D A R I M O T I VA S I
RASA LAPAR, MAKAN DAN KESEHATAN
“Motivasi Merupakan Suatu Kondisi Yang Terbentuk Dari Berbagai Tenaga Pendorong
Yang Berupa Desakan, Motif, Kebutuhan Dan Keinginan.” Motivasi Merupakan Proses
Psikologis Yang Mencerminkan Interaksi Antara Jiwa, Sikap, Kebutuhan, Persepsi Dan
Keputusan Dalam Diri Seseorang
(Nana Syaodih Sukmadinata )
mempengaruhi Motivasi: menimbulkan berbagai sensasi yang diutarakan sebagai rasa senang,
kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan,
1. KORTEKS SEREBRI
keketakutan, atau kecemasan di bagian lain.
2. SITEM LIMBIK • HIPOTALAMUS sendiri bertanggung jawab terhadap berbagai respons
• Cara lain untuk melihat motivasi adalah malalui konstruk dorongan dan kebutuhan.
• Sebuah dorongan (drive) adalah keadaan tergugah yang terjadi karena adanya kebutuhan fisiologis.
• Sebuah kebutuhan (need) adalah keadaan kekurangan sesuatu yang memberi energy untuk menghilangkan
atau mengurangi keadaan kekurangan.
Teori pengurangan dorongan menjelaskan bahwa, seiring dengan semakin kuatnya dorongan, maka kita
termotivasi untuk mengurangi dorongan itu.
Tujuan pengurangan dorongan adalah homeostasis yaitu kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keadaan
seimbang atau tenang. Terdapat ratusan keadaan biologis dalam tubuh yang harus dipertahankan dalam rentang
tertentu contohnya, suhu tubuh, kadar gula, tingkat potassium dan natrium, pengoksigenan dll.
DRIVE REDUCTION THEORY
Fase metabolisme energi
-- Fase sefalik; fase persiapan, sering dimulai dengan melihat, mencium bau,
atau bahkan hanya memikirkan tentang makanan, dan berakhir ketika
makanan mulai diserap ke dalam aliran darah.
--Fase absorptif; periode yang energinya diserap ke dalam aliran darah dari
makanan memenuhi kebutuhan tubuh.
--Fase puasa;periode yang semua energinya yang tidak tersimpan dari
makanan sebelumnya telah digunakan dan tubuh menarik energi dari
cadangannya untuk memenuhi kebutuhan energi, berakhir dengan mulainya
fase sefalik berikutnya.
1. Set-Point Assumption
2. Teori Set Point Glukostatika dan Lipostatik
tentang Rasa Lapar dan makan
Set-Point Assumption
• Teori glukostatika adalah ide menjadi lapar ketika kadar glukosa darah turun secara signifikan ke
bawah set pointnya dan merasa kenyang ketika makan itu mengembangkan kadar glukosa darah ke
set pont nya.
• Teori lipostatik adalah teori set point untuk lemak tubuh, dan deviasi dari set point ini menghasilkan
penyesuaian kompensatorik pada tingkat makan yang mengembalikan kadar lemak tubuh pada set
pointnya.
• Teori glukostatik dan lipostatik dianggap saling melengkapi, bukan saling eksklusif satu sama lain.
• Teori glukostatik dianggap menjelaskan tentang inisiasi dan penghentian makanan, sementara teori
lipostatik dianggap menjelaskan tentang pengaturan jangka panjang
Pengaturan Berat Badan: Set Points
versus Settling Points
Asumsi-asumsi Set point tentang Berat Badan dan Makan:
Varibilitas Berat Badan
Teori-teori pengaturan tentang berat badan menunjukan bahwa metode terbaik
untuk memepertahkan berat badan yang kostan adalah dengan makan tiap
kali ada motivasi untuk makan,karena, menurut teori ini, fungsi utama rasa
lapar adalah untuk mempertahankan set-point.
Set point dan Kesehatan
Dua macam bukti menujukan bahwa tingkat tipikal ad libitum (bebas makan)
konsumsi ternyata tidak sehat.
Faktor-Faktor yang Menentukan Apa, Kapan, dan
Berapa Banyak Kita Makan.
-- Faktor-faktor yang menentukan apa yang kita makan
Sebagai contoh, kebanyakan orang memiliki kegemasan terhadap rasa
manis, berlemak, dan asin. Pola tipikal spesies preferensi rasa pada manusia
ini bersifat adaptif karena dalam rasa manis dan berlemak biasanya
merupakan ciri makanan-makanan tinggi energy yang kaya vitamin dan
mineral, dan rasa asin merupakan ciri makanan-makanan kaya sodium.
Sebaliknya, rasa pahit yang tidak disukai kebanyakan orang, sering kali
berhubungan dengan toksin. Tampak jelas dari preferensi dan aversi rasa
tipikal spesies masing-masing orang memiliki kemampuan untuk mempelajari
preferensi aversi rasa tertentu.
Pengaturan Berat Badan Melalui Perubahan Efisiensi Pengunaan
Energi
Pada banyak teori set-point tersirat sebuah premis bahwa berat badan sebagian besar merupakan
fungsi dari seberapa banyak orang makan.
Set-Point dan Setting Point dalam pengontrolan Berat Badan
1. Berat badan tetap relatif konstan pada banyak individu.
2. Banyak individu dewasa yang mengalami perubahan berat badan jangka panjang.
3. Bila asupan makanan seorang subjek dikurangi, perubahan metabolik yang membatasi berkurangnya
berat karena makan banyak.
4. Setelah seorang kehilangan berat badan dalam jumlah yang besar (misalnya dengan berdiet, olahraga
atau pembuangan lemak melalui operasi), ada kecenderungan bagi berat badan orisinalnya untuk
dicapai kembali begitu subjek kembali ke pola makan dan gaya hidup terkait energi sebelumnya.
▶ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapan Kita Makan,
Kunci untuk memahami rasa lapar adalah memahami bahwa menyantap
makanan besar menimbulkan stress pada tubuh. Sebelum waktu makan,
cadangan energy tubuh berada dalam keadaan seimbang homeostatic yang
cukup baik, lalu ketika makan besar dikonsumsi, terjadi influksi bahan bakar yang
mengganggu homeostasis kedalam aliran darah. Perasaan lapar yang kuat dan
tidak menyenangkan menjelang waktu makan bukanlah derita tubuh meminta
makan, melainkan prerasaan yaitu sensasi persiapan tubuh untuk makanan yang
diperkiraka nmenggangu homeostasis.
Faktor-faktor yang memengaruhi seberapa banyak kita makan
--Sinyal Kenyang
--Sham Eating (makan pura-pura)
--Appertizer effect dan rasa kenyang (efek makanan penggugah selera makan)
--Besarnya porsi makanan dan rasa kenyang
--Pengaruh social dan rasa kenyang
--Rasa kenyang spesifik sensorik
Obesitas