Anda di halaman 1dari 24

Kunci Perikatan Asurans dan Ketentuan Standar

yang berlaku yang relevan dalam suatu perikatan

Trianggunani Purnaning Siwi (12030123210002)


Tri Setyo Novia (12030123210013)
Rizki Octaviani (12030123210021)
Agenda

+ Kode Etik Profesi Akuntan Publik


+ Kerangka untuk Perikatan
Assurans
+ Pengendalian Mutu bagi KAP

2/2/20XX P R E S E N T AT I O N T I T L E 2
Kode Etik Profesi
Akuntan Publik
Introduction Kode Etik Profesi Akuntan Publik Edisi 2021 ini mengadopsi Final Pronouncement Revisions

to the Code to Promote the Role and Mindset Expected of Professional Accountants yang

diterbitkan oleh International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA) pada Oktober

2020, dengan menambahkan pengaturan dari Close-Off Document - “Hubungan yang

Berlangsung Lama antara Personel (Termasuk Rotasi Rekan) dengan Klien Audit” yang

efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2021 yang diterbitkan oleh

Institut Akuntan Publik Indonesia pada 28 Desember 2020 sebagai pengaturan lebih lanjut

atas Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang efektif per 1 Januari 2020 dalam rangka untuk

mendorong penyelarasan regulasi domestik masing-masing yurisdiksi dalam hal terdapat

pengaturan rotasi yang berbeda oleh regulator, serta penyempurnaan terjemahan edisi

sebelumnya. Kode Etik Profesi Akuntan Publik Edisi yang efektif per 1 Januari 2020

merupakan edisi sebelumnya yang mengadopsi Handbook of the International Code of Ethics

for Professional Accountants including International Independence Standards 2018 Edition

yang diterbitkan oleh IESBA.

2/2/20XX P R E S E N T AT I O N T I T L E 4
Kode Etik Profesi Akuntan Publik 2021
Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4A Bagian 4B

Kepatuhan Terhadap Anggota Yang Anggota Yang Independensi Dalam Independensi Dalam
Kode Etik, Prinsip Bekerja Di Bisnis Berpraktik Melayani Perikatan Audit dan Perikatan Asurans
Dasar Etika, Dan Publik Perikatan Reviu Selain Perikatan
Kerangka Kerja Audit dan Perikatan
Konseptual Reviu

2/2/20XX P R E S E N T AT I O N T I T L E 5
Kerangka untuk
Perikatan Assurans
Definisi dan Tujuan Perikatan
Asurans
Perikatan Asurans  suatu perikatan yang di dalamnya
seorang praktisi menyatakan suatu kesimpulan yang dirancang
untuk meningkatkan derajat kepercayaan pengguna yang
dituju (selain pihak yang bertanggung jawab) terhadap hasil
pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok dibandingkan
dengan kriteria.

Informasi hal pokok  hasil pengevaluasian atau pengukuran


suatu hal pokok. Digunakan untuk menyatakan kesimpulan
dalam suatu laporan asurans
2/2/20XX P R E S E N T AT I O N T I T L E 7
Definisi dan Tujuan Perikatan
Asurans
1. Perikatan yang memberikan keyakinan memadai
+ Tujuan perikatan yang memberikan kayakinan memadai adalah penurunan risiko
perikatan asurans ke tingkat rendah yang dapat diterima dalam kondisi perikatan
tersebut sebagai basis kesimpulan praktisi yang dinyatakan dalam bentuk positif.

2. Perikatan yang memberikan keyakinan terbatas


+ Tujuan perikatan yang memberikan keyakinan terbatas adalah penurunan risiko
perikatan asurans ke tingkat yang dapat diterima dalam kondisi perikatan
tersebut (namun risikonya lebih besar daripada risiko dalam perikatan yang
memberika keyakinan memadai) sebagai basis kesimpulan praktisi yang
dinyatakan dalam bentuk negatif.
Penerimaan Perikatan

+ Memenuhi ketentuan etika profesi yang relevan, seperti


independensi dan kompetensi profesionak
+ Memiliki karakteristik: hal pokok, kriteria sesuai pengguna
laporan yang dituju, praktisi mendapatkan akses bukti yang
cukup dan kuat, kesimpulan praktisi memveru keyakinan
memadai atau terbatas, adanya tujuan rasional atas
perikatan
Unsur Perikatan Asurans

+ Hubungan tiga pihak (praktisi, pihak yang bertanggung


jawab, dan pemakai)
+ Suatu hal pokok yang semestinya.
+ Kriteria yang sesuai.
+ Bukti yang cukup dan tepat.
+ Laporan asurans memberikan keyakinan memadai atau
keyakinan terbatas
Unsur Perikatan Asurans -
Hubungan Tiga Pihak
+ Perikatan asurans melibatkan tiga pihak. Pihak yang
bertanggung jawab dan pemakai yang dituju bisa berasal dari
entitas yangsama atau berbeda. Selain itu, bisa dipandang
dalam konteks perikatan spesifik dan mungkin berbeda dari
tanggung jawab yang ditentukan secara tradisonal.
Tiga Pihak antara lain:
+ Praktisi
+ Pihak yang bertanggung jawab
+ Pihak yang dituju
Unsur Perikatan Asurans – Hal
Pokok
+ Hal pokok perikatan asurans dapat memiliki berbagai bentuk seperti: Kinerja
atau kondisi keuangan, Kinerja atau kondisi non keuangan, Karakteristik fisik,
Sistem dan proses, Perilaku
+ Hal pokok memiliki karakteristik yang berbeda, mencakup seberapa
kualitatif ataukuantitatif, objektif atau subjektif, dan historis atau prospektif
informasi tentang hal pokok tersebut dan apakah informasi tersebut terkait
dengan waktu.
+ Suatu hal pokok yang tepat adalah hal yang:
+ - Dapat diidentifikasi, dievaluasi aau diukur secara konsisten
+ - Prosedur dapat diterapkan atas informasi tentang hal pokok untuk
pengumpulan bukti yang cukup dan tepat dalam membuat kesimpulan
Unsur Perikatan Asurans – Kriteria

+ Kriteria adalah pembanding yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur hal
pokok. Kriteria dapat bersifat formal seperti dalam penyusunan laporan keuangan dan
kriteria yang tidak terlalu formal seperti kode etik.
+ Kriteria yang tepat diperlukan dalam melakukan evaluasi yang konsisten atau
pengukuranatas hal pokok dalam konteks pertimbangan profesional. Kriteria yang
tepat adalah kriteria yang tergantung terhadap konteks (relevan dengan perikatan).
+ Kriteria yang sesuai menggambarkan karakteristik sebagai berikut : Relevan,
Kelengkapan, Keandalan, Kenetralan, dan Dapat dipahami
+ Praktisi menentukan ketetapan kriteria untuk suatu perikatan tertentu
denganmempertimbangkan apakah kritera tersebut mencerminkan
karakteristik. Keutamaansetiap karakteristik perikatan bersifat relatif. Kriteria yang
ditetapkan adalah seperti yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Unsur Perikatan Asurans – Bukti
yang Cukup dan Tepat
+ Praktisi merencanakan dan melaksanakan perikatan asurans
dengan suatu sikap skeptisisme professional untuk memperoleh
bukti. Praktisi mempertimbangkan materialitas, resiko perikatan asurans,
serta kuantitas dan kualitas bukti.
+ Skeptisisme Profesional
Sikap skeptisisme profesional berarti praktisi membuat suatu penilaian kritis
dengan pikiran yang selalu mempertanyakan tentang validitas bukti yang
diperoleh, dan waspada terhadap bukti yang kontradiktif atau keandalan
dokumen yang diberikan oleh pihak yangbertanggung jawab.
Praktisi bukanlah pakar alam autentikasi namun praktisi mempertimbangkan
keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti.
Unsur Perikatan Asurans – Bukti
yang Cukup dan Tepat
+ Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti. Ketepatan adalah ukuran
kualitas bukti (relevansi dan keandalan bukti)
+ Keandalan bukti dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, serta tergantung pada
kondisiketika bukti diperoleh.
+ Praktisi memperoleh keyakinan yang lebih dari bukti-bukti yang konsisten
yangdiperoleh dari sumber atau memiliki sifat yang berbeda dari bukti yang
dipertimbangkansecara individual. Perolehan bukti dari sumber atau sifat
yang berbeda mungkinmengindikasikan bahwa bukti tidak dapat diandalkan.
+ Praktisi mempertimbangkan hubungan antara biaya perolehan bukti dengan
kegunaan informasi yang diperoleh. Praktisi mengunakan pertimbangan
dan menerapkan skeptisisme professional dalam mengevaluasi kuantitas dan
kualitas bukti.
Unsur Perikatan Asurans – Bukti
yang Cukup dan Tepat
+ Resiko Perikatan Asurans
+ Resiko perikatan asurans adalah resiko yang timbul sebagai akibat
praktisi menyatakankesimpulan yang tidak tepat ketika terjadi
salah saji material atas informasi hal pokok.

+ Resiko perikatan asurans diwakili oleh unsur-unsur berikut ini :


- Resiko bahwa terdapat salah saji material atas informasi hal pokok
(resiko inherendan resiko pengendalian)
- Resiko deteksi
Unsur Perikatan Asurans – Bukti
yang Cukup dan Tepat
+ Sifat, waktu, dan luas yang eksak dari prosedur pengumpulan bukti
akan berbeda darisatu perikatan ke perikatan yang lain
+ Keyakinan memadai adalah suatu konsep yang berhubungan dengan
pengumpulan buktiyang diperlukan oleh praktisi untuk membuat
kesimpulan atas informasi hal pokok secarak eseluruhan.
+ Kuantitas atau kualitas bukti dipengaruhi oleh karakteristik hal
pokok dan kondisi perikatan selain karakteristik hal pokok.
+ Suatu kesimpulan wajar tanpa pengecualian tidak tepat
dierikan untuk kedua jenisperikatan asurans ketika terdapat
pembatasan material
Unsur Perikatan Asurans – Laporan
Asurans
+ Praktisi membuat laporan tertulis yang berisi kesimpulan yang menyampaikan
keyakinanyang diperoleh tentang informasi hal pokok.
+ Dalam perikatan berbasis asersi, kesimpulan praktisi dapat dinyatakan melalui
salah satudari cara berikut; asersi pihak yang bertanggung jawab dan secara
langsung.
+ Dalam perikatan yang memberikan keyakinan memadai, praktisi
menyatakankesimpulannya dalam bentuk positif.
+ Dalam perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, praktisi
menyatakankesimpulannya dalam bentuk negatif.
+ Praktisi tidak menyatakan kesimpulan wajar tanpa pengecualian untuk
kedua jenisperikatan asurans ketika terdapat kondisi seperti yang tercantum
dalam kerangka ada.
Pengantar Standar
Pengendalian Mutu
Ruang Lingkup

+ SPM ini mengatur tanggung jawab Kantor Akuntan Publik (“KAP”) atas
sistem pengendalian mutu dalam melaksanakan perikatan asurans (Audit,
Reviu, dan Perikatan Asurans Lainnya) dan perikatan selain asurans. SPM
ini harus dibaca dalam kaitannya dengan Standar Audit dan Kode Etik
Profesi Akuntan Publik (“Kode Etik”) yang ditetapkan oleh IAPI.
+ Standar profesi lainnya yang tercantum dalam standar profesi yang
ditetapkan oleh IAPI mengatur standar dan pedoman tambahan mengenai
tanggung jawab personel KAP atas prosedur pengendalian mutu dalam
perikatan tertentu.
Tujuan
Tujuan KAP dalam menetapkan dan memelihara sistem
pengendalian mutu adalah untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa:
(a) KAP dan personelnya mematuhi standar profesi, serta ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku; dan
(b) Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah
sesuai dengan kondisinya.
Penerapan dan Kepatuhan terhadap
Ketentuan yang Berlaku
+ Setiap individu dalam KAP yang bertanggung jawab atas penetapan dan
pemeliharaan sistem pengendalian mutu KAP harus memiliki pemahaman
mengenai seluruh isi SPM, termasuk materi penerapan dan penjelasan lainnya.
+ Ketentuan dalam SPM ini dirancang untuk memungkinkan KAP mencapai tujuan
yang ditetapkan dalam SPM ini. Oleh karena itu, penerapan seluruh ketentuan
dalam SPM ini dengan tepat diharapkan dapat memberikan dasar yang cukup
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam SPM ini. Namun demikian, karena
beragamnya kondisi yang ada dan tidak dapat diantisipasinya seluruh kondisi
tersebut, maka setiap KAP harus mempertimbangkan perlu tidaknya menetapkan
ketentuan tambahan selain yang ditentukan dalam SPM ini dalam mencapai
tujuan tersebut di atas.
Unsur-Unsur Sistem Pengendalian
Mutu
Setiap KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem
pengendalian mutu yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
a. Tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu
b. Ketentuan etika profesi yang berlaku
c. Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan
perikatan tertentu
d. Sumber daya manusia
e. Pelaksanaan perikatan
f. Pemantauan
Thank You
Trianggunani Purnaning Siwi (12030123210002)
Tri Setyo Novia (12030123210013)
Rizki Octaviani (12030123210021)
24

Anda mungkin juga menyukai