Anda di halaman 1dari 40

BIOPSIKOLOGI

D A R I M O T I VA S I
RASA LAPAR, MAKAN DAN KESEHATAN

dr. ANITA TENGKER, M.Kes


KONSEP MOTIVASI

“Motivasi Merupakan Suatu Kondisi Yang Terbentuk Dari Berbagai Tenaga Pendorong
Yang Berupa Desakan, Motif, Kebutuhan Dan Keinginan.” Motivasi Merupakan Proses
Psikologis Yang Mencerminkan Interaksi Antara Jiwa, Sikap, Kebutuhan, Persepsi Dan
Keputusan Dalam Diri Seseorang
(Nana Syaodih Sukmadinata )

Mc Donald (Abdul Hadis, 2008:29) “Motivasi adalah perubahan energi


dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”.
Mc Donald (Abdul Hadis, 2008:29)

Pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung 3


elemen penting, :
1) Bahwa motivasi mengawali terjadinya perubahan energi
pada diri setiap individu manusia
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling,
afeksi seseorang.
3) Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan.
Hamzah B. Uno (2009:5) : “Motivasi Merupakan Kekuatan Yang Mendorong
Seseorang Melakukan Sesuatu Untuk Mencapai Tujuan”.

Kekuatan-kekuatan Ini Pada Dasarnya Dirangsang Oleh


Adanya Berbagai Macam Kebutuhan, Seperti
(1) Keinginan Yang Hendak Dipenuhinya;
(2) (2) Tingkah Laku;
(3) (3) Tujuan;
(4) (4) Umpan Balik
PROSES MOTIVASI DASAR
(BASIC MOTIVATION PROCESS)

Motivasi Terjadi Apabila Seseorang Mempunyai Keinginan Dan


Kemauan Untuk Melakukan Suatu Kegiatan Atau Tindakan Dalam
Rangka Mencapai Tujuan Tertentu
STRUKTUR PEMBENTUKAN
MOTIVASI DALAM OTAK

• SISTEM LIMBIK berperan sentral dalam semua aspek emosi.


Struktur Otak yang • Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam SISTEM LIMBIK manusia

mempengaruhi Motivasi: menimbulkan berbagai sensasi yang diutarakan sebagai rasa senang,
kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan,
1. KORTEKS SEREBRI
keketakutan, atau kecemasan di bagian lain.
2. SITEM LIMBIK • HIPOTALAMUS sendiri bertanggung jawab terhadap berbagai respons

3. HIPOTALAMUS yang sesuai untuk menyertai keadaan emosional tertentu.


Contoh keterkaitan ketiga hal ini dapat dilihat dari contoh berikut ini:
HIPOTALAMUS yang merupakan pengatur lingkungan internal akan mencetuskan
RESPON untuk meningkatkan pembentukan panas (dengan menggigil),
saat tubuh merasakan dingin.
Sementara itu, KORTEKS SEREBRUM akan mengambil peran
untuk MEMOTIVASI DIRI agar secara sadar memakai baju yang lebih hangat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
HIPOTALAMUS – yang merupakan bagian dari SISTEM LIMBIK, bersama dengan KORTEKS
akan

MENGONTROL EMOSI DAN PERILAKU YANG DIMOTIVASI


1. KORTEKS SEREBRI
• Wilayah Terbesar Dari Otak Adalah Serebrum.
• Terdapat Pusat-pusat Saraf Yang Mengatur Semua Kegiatan
Sensorik Dan Motorik.
• Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Proses Penalaran, Ingatan,
Dan Intelejensia Berada
• Serebrum Tersusun Dari Dua Hemisfer Serebral, Yaitu
Hemisfer Kanan Dan Hemiser Kiri.
• Bagian Luar Hemisfer Serebri Terdiri Atas Subtansia Grisea
Yang Disebut Sebagai Korteks Serebri.
2. Sistem Limbik Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan:
• Istilah limbik (limbus) berarti “batas” atau “tepi”. 1. Suatu pendirian atau respons emsional yang
• Hipotalamus dan bagian-bagian talamus disertakan dalam mengarahkan pada tingkah laku individu
sistem limbik karena memiliki hubungan fungsional yang 2. Suatu respon sadar terhadap lingkungan
erat. 3. Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks
• Hipokampus merupakan area penting yang secara
serebri secara tidak sadar dan memfungsikan
tradisional diklasifikasikan sebagai “limbik”.
batang otak secara otomatis untuk merespon
• Struktur ini membandingkan informasi sensorik dengan apa
keadaan,
yang telah otak ekspetasikan mengenai lingkungannya.
• Hipokampus juga disebut sebagai “pintu gerbang menuju
4. Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan

ingatan”. menggali kembali simpanan memori yang


• Hipokampus memungkinkan kita membentuk ingatan- diperlukan, dan
ingatan baru mengenai fakta-fakta dan kejadian-kejadian – 5. Merespon suatu pengalaman dan ekspresi
jenis informasi yang kita perlukan untuk mengenali suasana hati, terutama reaksi takut, marah, dan
sekuntum bunga, menyampaikan sebuah cerita, dsb. emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.
3. Hipotalamus
• Berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf otonom yang
melakukan fungsi vegetatif, seperti pengaruh frekuensi jantung, tekanan darah,
suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, rasa haus, saluran pencernaan, dan
aktivitas seksual.
• Berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri,
kegembiraan, dan kemarahan.
• Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi
hormon kelenjar hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.
Pendekatan Evolusi

• Menekankan Peran Insting Dalam Motivasi.


• Sebuah Insting ( Instinct ) Adalah Pola Perilaku Bawaan (Tidak Dipelajari) Yang Dianggap Bersifat
Universal
• Motivasi Memberikan Perilaku, Dan Perasaan Kita Sebuah Tujuan.
• Perilaku Yang Termotivasi Memiliki Energy, Diarahkan Dan Dipertahankan
• Motivasi Memiliki Dasar Pada Insting Untuk Mendapatkan Sesuatu, Keingintahuan, Keinginan Untuk
Berkelahi, Insting Untuk Bersosialisasi, Dan Menonjolkan Diri Sendiri.
• Menekankan Pada Proses Meneruskan Gen-gen Seseorang, Maka Teori-teori Ini Memusatkan Perhatian
Pada Bidang Kehidupan Yang Sangat Terkait Dengan Reproduksi.
Teori Pengurangan dorongan

• Cara lain untuk melihat motivasi adalah malalui konstruk dorongan dan kebutuhan.
• Sebuah dorongan (drive) adalah keadaan tergugah yang terjadi karena adanya kebutuhan fisiologis.
• Sebuah kebutuhan (need) adalah keadaan kekurangan sesuatu yang memberi energy untuk menghilangkan
atau mengurangi keadaan kekurangan.
Teori pengurangan dorongan menjelaskan bahwa, seiring dengan semakin kuatnya dorongan, maka kita
termotivasi untuk mengurangi dorongan itu.
Tujuan pengurangan dorongan adalah homeostasis yaitu kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keadaan
seimbang atau tenang. Terdapat ratusan keadaan biologis dalam tubuh yang harus dipertahankan dalam rentang
tertentu contohnya, suhu tubuh, kadar gula, tingkat potassium dan natrium, pengoksigenan dll.
DRIVE REDUCTION THEORY
Fase metabolisme energi

-- Fase sefalik; fase persiapan, sering dimulai dengan melihat, mencium bau,
atau bahkan hanya memikirkan tentang makanan, dan berakhir ketika
makanan mulai diserap ke dalam aliran darah.
--Fase absorptif; periode yang energinya diserap ke dalam aliran darah dari
makanan memenuhi kebutuhan tubuh.
--Fase puasa;periode yang semua energinya yang tidak tersimpan dari
makanan sebelumnya telah digunakan dan tubuh menarik energi dari
cadangannya untuk memenuhi kebutuhan energi, berakhir dengan mulainya
fase sefalik berikutnya.
1. Set-Point Assumption
2. Teori Set Point Glukostatika dan Lipostatik
tentang Rasa Lapar dan makan
Set-Point Assumption

Kebanyakan orang mengatribusikan hunger (rasa lapar, motivasi untuk makan)


pada adanya deficit energy dan melihat makan sebagai cara sumber energy tubuh
dikembalikan ketingkat optimalnya yang artinya ke ENERGY SET POINT.
Setelah makan sumber energy, seseorang diasumsikan mendekati set point nya
dan menurun setelah tubuh menggunakan energy
untuk memberikan bahan bakar pada proses-proses fisiologisnya.
Ketika tingkat sumber energy tumbuh turun cukup jauh dibawah set point, maka seseorang
menjadi termotivasi oleh rasa lapar untuk makan besar lagi.
Menurut set point assumption, makan besar itu berjalan terus sampai tingkat energy
kembali ke set point nya dan merasa kenyang atau tidak lapar lagi
TEORI SET POINT GLUKOSTATIKA DAN LIPOSTATIK
TENTANG RASA LAPAR DAN MAKAN

• Teori glukostatika adalah ide menjadi lapar ketika kadar glukosa darah turun secara signifikan ke
bawah set pointnya dan merasa kenyang ketika makan itu mengembangkan kadar glukosa darah ke
set pont nya.
• Teori lipostatik adalah teori set point untuk lemak tubuh, dan deviasi dari set point ini menghasilkan
penyesuaian kompensatorik pada tingkat makan yang mengembalikan kadar lemak tubuh pada set
pointnya.
• Teori glukostatik dan lipostatik dianggap saling melengkapi, bukan saling eksklusif satu sama lain.
• Teori glukostatik dianggap menjelaskan tentang inisiasi dan penghentian makanan, sementara teori
lipostatik dianggap menjelaskan tentang pengaturan jangka panjang
Pengaturan Berat Badan: Set Points
versus Settling Points
Asumsi-asumsi Set point tentang Berat Badan dan Makan:
Varibilitas Berat Badan
Teori-teori pengaturan tentang berat badan menunjukan bahwa metode terbaik
untuk memepertahkan berat badan yang kostan adalah dengan makan tiap
kali ada motivasi untuk makan,karena, menurut teori ini, fungsi utama rasa
lapar adalah untuk mempertahankan set-point.
Set point dan Kesehatan
Dua macam bukti menujukan bahwa tingkat tipikal ad libitum (bebas makan)
konsumsi ternyata tidak sehat.
Faktor-Faktor yang Menentukan Apa, Kapan, dan
Berapa Banyak Kita Makan.
-- Faktor-faktor yang menentukan apa yang kita makan
Sebagai contoh, kebanyakan orang memiliki kegemasan terhadap rasa
manis, berlemak, dan asin. Pola tipikal spesies preferensi rasa pada manusia
ini bersifat adaptif karena dalam rasa manis dan berlemak biasanya
merupakan ciri makanan-makanan tinggi energy yang kaya vitamin dan
mineral, dan rasa asin merupakan ciri makanan-makanan kaya sodium.
Sebaliknya, rasa pahit yang tidak disukai kebanyakan orang, sering kali
berhubungan dengan toksin. Tampak jelas dari preferensi dan aversi rasa
tipikal spesies masing-masing orang memiliki kemampuan untuk mempelajari
preferensi aversi rasa tertentu.
Pengaturan Berat Badan Melalui Perubahan Efisiensi Pengunaan
Energi
Pada banyak teori set-point tersirat sebuah premis bahwa berat badan sebagian besar merupakan
fungsi dari seberapa banyak orang makan.
Set-Point dan Setting Point dalam pengontrolan Berat Badan
1. Berat badan tetap relatif konstan pada banyak individu.
2. Banyak individu dewasa yang mengalami perubahan berat badan jangka panjang.
3. Bila asupan makanan seorang subjek dikurangi, perubahan metabolik yang membatasi berkurangnya
berat karena makan banyak.
4. Setelah seorang kehilangan berat badan dalam jumlah yang besar (misalnya dengan berdiet, olahraga
atau pembuangan lemak melalui operasi), ada kecenderungan bagi berat badan orisinalnya untuk
dicapai kembali begitu subjek kembali ke pola makan dan gaya hidup terkait energi sebelumnya.
▶ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapan Kita Makan,
Kunci untuk memahami rasa lapar adalah memahami bahwa menyantap
makanan besar menimbulkan stress pada tubuh. Sebelum waktu makan,
cadangan energy tubuh berada dalam keadaan seimbang homeostatic yang
cukup baik, lalu ketika makan besar dikonsumsi, terjadi influksi bahan bakar yang
mengganggu homeostasis kedalam aliran darah. Perasaan lapar yang kuat dan
tidak menyenangkan menjelang waktu makan bukanlah derita tubuh meminta
makan, melainkan prerasaan yaitu sensasi persiapan tubuh untuk makanan yang
diperkiraka nmenggangu homeostasis.
Faktor-faktor yang memengaruhi seberapa banyak kita makan
--Sinyal Kenyang
--Sham Eating (makan pura-pura)
--Appertizer effect dan rasa kenyang (efek makanan penggugah selera makan)
--Besarnya porsi makanan dan rasa kenyang
--Pengaruh social dan rasa kenyang
--Rasa kenyang spesifik sensorik
Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai


akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan.

Beberapa cara penanganan pada obesitas:


1. Leptin dan pengaturan lemak tubuh
2. Obat-Obatan Serotogenik dan Penanganan
Obesitas
Anoreksia Nervosa
Karakteristik diagnostik

A. Menolak utk mempertahankan BB pd/di ats berat minimal yg normal ssuai


usia & tinggi ssorg, ex: BB 15% di bawah normal
B. Ketakutan yg kuat trhdp penambahan BB/menjadi gemuk, meskipun tbh’a
kurus
C. Citra tbh yg terdistorsi dmn tbh ssorg/bagian tbh ssorg dipandang gemuk,
wlupun rg lain mmndag org tsb kurus
D. Dlm kasus wanita yg tlh mengalami menstruasi, terjadi ketidakhadiran
3/lbh periode menstruasi
Treatment: Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi perilaku
kognitif , terapi psikososial
Bulimia Nervosa
Karakteristik diagnostik
A. Episode berulang dri makan berlebihan seperti:
1. Memakan makanan dlm jmlh yg sgt luar biasa slma periode 2 jam
2. Merasa kehilangan kontrol trhdp pemasukan mknn pada saat episode tsb
B. Perilaku tdk sesuai yg srg terjadi utk menjaga agar BB tdk bertambah, ex: rasa ingin
muntah, penggunaan obt pencahar, diuretik/enema, dgn berpuasa atau latihan
berlebihan
C. Rata2 minimal dlm 1 mnggu terjadi 2 episode makan berlebihan & p.l kompensasi
yg
tdk ssuai utk menghindari bertambahnya BB, & terjadi minimal 3 bln
D. Perhatian berlebihan yg trs menerus pd bentuk/BB

Treatment: CBT, terapi psikososial


T kY F A

Anda mungkin juga menyukai