0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
97 tayangan7 halaman
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas kerangka konseptual audit sektor publik yang mencakup kebijakan pengendalian mutu audit, peran komite audit, dan tahapan pengujian audit sektor publik meliputi term of reference, investigasi, dan pelaporan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas kerangka konseptual audit sektor publik yang mencakup kebijakan pengendalian mutu audit, peran komite audit, dan tahapan pengujian audit sektor publik meliputi term of reference, investigasi, dan pelaporan.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas kerangka konseptual audit sektor publik yang mencakup kebijakan pengendalian mutu audit, peran komite audit, dan tahapan pengujian audit sektor publik meliputi term of reference, investigasi, dan pelaporan.
A. Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Kuaitas Audit
Di Indonesia standar pegendalian mutu atau kualitas Kantor Akuntan Publik
(KAP)memberikan panduan bagi KAP di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh DewanStandar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) danAturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada semuajenis jasa audit, atestasi dan konsultasi meliputi:
Independensi. Meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi
harus mempertahankan independensi. Penugasan personel. Meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud. Konsultasi Meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai. Supervisi Meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutunyang ditetapkan oleh KAP. Pemekerjaan (hiring). Meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten. Pengembangan profesional. Meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Promosi (advancement). Meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi. Penerimaan dan keberlanjutan klien. Menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence). Inspeksi. Meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur- unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif. B. KEBERADAAN DAN PERAN KOMITE AUDIT Kemite Audit harus mendukung tujuan organisasi. Bagian akuntansi di dalam organisasi dengan mengkaji kelengkapan bukti dalam rangka memenuhi kebutuhan keandalan dan integritas dari bukti-bukti yang ada. Berikut adalah prinsip penerapan komite audit yang baik (Sumber: National Audit Office Online). Peran Komite Audit Komite Audit harus mendukung Dewan dan Pimpinan Bagian Akuntansi dengan meninjau kelengkapan jaminan dalam memenuhi kebutuhan Dewan dan Pegawai Bagian Akuntansi, serta mengkaji keandalan dan integritas jaminan. Keanggotaan, Independensi, Objektivitas dan Pemahaman Komite Audit harus independen dan objektif, di samping setiap anggota harus memiliki pemahaman yang baik tentang tujuan dan prioritas organisasi dan peran mereka sebagai anggota Komite Audit. Ketrampilan Komite Audit seharusnya memiliki campuran keterampilan yang tepat untuk memungkinkan untuk melaksanakan fungsi secara keseluruhan. Lingkup Kerja Lingkup kerja Komite Audit harus didefinisikan dalam Ketentuan atas Referensi, dan mencakup semua kebutuhan jaminan dari Dewan dan Pimpinan Bagian Akuntansi. Dalam hal ini, Komite Audit harus memiliki keterlibatan tertentu dengan pekerjaan Audit Internal, pekerjaan Auditor Eksternal, dan isu-isu Pelaporan Keuangan. Komunikasi Komite Audit harus dipastikan memiliki komunikasi yang efektif dengan Dewan, Kepala Audit Internal, Anditor Eksternal, dan pemangku kepentingan lainnya. C. PENGUJIAN AUDIT SEKTOR PUBLIK Kategori teori konsep lebih jauh akan dibahas sebagai kerangka konseptual audit sektor publik. Konsep dibagi menjadi tiga fase. yakni term of reference, investigasi dan pelaporan. 1. Term of Reference Nilai Sosial Konsep pertama mencerminkan akar audit bukti dalam nilai sosial yang menganggap penting konsistensi dan integritas dalam persiapan dan penyajian laporan keuangan. Keterkaitan Dengan Perencanaan, Anggaran, Dan Pengendalian Manajemen Konsep kedua mencerminkan hubungan antara audit internal dan eksternal, dengan komponen lain siklus manajemen perencanaan, penganggaran dan pengendalian manajemen. Akuntabilitas Konsep ketiga menetapkan istilah akuntabilitas acuan secara eksplisit untuk hubungan klien atau auditee, di mana meminta seluruh aktivitas keuangan untuk dibukukan, dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan yakni Prinsip Akuntansi Berterima Umum Kriteria Kriteria pelaporan keuangan dicirikan sebagai empat konsep dalam aturan term of reference. Lingkup Investigasi : Akuntabilitas term of reference dan terkait kriteria yang dapat dikelompokkan sebagai lingkup audit, dan hal ini diidentifikasikan sebagai konsep kelima dalam konsep ini. Tujuan : Aturan tujuan audit mengikuti secara langsung dari lingkup dan termasuk tujuan wajib untuk menyatakan opini laporan keuangan, dan tujuan discretionary dalam menyediakan rekomendasi melalui pengendalian internal/manajemen setelahnya. Batasan-Batasan Konsep ketujuh adalah aturan batasan-batasan dari berbagai macam subjek audit. Batasan yang dapat diidentifikasi termasuk batasan dalam Undang-Undang dan kontrak, yang ditetapkan lingkungan pragmatis di mana audit bukti dilakukan-ketepatan waktu (timeliness), efektivitas biaya (cost effectiveness), dan kelayakan praktik (practise feasibility). 2. Investigasi Konsep dasar mengidentifikasikan bahwa fase investigasi dan pelaporan berada dalam Uniform Rules of Professional Conduct, yang diterjemahkan dengan khusus pada audit bukti sebagai Standar Audit Berterima Umum (Generally Accepted Auditing Standard/GAAS). Aturan konsep informasi pada fase investigas, teridentifikasi dalam fase investigasi audit menurut Cutt, James (1988) ada pada 9 konsep dan konsep kesepuluh berikut yang menghubungkan dari fase investigasi kepada fase pelaporan. Pengetahuan akan lembaga yang akan diaudit : Konsep pertama ini meminta auditor untuk mencapai kedekatan yang cukup dengan usaha klien dalam melakukan audit. Kepercayaan : Konsep kedua ini meminta adanya identifikasi auditor pengendalian internal organisa di mana dia fokus dan dapat dipercaya dalam melaksanakan audit. Bukti : Konsep ketiga ini mengidentifikasi hakikat dan sumber bukti. Verifikasi Konsep keempat adalah konsep pengendalian pada fase investigasi dan teridentifika sebagai verifikasi (pengumpulan dan evaluasi bukti audit dengan pandangan penyediaan opini audi:). Asumsi : Konsep verifikasi terlihat terkait dengan konsep kelima dan keenam, dengan asumsi pada aktivitas verifikasi ditemukan. Asersi : Selanjutnya asersi atau pernyataan, keduanya tentang pengendalian internal dan laporan keuangan, auditor mencari untuk memverifikasi dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Kecukupan (kuantitas) : Kecukupan atau kuantitas bukti terdapat dua konsep lainnya, yakni ketepatan (precision) dan tingkat jaminan yang disediakan oleh auditor. Ketepatan (precision) dapat didefinisikan dalam istilah yang lebih luas yang memerlukan bukti yang persuasif daripada konklusif. Sedangkan tingkat jaminan yang dised akan oleh auditor didefinisikan dalam istilah konsep risiko dalam bentuk variatif. Penyesuaian (kualitas) : Penyesuaian atau kualitas bukti audit didefinisikan dalam istilah lebih lanjut sebagai keterkaitan (elevance) dan keandalan (reliability). Metode : Metode atau teknik yang digunakan oleh auditor dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti diidentifikasi sebagai konsep terpisah, kemudian terbagi ke dalam metode pemenuhan (compliance methods) dan metode substantif (substantive methoils). Kelayakan (Cerminan Batasan Umum dan Penyediaan Mata Rantai Pelaporan) Kelayakan, mencerminkan secara khusus dalam standar pengujian ketiga yang meminta auditor mempunyai cukup bukti yang layak untuk menyediakan dasar layak dalam isi laporan 3. Pelaporan Tipe laporan : Kategori pertama terkait dengan berbagai tipe laporan keuangan yang ada. Lingkup laporan : Kategori kedua adalah lingkup laporan audit. meminta auditor untuk mengidentifikasi laporan keuangan yang telah dilaporkan kepada negara yang pengujiannya dilakukan dengan mengacu standar audit berterima umum serta dilaksanakan melalui tes dan prosedur tertentu. Opini : Konsep ketiga terkait opini auditor yaitu permintaan auditor yang menggambarkan apakah informasi laporan disajikan dengan secara wajar sesuai dengan dasar pengungkapan akuntansi dan apakah penerapan dasar akuntansi telah konsisten dengan periode terdahulu. Konsep terpenting dalam kewajaran adalah ditemukan hubungan dengan opini audit. Reservasi : Konsep keempat mengidentifikasi beragam bentuk reservasi yang dapat digunakan auditor dalam laporan audit. Pengendalian Internal/Manajemen : Konsep kelima terkait dengan kebebasan menentukan tujuan atas rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan pengendalian internal. Tindak Lanjut Audit Konsep-konsep kelayakan dan kewajaran mengacu pada informasi pada fase investigasi dan bayangan pada fase pelaporan audit selanjutnya yang berdasarkan pada akar standar umum. Konsep ini terkait dengan kapasitas dan perilaku auditor, dan operasionalisasi ut sebag standar umum. D. AKUN DAN ASERSI DALAM PENGUJIAN AUDIT SEKTOR PUBLIK 1. Akun Pendapatan Tujuan adanya audit siklus pendapatan adalah untuk mer gungkapkan ada tidaknya salah say material dalam pos Pendapatan Organisas,, Dana Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang sah. Pemeriksaan atas siklus pendapatan mencakup pemeriksaan atas : Pendapatan organisasi, contohnya: pos pajak daerah, retribusi laba, bagian lay usaha daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah. Dana perimbangan mencakup atas bagi hasil pajak bukan pajak, dana aloka umum, dana alokasi khusus, dan dana perimbangan dari pusat Pendapatan lain-lain yang sah sesuai dengan lingkup pemeriksaan tersebut, maka koreksi dilakukan atas salah saji yang ditemukan dalam pemeriksaan. 2. Akun Belanja Audit terhadap siklus belanja organisasi sektor publik terdiri dari audit terhadap belanja aparat/pegawai/SDM dan belanja pelayanan publik. Belanja aparat dan belanja pelayanan publik terdiri dari belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/pembangunan. Tujuan audit siklus belanja adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus belanja. Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan, yakni: Siklus Belanja organisasi sektor publik mencakup berbagai proses dan keputusan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi sektor publik termasuk di dalamnya unit-unit organisasi. Siklus ini dimulai dengan adanya permintaan pembelian dari berbagai unit kerja organisasi melalui pengajuan "Daftar Isian Anggaran" masing-masing unit kerja. Risiko bawaan pos belanja organisasi sektor publik pada banyak organisasi adalah tinggi. Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Semakin tinggi volume transaksi, semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Tingginya risiko bawaan siklus belanja menyebabkan banyak organisasi sektor publik memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal siklus belanja, untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. 3. Akun aktiva tetap. Aktiva tetap merupakan aset/harta yang dimiliki oleh organisasi sektor publik yang digunakan dalam kegiatan operasional organisasi dan tidak untuk dijual- belikan serta digunakan lebih dari satu tahun (periode akuntansi). Tujuan audit aktiva tetap adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo aktiva tetap. 4. Akun Jasa Personalia. Siklus jasa personalia sangat penting karena masalah gaji, pajak penghasilan pegawai, dan biaya ketenagakerjaan lainnya merupakan komponen biaya utama hampir di semua entitas. 5. Akun pembiayaan. Surat berharga yang dipegang atau dipunyai sebagai investasi jangka panjang bisa jadi material baik bagi neraca maupun laporan surplus defisit. Investasi surat berharga jangka panjang pada umumnya dilakukan dalam jumlah nilai rupiah yang besar, sehingga amat berpengaruh bagi neraca. Di samping itu, pendapatan maupun kerugian akibat investasi jangka panjang terkadang besar nilainya, sehingga sangat material bagi neraca. 6. Akun Saldo Kas. Saldo kas dihasilkan dari pengaruh kumulatif siklus belanja, siklus investasi, dan siklus jasa personalia. Entitas harus mengeluarkan kasnya untuk memperoleh berbagai sumber daya yang diperlukan organisasi sektor publik (siklus belanja). Tujuan audit saldo kas adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing asers signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo kas. Tujuan audit ditentukan berihisarkan atas kelima kategori asersi laporan keuangan : Asersi keberadaan dan keterjadian. Asersi kelengkapan. Asersi hak dan kewajiban. Asersi penilaian dan pengalokasian. Asersi pelaporan dan pengungkapan. E. SIKLUS AUDIT SEKTOR PUBLIK 1. Survei awal karakter industri/bidang/organisasi yang akan di Audit. 2. Pembuatan program audit dan penerbitan surat tugas audit Tujuan audit untuk tiap area. Prosedur audit yang akan dilakukan. Sumber-sumber bukti audit Deskripsi mengenai kesalahan (error). 3. Pelaksanaan Audit Sektor Publik Setelah mendapat surut tugas maka dimulailah salah satu tahapan dalam proses audit di mana auditor akan mengembangkan suatu program audit, menilai keefektifan sistem pengendalian internal organisasi, dan melakukan pengujian-pengujian yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang memadai. 4. Pembuatan Daftar Temuan : Setelah melakukan kegiatan pelaksanaan audit, auditor biasanya mendapatkan temuan. temuan terkait dengan keuangan klien. 5. Komunikasi Temuan dan Penyusunan Draf Laporan Hasil Pemeriksaan Setelah hasil temuan auditor dibicarakan atau melakukan cross-check dengan pejabat organisasi sektor publik, auditor kemudian menyusun draf laporan hasil pemeriksaan. 6. Penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut Temuan Laporan Hasil Pemeriksaan Tahapan terakhir dari siklus audit keuangan adalah penerbitan laporan hasil pemeriksaan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi yang telah diaudit tersebut.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional