Anda di halaman 1dari 14

AN IO

T
IK

M
B
A

N A T
O
R

TA FA
K

G I A
R
A

O
T
N

O L I
S K
A

K
K I
A T SIH
E N
T
R O
E BI ING
I AN TI
N

D I YA
W
I
R
S
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup memerlukan kondisi lingkungan sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangannya dalam kehidupan.
Pada kenyataanya, kondisi lingkungan di mana makhluk hidup
berada selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi
mungkin saja masih berada dalam area toleransi makhluk
hidup, namun seringkali perubahan lingkungan menyebabkan
menurunnya produktivitas bahkan kematian pada makhluk
hidup.
Hal ini menguatkan bahwa setiap makhluk hidup memiliki faktor
pembatas dan daya toleransi terhadap lingkungan.
Pendahuluan

Bila kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga makhluk hidup


tanggap secara maksimal terhadap suatu faktor lingkungan
maka makhluk hidup itu tidak tercekam oleh faktor tersebut.
Segala perubahan kondisi lingkungan yang mengakibatkan
tanggapan makhluk hidup menjadi lebih rendah dari pada
tanggapan optimum dapat dikatakan sebagai cekaman.
Penelitian Seyle tentang respon cekaman pada makhluk hidup
sebagaimana dilaporkan oleh Salisbury (1995) menyatakan,
bahwa ketika makhluk hidup mulai mendapatkan faktor
cekaman kemungkinan reaksi yang terjadi terdiri atas empat
tahapan, yaitu:
Pendahulan

Tahap I: saat fungsi fisiologi menyimpang dari biasanya maka


terjadi reaksi tanda bahaya.
Tahap II : saat organisme beradaptasi pada faktor cekaman dan
fungsi seringkali menuju keadaan normal (tapi mungkin tidak
benar-benar mencapainya) maka akan terjadi resistensi atau
fase pemulihan.
Tahap III : jika faktor cekaman meningkat atau terus berlangsung
dalam waktu lama, maka akan terjadi kelelahan.
Tahap IV : saat fungsi sekali lagi sangat menyimpang dari normal,
maka akan terjadi kematian.
FAKTOR LINGKUNGAN ABIOTIK
►Cahaya
► Air/Genangan-Kekeringan
► Suhu
► Hara Dalam Tanah
► Asam
► Garam
LINGKUNGAN BIOTIK
Komponen biotik yang dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup dapat
berupa herbivor, parasit, patogen, dan predator.
McNaughton dan Wolf (1998) mengemukakan, bahwa akibat yang ditimbulkan oleh
herbivore pada produktivitas primer sangat sedikit sekali diketahui. Bahkan
hubungan antar herbivore dan produktivitas primer bersih kemungkinan
bersifat kompleks, di mana konsumsi sering menstimulasi produktivitas
tumbuhan sehingga meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian dapat
menurun jika intensitasnya optimum. Namun demikian, herbivore yang berupa
hewan-hewan kecil yang bersifat hama seperti serangga dapat menjadi masalah
besar bagi tumbuhan.
Aktivitas hama yang menyerang titik tumbuh terminal dapat menyebabkan
kematian tumbuhan. Banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap
herbivora melalui produksi bahan kimia tertentu yang jika dikonsumsi oleh
herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora.
Organisme yang bersifat parasit dapat berpengaruh bagi
tumbuhan maupun hewan, oleh karena keberadaannya dapat
mengambil alih secara dominan hasil metabolisme tubuh yang
dibutuhkan oleh inang.
Tumbuhan atau hewan dapat mengalami kekurangan nutrisi yang
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Pada
kondisi yang lain, banyak parasit yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit pada organisme inang sehingga pada tahap
tertentu dapat menyebabkan kematian.
Tuntutan kebutuhan makanan sebagai sumber energi bagi kehidupan
menjadikan interaksi organisme menjadi sangat bervariasi. Bagi
hewan yang notabene bersifat heterotrof, mutlak memerlukan
makanan dengan memakan organisme lain sebagai predator.
Populasi predator yang berada di atas daya reproduksi mangsa
menyebabkan terjadinya penurunan populasi mangsa. Pada tahap
kritis, populasi organisme mangsa yang tidak dapat menghindar atau
melindungi diri pada akhirnya akan mati dan habis dalam ekosistem.
Namun demikian, interaksi predasi secara alami dalam ekosistem
bersifat terkontrol, di mana populasi predator dikontrol oleh propulasi
mangsa dan sebaliknya populasi mangsa dikontrol oleh populasi
predator.
Guna meningkatkan ketahanan tumbuhan dan hewan terhadap
pengaruh faktor lingkungan biotik tertentu, saat ini telah
banyak dikembangkan metode melalui teknologi rekayasa
genetik.
Rekayasa genetik memungkinkan dilakukannya pemilahan
kebutuhan gen yang dapat mentolerir pengaruh lingkungan
biotik tertentu. Selain itu, pada hewan juga telah
dikembangkan melalui teknik vaksinasi untuk meningkatkan
kekebalan terhadap penyakit tertentu.
JAMUR
Jamur merupakan jasad heterotrof yang menggantungkan
makanan atau hidupnya pada substrat tersedia atau pada jasad
lain karena tidak berklorofil. Beberapa jamur bersifat parasit
bahkan bersifat patogen. Bagian seluruh tubuh patogen yang
dapat memulai serangan atau berperan dalam patogenesitas
disebut inokulum atau agen/struktur penular. Struktur tubuh
jamur yang berperan dalam patogenesitas adalah buluh
kecambah, apresorium, haustorium, spora atau konidium, hifa
atau miselium, klamidospora, sklerotium, rizomorf.
MEKANISME SERANGAN JAMUR
Penetrasi:
Penetrasi jamur ke dalam jaringan inang dapat melalui luka-luka pada jaringan
inang, lubang-lubang alami seperti stomata, lentisel, hidatoda, serta dapat
mempenetrasi atau menembus langsung ke dalam jaringan tanaman ianag.
Beberapa patogen dapat masuk dengan satu cara, sedangkan lainnya dengan dua
cara atau lebih.
Luka:
Luka menyebabkan isi sel terburai, senyawa-senyawa keluar, menjadi makanan
bagi mikroorganisme yang ada di sekitar tempat tersebut, juga sebagai kemotaksis
dan kemotropfi menarik pertumbuhan hifa ke arah luka.
Menembus permukaan yang utuh:

Buluh apresorium yang melekat erat pada kulit luar karena adanya lapisan lender.
Meskipun di sekeliling spora tidak dapat dilihat lapisan lender sedemikian, namun spora
melekat erat juga pada ujungnya. Apresorium membentuk hifa infeksi (infection
hypha) yang berbentuk tonjolan kecil yang dengan kekuatan besar menembus kutikula.
Tebal lapisan kutikula umumnya 0,5-1,0 µm. Secara kimiawi ini terdiri dari kutin yang
di dalamnya mempunyai papan-papan lilin. Senyawa-senyawa ini tidak dapat
dihancurkan secara enzimatis, karena itu penembusan kutikula oleh kebanyakan jamur
terjadi hanya dengan kekuatan mekanis.

Jamur-jamur mempunyai enzim yang dapat menguraikan selulosa.


Perusakan Dinding Sel Tumbuhan Inang. Pada bagian tumbuhan diatas tanah
permukaan terdiri atas selulosa dan kutikula. Kutikula terutama terdiri atas kutin yang di-
impregnasi oleh lilin, dan sering kali juga permukaannya ditutupi oleh lapisan lilin.
Penghancuran substansi-substansi tersebut terjadi karena bekerjanya serangkaian enzim
atau lebih yang disekresikan oleh patogen.
BAKTERI
Bakteri merupakan jasad heterotrof yang menggantungkan
makanan atau hidupnya pada substrat tersedia atau pada jasad
lain karena tidak berklorofil. Beberapa bakteri bersifat parasit
bahkan bersifat patogen. Bagian seluruh tubuh patogen yang
dapat memulai serangan atau berperan dalam patogenesitas
disebut inokulum atau agen/struktur penular.
Penetrasi:
Penetrasi bakteri ke dalam jaringan inang dapat melalui luka-luka
pada jaringan inang, lubang-lubang alami seperti stomata,
lentisel, hidatoda, tidak dapat menembus langsung ke dalam
jaringan tanaman inang.
VIRUS
Masuknya Virus ke Dalam Tanaman
Salah satu faktor yang berperan sangat penting dalam epidemi penyakit tanaman
karena virus adalah keberadaan serangga vektor yang menyebarkan virus di
antaranya yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci), wereng, kepik, dll.
Serangga ini termasuk dalam kelompok serangga penusuk penghisap. Vektor
memperoleh virus ketika dia mengambil makanan dari tanaman yang telah
terinfeksi (akuisisi). Virus yang diambil dari tanaman sakit beredar melalui saluran
pencernaan, menembus dinding usus, bersirkulasi dalam cairan tubuh serangga
(haemolymph) dan selanjutnya kelenjar saliva. Pada saat dia menghisap makanan
dari tanaman sehat, virus ikut masuk ke dalam tubuh tanaman bersama dengan
cairan dari mulut serangga tersebut. Retensi virus ini di dalam tubuh serangga
sangat lama bahkan bisa dipindahkan secara transovarial melalui telur ke tubuh
progeni.

Anda mungkin juga menyukai