oC nilai PoA = 45,16 mmHg dan PoB = 16,20 mmHg.
Tentukan a. Tekanan total uap campuran, b. komposisi cairan bila uap tersebut
dikondensasi (diembunkan)
Jawab :
a. xA = 0,6 maka xB = 1- 0,6 = 0,4
PA = xA PoA = 0,6 x 45,16 = 27,10 mmHg
PB = Xb x PoB = 0,4 x 16,2 = 6,48 mmHg
P total = 27,10 mmHg +6,48 mmHg = 33,58 mmHg
b. Jika uap diembunkan maka perbandingan mol setara dengan perbandingan
tekanan uap parsialnya
x YA = PA/Ptot = 27,10/33,58 = 0,81
Y = 1 – 0,81 = 0,19
Penurunan Titik Beku dan Peningkatan Titik Didih
Untuk zat terlarut tidak volatil (tidak mudah menguap)
Bila zat terlarut adalah zat yang tidak mudah menguap, selain dapat
menurunkan tekanan uapnya dapat juga menurunkan titik beku dan
meningkatkan titik didihnya.
Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih sebanding dengan
konsentrasi fraksi molnya.
Untuk larutan encer perbandingannya dinyatakan dalam molalitas.
ΔTb = Kb m ΔTb penurunan titik beku
ΔTd peningkatan titik didih
ΔTd = Kd m

Kb tetapan penurunan titik beku


Kd tetapan peningkatan titik didih
m = molalitas zat terlarut
Contoh 4.
Tentukan titik didih dan titik beku larutan yang mengandung 0,025 mol gula
dalam 250 g air. Diketahui tetapan kenaikan titik didih = 0,52oC/molal dan
penurunan titik beku = 1,86oC/molal.
- Tentukan terlebih dahulu molalitas larutan

1000 g pelarut
Molalitas = 0,025 mol gula x x 1 molal = 0,10 molal
250 g pelarut
- Hitung Tb

- =Kd x molal
= 0,52oC/molal x 0,10 molal = 0,052oC

Hitung titik didihnya


Td = (100 + 0,052)oC = 100,052oC
- Penurunan Titik Beku
- Tb x molal = 1,86oC/molal x 0,10 molal = 0,186oC

- Titik beku = (0 – 0,186oC)


= - 0,186oC

Anda mungkin juga menyukai