Anda di halaman 1dari 106

II.

Usaha dan Perusahaan Perasuransian

A. Usaha Perasuransian
1. Jenis Usaha Asuransi
Istilah perasuransian melingkupi kegiatan
usaha yang bergerak di bidang usaha
asuransi dan usaha penunjang usaha
asuransi, yang diatur dalam Pasal 2 huruf
(a) dan huruf (b) UU No.2 Tahun 1992.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian
usaha asuransi dikelompokkan menjadi 3 jenis :
a. Usaha asuransi kerugian
b. Usaha asuransi jiwa
c. Usaha reasuransi
sedang untuk usaha penunjang usaha asuransi
menjadi 5 jenis :
a. Usaha pialang asuransi
b. Usaha pialang reasuransi
c. Usaha penilai kerugian asuransi
d. Usaha konsultan aktuaria
e. Usaha agen asuransi
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
2. Bentuk hukum usaha perasuransian
Menurut Pasal 7 (1) UU No. 2/1992, usaha perasuransian
hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk:
a. Perusahaan perseroan (persero)
b. Koperasi
c. PT
d. Usaha bersama (mutual)

B. Perusahaan Perasuransian
Mengenai kepemilikan perusahaan perasuransian ditentukan
menurut Pasal 8 (1) UU No.2/1992, dengan jumlah modal
yang ditentukan dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No.73
Tahun 1992

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


C. Penyelenggaraan Usaha Perasuransian
1. Program Asuransi Kerugian/Jiwa
Dalam setiap pemasaran Program Asuransi Harus
diungkapkan informasi yang relevan, tidak
bertentangan dengan persyaratan yang
dicantumkan dalam polis, dan tidak menyesatkan
(Ps.17 PP No.73/1992). Perusahaan asuransi
harus lebih dulu melaporkan kepada MenKeu
setiap program yang akan dipasarkan (Ps.18) dan
harus memenuhi ketentuan Pasal 19 dan Pasal 20.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


2. Program Asuransi Sosial
hanya dapat diselenggarakan oleh BUMN (Ps.32 PP
No.73/1992). Terhadap perusahaan yang
menyelenggarakan Program Asuransi Sosial tersebut berlaku
ketentuan mengenai pembinaan dan pengawasan dalam
UU ini (Ps.14)
D. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan
perasuransian dilakukan oleh Menteri Keuangan. Setiap
perusahaan perasuransian wajib memelihara kesehatan
keuangan serta melakukan usaha sesuai dengan prinsip-
prinsip asuransi yang sehat. Pembinaan dan pengawasan
tersebut ditentukan dalam Pasal 11 (1) UU No.2/1992
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
E. Sanksi Administratif dan Pidana

1. Pengenaan Sanksi Administratif


Setiap perusahaan perasuransian yang tidak
memenuhi
ketentuan dalam PP No.73/1992 serta peraturan
pelaksanaannya yang berkenaan dengan:
a. perizinan usaha
b. kesehatan keuangan
c. penyelenggaraan usaha
d. penyampaian laporan
e. pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi
atau tentang pemeriksaan langsung;

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Dapat dikenakan sanksi peringatan, pembatasan
kegiatan usaha dan pencabutan izin usaha (Pasal
37).

2. Pengenaan Sanksi Pidana


dikenakan pada kejahatan perasuransian yang
diatur dalam Pasal 21 UU No.2/1992.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


III. Perjanjian Asuransi
A. Pengertian dan Bentuk Perjanjian
Perasuransian
merupakan perjanjian timbal balik, hubungan antara
evenemen dengan kerugian harus merupakan sebab akibat.
Terjadi evenemen, timbullah kewajiban bagi Penanggung
untuk mengganti kerugian Tertanggung.
B. Syarat-Syarat Asuransi
1. Kesepakatan (Consensus)
Tertanggung dan penanggung sepakat
mengadakan perjanjian asuransi, yang meliputi:
a. benda yang menjadi obyek asuransi;
b. pengalihan risiko dan pembayaran premi
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
c. evenemen dan ganti kerugian;
d. syarat-syarat khusus asuransi;
e. dibuat secara tertulis yang disebut polis

2. Kewenangan (Authority)
Kewenangan tersebut ada yang bersifat subyektif
ataupun obyektif.
Kewenangan subyektif artinya pihak sudah
dewasa, sehat ingatan, tidak berada di bawah
perwalian (trusteeship), atau pemegang kuasa
yang sah.
Kewenangan obyektif artinya tertanggung
mempunyai hubungan yang sah dengan benda
obyek asuransi karena benda tersebut adalah
kekayaan miliknya sendiri.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
3. Obyek Tertentu (Fixed Object)
adalah obyek yang diasuransikan, dapat berupa
harta kekayaan dan kepentingan yang melekat
pada harta kekayaan, dapat pula berupa jiwa atau
raga manusia.
Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa ia
adalah benar sebagai pemilik atau mempunyai
kepentingan atas obyek asuransi. Apabila
tertanggung tidak dapat membuktikannya, maka
akan timbul anggapan bahwa tertanggung tidak
mempunyai kepentingan apa-apa, yang
mengakibatkan asuransi batal (null and void).

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


4. Kausa yang halal (legal cause)
maksudnya adalah isi dari perjanjian
tersebut tidak dilarang undang-undang,
tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, dan tidak bertentangan dengan
kesusilaan. Pasal 599 (KUHD)

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


5. Pemberitahuan (Notification)
a. Teori objektivitas (objectivity theory) menurut
teori ini, setiap asuransi harus mempunyai
obyek tertentu. Obyek tertentu artinya jenis,
identitas, dan sifat yang dimiliki obyek tertentu
tersebut harus jelas dan pasti, yang wajib
diberitahukan oleh tertanggung kepada
penanggung, tidak boleh ada yang
disembunyikan.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


b. Pengaturan pemberitahuan dalam KUHD
Tertanggung wajib memberitahukan kepada
penanggung mengenai keadaan obyek
asuransi. Menurut Pasal 251 KUHD, semua
pemberitahuan yang salah, atau tidak
benar, atau penyembunyian keadaan yang
diketahui oleh tertanggung tentang obyek
asuransi, mengakibatkan asuransi itu batal.
Kewajiban pemberitahuan itu berlaku juga apabila
setelah diadakan asuransi terjadi pemberatan
risiko atas obyek asuransi.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Apabila tertanggung keliru
memberitahukan, tanpa kesengajaan, juga
mengakibatkan batalnya asuransi, kecuali
jika tertanggung dan penanggung telah
memperjanjikan lain. Biasanya perjanjian
seperti ini dinyatakan dengan tegas dalam
polis dengan klausula “sudah diketahui”.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


C. Terjadinya Perjanjian Asuransi
a. Teori tawar menawar (bargaining theory)
setiap perjanjian hanya akan terjadi antara
kedua pihak apabila penawaran dari pihak yang
satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance)
oleh pihak lainnya dan sebaliknya.
Keunggulan teori ini adalah kepastian hukum yang
diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai
oleh kedua pihak. Kelemahannya adalah
penanggung posisinya lebih kuat dari tertanggung
karena penanggung lebih pengalaman mengenai
risiko dan kerugian akibat evenemen yang mungkin
terjadi.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
b. Teori penerimaan (acceptance theory)
perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak
pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh
tertanggung.
Keunggulan teori ini adalah saat terjadi dan mengikatnya
perjanjian antara kedua pihak dapat ditentukan secara pasti,
sehingga saat mulai dipenuhinya kewajiban dan akibat
hukumnya juga dapat dipastikan.
Kelemahannya adalah pihak penerima/tertanggung
menerima segala konsekuensi yuridis yang tertera
dalamkesepakatan walaupun dia sendiri tidak memahami
isinya pada saat dia menyatakan menerima atau
menandatangani nota kesepakatan.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


E. Pihak – pihak dalam Perjanjian Asuransi

• Penanggung adalah mereka yang dengan mendapat


premi, berjanji akan mengganti kerugian atau
membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika
terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga
sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi
tertanggung;
• Tertanggung adalah orang atau badan hukum
sebagai pihak yang berhak dan berkewajiban dalam
perjanjian asuransi dengan membayar premi.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


F. Hak & Kewajiban Para Pihak Dalam
Perjanjian Asuransi
Penanggung :
Hak –hak penanggung adalah :
a. menerima premi;
b. menerima pemberitahuan dari
tertanggung;
c. hak-hak lain sebagai imbalan dari
kewajiban tertanggung

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Kewajiban penanggung adalah :
a. memberikan polis kepada tertanggung;
b. mengganti kerugian dalam asuransi
kerugian dan memberi sejumlah uang
dalam asuransi sejumlah uang

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


• Tertanggung :
Hak-hak tertanggung adalah :
a. menerima polis;
b. mendapat ganti kerugian bila terjadi
peristiwa tidak tentu;
c. hak-hak lainnya sebagai imbalan dari
kewajiban penanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Kewajiban tertanggung adalah :
a. membayar premi;
b. memberitahukan keadaan-keadaan
sebenarnya mengenai barang yang
dipertanggungkan;
c. mencegah agar kerugian dapat dibatasi;
d. kewajiban khusus yang mungkin
disebutkan dalam polis.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


G. Perantara Dalam Bidang Pertanggungan

• Agen pertanggungan
1. Agen pertanggungan bentuk pertama, yaitu
bertindak bagi kepentingan perusahaan
pertanggungan dengan mencari langganan
bagi perusahaannya, tetapi dapat juga
bertindak untuk kepentingan calon
tertanggung dan menerima amanatnya.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


2. Agen pertanggungan bentuk kedua, yaitu
agen yang dibayar oleh perusahaan
pertanggungan, seperti “pekerja keliling”;
3. Agen pertanggungan bentuk ketiga, yaitu
agen yang berdiri sendiri dan mempunyai
hubungan tetap dengan beberapa
perusahaan pertanggungan berdasarkan
perjanjian keagenan : bedangan dengan
agen pertanggungan bentuk kedua adalah
adanya surat kuasa.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
• Pemeriksa (inspektur)
pemeriksa merupakan petugas yang dibayar
oleh perusahaan pertanggungan yang
bertugas memimpin organisasi agen, dapat
bertindak sendiri sebagai agen bayaran
(bentuk kedua), bertugas untuk meneliti data-
data yang diajukan oleh calon tertanggung
dan juga memeriksa benda pertanggungan
dari tertanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


• Makelar pertanggungan
pejabat ini merupakan kuasa langsung dari
tertanggung atau penutup pertanggungan
terutama di bursa.
• Assurantiebezorger
pejabat ini merupakan perantara
pertanggungan yang bersedia untuk
mengusahakan suatu pertanggungan yang
baik bagi pemberi amanat.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Kedudukan ini serupa dengan makelar
pertanggungan, dan bertindak sebagai
pemegang kuasa calon tertanggung dan
terutama bertindak di Bursa Amsterdam.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


H. Asas-asas dalam Perjanjian Asuransi

Asas-asas yang berkaitan dengan perjanjian


asuransi adalah :
- Asas indemnitas;
- Asas kepentingan yang dapat diasuransikan;
- Asas kejujuran yang sempurna (itikad baik);
- Asas subrogasi pada penanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Indemnitas (ganti rugi)
Adalah perjanjian yang bertujuan memberikan
ganti rugi terhadap kerugian yang diderita oleh
tertanggung, yang disebabkan oleh bahaya
sebagaimana ditentukan di dalam polis.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 253(1) KUHD:
“Suatu pertanggungan yang melebihi jumlah
harga atau kepentingan yang sesungguhnya,
hanyalah sah sampai jumlah tersebut.”

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Insurable interest (kepentingan / pokok
pertanggungan)

Adalah hak subyektif yang mungkin akan lenyap


atau berkurang karena adanya peristiwa yang
tidak tertentu. Jadi pihak yang akan
mengasuransikan sesuatu barang harus
mempunyai kepentingan dengan barang yang
akan diasuransikan. Agar kepentingan itu dapat
diasuransikan, maka kepentingan itu harus
dapat dinilai dengan uang.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Utmost goodfaith (itikad baik)
Dalam perjanjian, tertanggung diwajibkan untuk
memberitahukan segala sesuatu yang
diketahuinya, mengenai obyek atau barang
yang akan dipertanggungkan secara benar,
sebagaimana diatur dalam Pasal 251 KUHD:
“setiap keterangan yang keliru atau tidak benar,
ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal
yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun
itikad baik ada padanya, yang demikian
sifatnya,
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
Sehingga seandainya si penanggung telah
mengetahui keadaan yang sebenarnya,
perjanjian itu tidak akan ditutup dengan syarat-
syarat yang sama, mengakibatkan batalnya
pertanggungan.”

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Subrogasi dalam Asuransi
Penanggung hanya mengganti rugi kepada tertanggung
sebesar kerugian yang dideritanya saja. Tercermin
dalam Pasal 284 KUHD:
“seorang penanggung yang telah membayar kerugian
sesuatu barang yang akan dipertanggungkan,
menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang
diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung
dengan penerbitan kerugian tersebut, dan si
tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk
setiap perbuatan yang dapat merugikan pihak si
penanggung terhadap orang-orang pihak ketiga itu.”

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


I. Polis Bukti Asuransi
1. Fungsi Polis
sebagai alat bukti tertulis yang
menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian
asuransi antara tertanggung dan
penanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


2. Isi Polis
a. Syarat khusus dan janji khusus
b. Hari dan tanggal pembuatan asuransi
c. Nama tertanggung untuk diri sendiri
atau pihak ketiga
d. Uraian mengenai obyek asuransi
e. Jumlah yang diasuransikan
f. Bahaya (evenemen) yang ditanggung
g. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir
h. Premi asuransi
i. Semua keadaan dan syarat-syarat khusus

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


3. Jenis Polis
Berdasarkan syarat yang ditetapkan dalam
polis, ada 3 jenis polis yang terkenal :
a. Polis maskapai
b. Polis bursa
c. Polis Lloyds
Selain itu ada penggolongan polis menurut
sifat berlaku asuransinya :
a. Polis perjalanan
b. Polis waktu
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
4. Klausula Polis
a. Klausula premier risque
b. klausula all risks
c. Klausula sudah diketahui (all seen)
d. Klausula renunsiasi (renunciation)
e. Klausula free from particular average
(FPA)

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


5. Pembuatan dan Penyerahan Polis
Menurut Pasal 259 KUHD, apabila asuransi

diadakan langsung antara tertanggung dan


penanggung maka polis harus
ditandatangani dan diserahkan oleh
penanggung dalam tempo 24 jam setelah
permintaan, kecuali apabila karena
ketentuan UU ditentukan tenggang waktu
yang lebih lama.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, penanggung sebagai pembuat
polis untuk asuransi tertentu
mencantumkan suatu peringatan pada
polisnya, yang berbunyi “untuk
menghindarkan kemungkinan terjadi salah
pengertian, diminta supaya tertanggung
membaca syarat-syarat polis ini dengan
sebaik-baiknya.”
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
6. Asuransi untuk Kepentingan Pihak Ketiga
Menurut Pasal 265 KUHD harus ditegaskan
dalam polis apakah terjadi berdasarkan
pemberian kuasa atau tanpa pengetahuan
pihak ketiga yang berkepentingan. Apabila
hal tersebut tidak terjadi berdasarkan Pasal
266 KUHD, asuransi adalah batal, apabila
benda yang sama diasuransikan oleh yang
berkepentingan atau oleh pihak ketiga atas
perintahnya, sebelum diketahuinya asuransi yang
diadakan tanpa pengetahuannya itu.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


• Polis merupakan alat bukti bukan unsur mutlak.
Tetapi ada jenis perjanjian pertanggungan yang
mengharuskan adanya polis, sehingga tanpa polis
perjanjian pertanggungan batal.
• Polis harus ditulis atas nama (Pasal 304 & 256
KUHD).
Nama penutup pertanggungan harus ditulis dalam
polis dikarenakan sebagai tertanggung (pemegang
polis).
Merupakan surat berharga, tidak bisa
diperdagangkan, tetapi bisa dijaminkan karena polis
ini dianggap mirip dengan deposito.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
• Adapun hal yang terlarang untuk dimuat
dalam Polis Asuransi adalah:
- Pencantuman suatu ketentuan yang dapat
ditafsirkan bahwa tertanggung tidak dapat
melakukan upaya hukum sehingga
tertanggung harus menerima penolakan
pembayaran klaim;
- Ketentuan yang ditafsirkan sebagai
pembatasan upaya hukum bagi para pihak
dalam upaya penyelesaian perselisihan;
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
- Pembatasan pemilihan wilayah hukum
Pengadilan hanya pada Pengadilan yang
wilayah hukumnya mencakup domisili
penanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


J. Kewajiban Pemberitahuan
1. Syarat Sah Asuransi Menurut KUHD
2. Kelemahan Pasal 251 KUHD
3. Penyampingan Pasal 251 KUHD
4. Pemberitahuan Upaya Pencegahan
Kerugian
5. Pemberitahuan dalam Asuransi Laut

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


K. Eksonerasi Penanggung
1. Eksonerasi dalam KUHD
artinya pembatasan tanggung jawab, dalam hal ini
pembatasan tanggung jawab penanggung. Hal ini dapat
diketahui dari ketentuan Pasal 249, Pasal 276, dan Pasal 293
KUHD.

Pasal 249 KUHD mengenai pembatasan tanggung jawab atas


benda asuransi. Pasal 276 KUHD mengenai pembatasan
tanggung jawab atas kesalahan Tertanggung. Pasal 293
KUHD mengenai Pembatasan tanggung jawab atas
pemberatan risiko. Terhadap 2 hal itu penanggung tidak
bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Menurut ketentuan Pasal 249 KUHD, ada 3 jenis
pembatasan tanggung jawab penanggung
terhadap benda asuransi, yaitu:
a. Cacat sendiri (selfdetect)
Cacat yang tidak dapat disangkal melekat pada
benda yang seharusnya tidak boleh ada.
b. Kebusukan sendiri (selfrot)
Kebusukan yang bersumber pada cacat sendiri.
c. Sifat kodrat (natural character)
Sifat kodrat yang langsung menimbulkan kerugian,
yang datangnya dari dalam benda itu sendiri
bukan dari luar benda.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
2. Kesalahan Tertanggung sendiri
kesalahan karena tertanggung kurang hati-hati,
kurang teliti, jadi bukan karena kesengajaan.

3. Pemberatan Risiko
Keadaan yang memberatkan risiko ini baru timbul
setelah asuransi berjalan. Jika tertanggung tidak
memberitahukan hal itu kepada penanggung, maka
asuransi batal, atau jika menimbulkan kerugian,
penanggung tidak berkewajiban membayar klaim
ganti kerugian.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Menurut ketentuan Pasal 293 KUHD, agar
penanggung bebas dari kewajiban memikul risiko
perlu dipenuhi 3 syarat :
a. Perubahan tujuan penggunaan setelah asuransi
berjalan;
a.Perubahan tujuan penggunaan itu
mengakibatkan ancaman bahaya kebakaran
diperbesar;
b.Penanggung tidak akan mengadakan asuransi
dengan syarat itu seandainya dia mengetahui
sebelum pengadaan asuransi.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


IV. Obyek Asuransi
A. Benda Asuransi
adalah benda yang menjadi obyek perjanjian
asuransi (object of insurance), yang adalah harta
kekayaan yang mempunyai nilai ekonomi, yang
dapat dihargai dengan sejumlah uang.
Benda asuransi erat hubungannya dengan
kepentingan. Karena kepentingan itu melekat pada
benda asuransi, maka kepentingan juga adalah
harta kekayaan.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Sebagai harta kekayaan, kepentingan memiliki
unsur-unsur bersifat ekonomi. Menurut Pasal
268 KUHD, asuransi dapat mengenai segala
macam kepentingan yang dapat dinilai
dengan uang, diancam oleh bahaya, dan
tidak dikecualikan oleh undang-undang.

Dalam setiap asuransi, kepentingan itu harus


ada. Jika tidak ada kepentingan atas benda yang
diasuransikan, penanggung tidak diwajibkan
membayar klaim ganti kerugian (Pasal 250
KUHD)

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


B. Arti Kepentingan
Hak atau kewajiban Tertanggung yang
dipertanggungkan, contoh:
a. hak tertanggung terhadap rumah yang
dipertanggungkan
b. kewajiban penutup/pengambil asuransi terhadap
orang yang jiwanya diasuransikan
c. kewajiban tertanggung untuk mengganti kerugian
kepada pihak ketiga, yang mendapat kerugian
karena gerakan kendaraan bermotor milik
tertanggung

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


C. Syarat Kepentingan
1. harus dapat dinilai dengan uang
2. harus dapat diancam oleh bahaya
3. kepentingan itu tidak harus dikecualikan
oleh UU (Pasal 599 KUHD)

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


D. Saat Kepentingan Harus Ada
Ketentuan Pasal 250 KUHD selayaknya
ditujukan kepada tertanggung sebagai suatu isyarat
bahwa pada waktu mengadakan asuransi,
tertanggung perlu menyatakan dengan tegas dan
jelas apa kepentingannya mengadakan asuransi
itu. Dengan adanya kepentingan, sejumlah premi
dapat dibayar, sehingga asuransi berjalan. Jika
terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian,
tertanggung yang berkepentingan berhak
mengklaim pembayaran ganti kerugian oleh
penanggung.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
E.Jumlah Yang Diasuransikan
adalah jumlah yang dipakai sebagai ukuran
untuk menentukan jumlah maksimum ganti
kerugian.
Jumlah yang diasuransikan erat hubungannya
dengan nilai benda asuransi.
Dengan ditentukan jumlah yang diasuransikan,
dapat diketahui pakah asuransi itu di bawah
nilai benda asuransi (under insurance), atau sama
dengan nilai benda asuransi (full insurance), atau
melebihi nilai benda asuransi (over insurance).

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Menurut Pasal 253 (1) KUHD, asuransi yang
melebihi jumlah nilai benda atau
kepentingan yang sesungguhnya hanya sah
sampai jumlah nilai benda tersebut.
Apabila jumlah yang diasuransikan lebih
besar daripada nilai benda sesungguhnya,
penanggung hanya bertanggung jawab
membayar klaim ganti erugian sampai
jumlah nilai benda sesungguhnya dalam
hal timbul kerugian total (total loss).

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Menurut Pasal 253 (2) KUHD), apabila
suatu benda tidak diasuransikan dengan
nilai penuh, maka jika timbul kerugian,
penanggung hanya diwajibkan memenuhi
klaim ganti kerugian menurut
perbandingan antara bagian yang
diasuransikan dan bagian yang tidak
diasuransikan.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


F. Nilai Benda Asuransi
Apabila pada waktu mengadakan asuransi, nilai
benda asuransi belum dinyatakan dalam polis, maka
jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian,
tertanggung memberitahukan kepada penanggung
besar nilai benda asuransi itu dengan menggunakan
segala macam alat bukti (Pasal 273 KUHD). Alat-alat
bukti tersebut digunakan untuk meyakinkan
penanggung bahwa nilai benda asuransi itu
benar dan layak. Polis yang tidak mencantumkan
nilai benda asuransi disebut polis terbuka (open
policy)

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


G. Premi Asuransi
Dalam Pasal 246 KUHD : “ dengan mana
penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi “
Berdasarkan hal tersebut, premi adalah
unsur penting dalam asuransi karena
merupakan kewajiban utama yang harus
dipenuhi oleh tertanggung kepada
penanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Kriteria premi asuransi adalah
- dalam bentuk sejumlah uang;
- dibayar lebih dahulu oleh tertanggung;
- sebagai imbalan pengalihan risiko;
- dihitung berdasarkan presentase
terhadap nilai risiko yang dialihkan.
Penetapan tingkat premi asuransi harus
didasarkan pada perhitungan analisis risiko
yang sehat.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Rincian yang dapat dikalkulasikan dalam
jumlah premi adalah :
- jumlah presentase dari jumlah yang
diasuransikan;
- jumlah biaya-biaya yang
dikeluarkanoleh penanggung;
- kurtase untuk pialang jika asuransi
diadakan melalui pialang;
- keuntungan bagi penanggung dan
jumlah cadangan
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
V. Risiko, Evenemen, Ganti Kerugian
A. Risiko dan Evenemen
1. Risiko dalam asuransi
Kriteria atau ciri risiko dalam asuransi :
a. bahaya yang mengancam benda atau
obyek asuransi;
b. berasal dari faktor ekonomi, alam, atau
manusia;
c. diklasifikasikan menjadi risiko pribadi,
kekayaan, tanggung jawab;
d. hanya berpeluang menimbulkan kerugian.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
Robert Mehr (1986) mengemukakan 5 cara
mengatasi risiko :
a. menghindari risiko (risk avoidance), tidak
melakukan kegiatan yang memberi peluang
kerugian, misalnya menghindari
pembangunan gedung bertingkat di daerah
rawan gempa.
b. mengurangi risiko (risk reduction),
memperkecil peluang terjadi kerugian,
misalnya menyediakan
alat penyemprot antikebakaran
diperkantoran.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
c. menahan risiko (risk retention), tidak
melakukan apa-apa terhadap risiko
karena dapat menimbulkan kerugian.
d. membagi risiko (risk sharing),
membagi
risiko dengan pihak lain, misalnya
melalui reasuransi.
e. mengalihkan risiko (risk transfer),
memindahkan risiko kepada pihak lain,
yaitu perusahaan asuransi.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
Agar risiko dapat diasuransikan, maka perlu
dipenuhi kriteria :
a. dapat dinilai dengan uang;
b. harus risiko murni, artinya hanya berpeluang
menimbulkan kerugian;
c. kerugian timbul akibat bahaya/peristiwa yang
tidak pasti;
d. tertanggung harus memiliki insurable interest;
e. tidak dilarang UU dan tidak bertentangan
dengan ketertiban umum.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Berdasarkan klasifikasi obyek asuransi, risiko yang
dapat diasuransikan digolongkan menjadi 3
jenis, yaitu:
a. Risiko pribadi, yaitu risiko yang ancamannya
mengurangi atau menghilangkan kemampuan
diri seseorang untuk memperoleh penghasilan
atau keuntungan, misalnya bahaya
kecelakaan kerja, kecelakaan penumpang,
bahaya menderita penyakit berat atau
kematian.
Risiko pribadi ini dapat dialihkan kepada
perusahaan Asuransi Sosial atau Asuransi
Jiwa.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


b. Risiko harta, yaitu risiko yang ancamannya
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan
kekayaan seseorang, misalnya tabrakan,
pencurian kendaraan bermotor, rumah
terbakar.
c. Risiko tanggung gugat, yaitu risiko yang
ancamannya mengganti kerugian kepada
pihak ketiga akibat perbuatan pelaku
(tertanggung), misalnya tabrakan yang
merugikan pihak lain, pesawat terbang jatuh
merugikan rumah penduduk.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


2. Peristiwa Tak Tentu / Evenemen
• Pengertian : Bahaya/peristiwa yang
diperjanjikan menjadi kenyataan.
• Peristiwa tak tentu merupakan
peristiwa yang menurut pengalaman
manusia normalitor tidak dapat
diharapkan akan terjadi, disamping itu
peristiwa tersebut secara subyektif
sama sekali tidak dapat dipastikan
apakah akan terjadi atau tidak. Jadi
harus diperjanjikan dengan jelas di
dalam polis.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
• Sedang peristiwa tak tentu yang pasti akan
terjadi atau telah terjadi tidak dapat menjadi
unsur dalam perjanjian pertanggungan,
namun peristiwa tak tentu itu telah terjadi atau
secara subyektif dapat dipastikan peristiwa itu
pasti akan terjadi, masih dianggap sah bila
para pihak sama sekali tidak mengetahui
bahwa peristiwa itu telah terjadi atau pasti
akan terjadi (pasal 269, 270, 603 KUHD).

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


• Hubungan antara evenemen dengan kerugian
harus merupakan sebab akibat. Terjadinya
evenemen, timbullah kewajiban bagi
penanggung untuk mengganti kerugian
kepada tertanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


B. Ganti Kerugian Akibat Evenemen
1. Teori Kausalitas
antara peristiwa dan kerugian yang timbul harus
ada hubungan kausal, artinya dengan
terjadinya peristiwa itu, maka timbul pula kerugian.
Keunggulan teori ini adalah kepastian evenemen
yang menjadi penyebab langsung timbulnya
kerugian. Kelemahannya adalah tertanggung
mungkin terjebak oleh evenemen penyebab
kerugian sehingga tertanggung mengira ganti
kerugian dapat diklaim, tetapi ditolak oleh
penanggung.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
2. Kerugian yang diganti
kriteria atau ciri-ciri kerugian dalam
asuransi yang diganti oleh penanggung
adalah:
a. berasal dari peristiwa tidak pasti
b. peristiwa tidak pasti tersebut
ditanggung
oleh penanggung
c. ada hubungan kausal antara peristiwa
tidak pasti dan kerugian
d. berdasarkan asas keseimbangan
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
C. Asas Keseimbangan
1. Arti penting asas keseimbangan
dikarenakan risiko yang dialihkan kepada
penanggung diimbangi dengan jumlah
premi yang dibayar oleh tertanggung.
2. Asas keseimbangan Nemo Plus
Arti asas nemo plus adalah tidak menerima
melebihi apa yang menjadi hak dan tidak
memberi melebihi apa yang menjadi
kewajiban. Tanpa kepentingan tidak ada ganti
kerugian. Membayar ganti kerugian kepada
orang yang tidak berkepentingan dipandang
sebagai pelanggaran asas keseimbangan
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
3. Asas keseimbangan dalam KUHD
diatur dalam Pasal 250; Pasal 252; Pasal
253; Pasal 274; Pasal 277; Pasal 279;
Pasal 284.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


D. Indemnitas
suatu prinsip dalam perjanjian asuransi yang
bertujuan memberikan ganti rugi terhadap
kerugian yang diderita oleh tertanggung yang
disebabkan oleh bahaya sebagaimana
ditentukan dalam polis. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 253 (1) KUHD.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


E. Subrogasi dalam Asuransi
Penanggung hanya mengganti rugi kepada
tertanggung sebesar kerugian yang dideritanya
saja. Tercermin dalam Pasal 284 KUHD:
“seorang penanggung yang telah membayar
kerugian sesuatu barang yang akan
dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung
dalam segala hak yang diperolehnya terhadap
orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan
kerugian tersebut, dan si tertanggung itu adalah
bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang
dapat merugikan pihak si penanggung terhadap
orang-orang pihak ketiga itu.”

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


F. Berakhirnya Asuransi
1. Jangka waktu berlaku sudah habis
2. Perjalanan berakhir
3. Terjadi evenemen diikuti klaim
4. Asuransi berhenti atau dibatalkan
5. Asuransi gugur

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


VI. Asuransi Rangkap dan Reasuransi

A. Asuransi Rangkap
Dalam Pasal 252 KUHD ditentukan, “kecuali
dalam hal yang ditentukan oleh undang-
undang, tidak boleh diadakan asuransi
kedua untuk waktu yang sama dan untuk
evenemen yang sama atas benda yang
sudah diasuransikan dengan nilai penuh,
dengan ancaman asuransi kedua tersebut
batal.”

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Akan tetapi, ada asuransi rangkap yang tidak
dilarang, yaitu asuransi yang diatur dalam
Pasal 277 KUHD, yakni “apabila beberapa
asuransi dengan itikad baik diadakan untuk
benda yang sama, sedangkan asuransi
pertama diadakan dengan nilai penuh, maka
asuransi inilah yang mengikat dan asuransi
lainnya dibebaskan. Apabila asuransi pertama
tidak diadakan dengan nilai penuh, maka
asuransi-asuransi berikutnya hanya mengikat
untuk nilai sisanya menurut urutan waktu
asuransi itu diadakan.”
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
Maksud diadakan peraturan mengenai
asuransi rangkap adalah untuk mencegah
jangan sampai terjadi bahwa tertanggung
memperoleh ganti kerugian melebihi nilai
benda sesungguhnya, sehingga melanggar
asas keseimbangan.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Pengecualian Pasal 252 KUHD :
a. Pasal 277 KUHD, apabila atas benda yang
sama dan evenemen yang sama, diadakan
beberapa asuransi dengan itikad baik,
sedangkan asuransi pertama diadakan
dengan nilai penuh, maka asuransi
pertamalah yang mengikat, asuransi yang
berikutnya dibebaskan.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


b. Pasal 278 KUHD. Asuransi rangkap
menurut pasal ini dapat diadakan dalam 1
polis. Jumlah nilai beberapa asuransi dalam 1
polis itu melebihi nilai benda sesungguhnya.
Dalam hal ini setiap penanggung hanya
bertanggung jawab menurut perimbangan jumlah
asuransi masing-masing. Akan tetapi, beberapa
asuransi itu dapat juga diadakan pada hari yang
sama seperti diuraikan sebelumnya. Asuransi
rangkap Pasal ini lazim disebut “persekutuan para
penanggung” (joint insurers)

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


c. Pasal 279 KUHD. Maksud pasal ini adalah
melarang tertanggung membebaskan
penanggung pada asuransi yang terjadi lebih
dahulu, kemudian membebankan kewajiban pada
penanggung berikutnya. Jika tertanggung
melakukan juga hal yang demikian, dia dianggap
menggantikan kedudukan penanggung yang bersangkutan
untuk jumlah asuransi yang sama. Jika tertanggung
mengasuransikan risikonya itu kepada penanggung lain,
maka penanggung baru tersebut menggantikan kedudukan
tertanggung selaku penanggung. Dengan cara demikian
penanggung berikutnya tidak dirugikan oleh perbuatan
tertanggung.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
B. Reasuransi (Asuransi Ulang)
UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, mendefinisikan usaha reasuransi
sebagai usaha yang memberikan jasa dalam
asuransi ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh
Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau
Perusahaan Asuransi Jiwa.
Pada perusahaan reasuransi, penanggung ulang
menerima pengalihan risiko dari penanggung. Jadi
kedudukan penanggung adalah sebagai
tertanggung dalam reasuransi (asuransi ulang).

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


C. Perjanjian Reasuransi

• Pengertian : perjanjian timbal balik antara


penanggung pertama dengan penanggung
ulang, dimana penanggung pertama setuju
untuk menyerahkan sebagian risiko yang
ditanggungnya kepada penanggung ulang.
Penanggung ulang bersedia menerima
sebagian risiko dalam batas maksimum
sebagai yang telah ditentukan lebih dulu.
(Pasal 1317 Janji untuk Pihak III).
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
• Jadi perikatan yang timbul : penanggung
pertama terikat mendahulukan pelaksanaan
perjanjian ini daripada mencari penutupan di
luar perjanjian reasuransi, sedangkan
penanggung ulang tidak dapat menolak
penyerahan bagian risiko yang masih dalam
perjanjian reasuransi.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


• Cara menyerahkan sebagian risiko sbb:
1. Metode Proporsional (Berimbang);
2. Metode Non-Proporsional (tidak berimbang)
• Metode Reasuransi sbb:
1. Reasuransi fakultatif atau reasuransi yang
tidak wajib;
2. Reasuransi dengan perjanjian
(Treaty/Obligatory)

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


D. Asuransi Solvabilitas

• Menurut Pasal 280 KUHD, “tidak dianggap sebagai perjanjian


terlarang apabila benda yang sudah diasuransikan dengan
nilai penuh itu diasuransikan lagi, baik untuk sebagian
maupun untuk seluruhnya, dengan ketentuan yang tegas
bahwa tertanggung hanya akan menggunakan haknya
terhadap penanggung belakangan ini apabila dan sekedar dia
tidak dapat mengklaim ganti kerugian kepada penanggung
terdahulu. Dalam hal ada perjanjian yang demikian ini, maka
asuransi yang dibuat terdahulu harus dinyatakan dengan jelas
dalam polis, dengan ancaman asuransi belakangan ini batal,
demikian pula akan berlaku ketentuan Pasal 277 dan Pasal
278 KUHD.”

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


• Maksud diadakan asuransi solvabilitas adalah untuk
menjaga kemungkinan penanggung tidak mampu
mengganti kerugian jika benda asuransi ditimpa oleh
evenement. Asuransi solvabilitas bukan
pengecualian yang dimaksud oleh Pasal 252 KUHD
karena kepentingannya berbeda antara asuransi
terdahulu dan asuransi belakangan (solvabilitas).
Kepentingan dalam asuransi terdahulu adalah hak
milik, sedangkan kepentingan dalam asuransi
belakangan (solvabilitas) adalah kemampuan
penanggung.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


VII. Asuransi Kerugian
A. Asuransi Kebakaran
Asuransi kebakaran diatur dalam Buku I Bab
10 Pasal 287 – Pasal 298 KUHD

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


B. Asuransi Laut
Diatur dalam :
a. Buku I Bab IX Pasal 246-286 KUHD tentang
asuransi pada umumnya sejauh tidak diatur
dengan ketentuan khusus;
b. Buku II Bab IX Pasal 592-685 KUHD tentang
Asuransi Bahaya Laut, dan Bab X Pasal
686- 695 KUHD tentang Asuransi Bahaya
Sungai dan Perairan Pedalaman;
c. Buku II Bab XI Pasal 709-721 KUHD tentang
Avarai;
d. Buku II Bab XII Pasal 744 KUHD tentang
berakhirnya perikatan dalam perdagangan laut.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


C. Asuransi Tanggung Jawab
Asuransi tanggung jawab tidak diatur dalam
UU Asuransi, tetapi dapat berkembang
dalam praktik perasuransian. Hal yang
menjadi dasar asuransi tanggung jawab
adalah kesepakatan bebas antara
tertanggung dan penanggung yang dibuat
secara tertulis dalam bentuk akta yang
disebut polis.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


Obyek asuransi tanggung jawab adalah benda
asuransi dan kepentingan yang melekat atas benda
asuransi.
Dalam asuransi tanggung jawab evenemen adalah
perbuatan melawan hukum. Akibat yang ditimbulkan oleh
perbuatan tersebut adalah kerugian bagi orang lain.
Jika terjadi perbuatan melawan hukum (evenemen)
karena disengaja untuk menimbulkan kerugian bagi orang
lain (pihak ketiga), penanggung tidak berkewajiban
mengganti kerugian. Hal ini diatur dalam Pasal 276
KUHD. Menurut ketentuan pasal tersebut, tidak ada
kerugian yang disebabkan oleh kesalahan tertanggung
sendiri menjadi beban penanggung. Bahkan,
penanggung tetap berhak atas premi yang sudah
diterimanya atau menuntut pelunasannya jika dia
sudah mulai menjalani risiko.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
D. Asuransi Kendaraan Bermotor
Asuransi kendaraan bermotor adalah
asuransi kerugian yang tidak mendapat
pengaturan khusus dalam KUHD, maka
semua ketentuan umum asuransi kerugian
dalam KUHD berlaku terhadap asuransi
kendaraan bermotor.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


VIII. Asuransi Jiwa
A. Pengertian Asuransi Jiwa
Apabila rumusan Pasal 1 angka (1) UU No.2/1992
dipersempit hanya melingkupi jenis asuransi jiwa,
maka rumusannya adalah “Asuransi jiwa adalah
perjanjian antara 2 pihak atau lebih dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi, untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
diasuransikan.”
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
B. Polis Asuransi Jiwa
1. Bentuk dan Isi Polis
Menurut Pasal 304 KUHD, polis asuransi
jiwa memuat:
a. hari diadakan asuransi
b. nama tertanggung
c. nama orang yang jiwanya
diasuransikan
d. saat mulai dan berakhirnya evenemen
e. jumlah asuransi
f. premi asuransi
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
2. Penanggung, Tertanggung, Penikmat
Dalam asuransi jiwa, jika terjadi evenemen
matinya tertanggung, maka penanggung wajib
membayar uang santunan, atau jika berakhirnya
jangka waktu asuransi tanpa terjadi evenemen,
maka penanggung wajib membayar sejumlah
uang pengembalian kepada tertanggung.
Asuransi dapat juga diadakan untuk
kepentingan pihak ketiga dan ini harus
dicantumkan dalam polis. Menurut teori
kepentingan pihak ketiga, dalam asuransi jiwa,
pihak ketiga yang berkepentingan
itu disebut penikmat, dapat berupa orang yang
ditunjuk oleh tertanggung atau ahli waris
tertanggung.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
C. Evenemen dan Santunan
1. Evenemen dalam Asuransi Jiwa
Dalam Pasal 304 KUHD yang mengatur
tentang isi polis, tidak ada ketentuan
keharusan mencantumkan evenemen
dalam polis asuransi jiwa. Evenemen
tersebut hanya 1 yaitu ketidakpastian
kapan meninggalnya seseorang sebagai
salah satu unsur yang dinyatakan dalam
definisi asuransi jiwa. Karena evenemen
ini hanya 1 maka tidak perlu dicantumkan
dalam polis.
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
2. Uang santunan dan pengembalian
Uang santunan adalah sejumlah uang yang wajib
dibayar oleh penanggung kepada penikmat dalam
hal meninggalnya tertanggung sesuai dengan
kesepakatan yang tercantum dalam polis.
Apabila sampai berakhirnya jangka waktu asuransi
jiwa tidak terjadi peristiwa meninggalnya
tertanggung, maka tertanggung sebagai pihak dalam
asuransi jiwa, berhak memperoleh pengembalian
sejumlah uang dari penanggung yang jumlahnya
telah ditetapkan berdasarkan perjanjian

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


D. Asuransi Jiwa Berakhir
1. Karena terjadi evenemen
2. Karena jangka waktu berakhir
3. Karena asuransi gugur
4. Karena asuransi dibatalkan

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


IX. Jenis-Jenis Asuransi Sosial
A. Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang
Diatur dalam UU No.33/1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang, Lembaran Negara No.137
Tahun 1964 yang mulai berlaku 31
Desember 1964. UU ini dilaksanakan
dengan PP No.17 Tahun 1965 yang mulai
berlaku 10 April 1965.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


B. Asuransi Sosial Kecelakaan LaLin Jalan
Diatur dalam UU No.34/1964 tentang Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, Lembaran
Negara No.138 Tahun 1964, mulai berlaku
31 Desember 1964. UU ini dilaksanakan
dengan PP No.18/1965 yang mulai berlaku
10 April 1965

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


C. Asuransi Sosial Tenaga Kerja
Diatur dalam UU No.3/1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara No.14
Tahun 1992 yang mulai berlaku 17 Februari 1992.
UU ini dilaksanakan dengan PP No.14/1993
tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja mulai berlaku 27 Februari 1993.
Secara teknis dilaksanakan dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.05/1993 tentang
Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan,
Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan
Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, mulai
berlaku 27 Februari 1993.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


D. Asuransi Sosial PNS
Diatur dalam PP No.25/1981 tentang Asuransi
Sosial PNS, Lembaran Negara No.37 Tahun 1981
yang mulai berlaku 30 Juli 1981. PP ini merupakan
salah satu peraturan pelaksanaan dari UU
No.11/1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun
Janda/Duda Pegawai, Lembaran Negara No.42
Tahun 1969 mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan dan berlaku surut sejak 1 November
1966. Secara teknis dilaksanakan dengan
KepMenKeu No.45/KMK.013/1992 tentang
Besarnya Tunjangan Hari Tua dan Asuransi
Kematian PNS.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


E. Asuransi Sosial ABRI (ASABRI)
Diatur dalam PP No.67/1991 tentang Asuransi
Sosial ABRI, Lembaran Negara No.87 Tahun 1991
yang mulai berlaku 17 Desember 1991. ASABRI
adalah suatu jaminan sosial bagi prajurit ABRI dan
PNS Dephankam-ABRI, yang memberikan
perlindungan terhadap risiko karena berkurang
atau hilangnya penghasilan prajurit ABRI dan PNS
yang bersangkutan yang dilaksanakan secara
wajib berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


F. Asuransi Sosial Kesehatan (ASKES)
Diatur dalam PP No.69/1991 tentang Pemeliharaan
Kesehatan PNS, Penerima Pensiun, Veteran,
Perintis Kemerdekaan, beserta keluarganya,
Lembaran Negara No.90 Tahun 1991 yang mulai
berlaku 23 Desember 1991, merupakan salah satu
peraturan pelaksana dari UU No.11/1969 tentang
Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda
Pegawai, Lembaran Negara No.42 Tahun 1969
yang mulai berlaku sejak tanggal diundangkan dan
berlaku surut sejak 1 November 1966.

Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H


X. Larangan Dalam Perasuransian
1. Dilarang mengasuransikan melebihi harga barang
(pasal 253.1 KUHD)
2. Dilarang mengadakan asuransi rangkap. Pada
dasarnya dilarang pada waktu yang sama
mengasuransikan benda yang sama untuk bahaya
yang sama untuk sepenuh harga, kecuali ditentukan
oleh undang-undang (pasal 252 KUHD). Berlakunya
UU tersebut harus memperhatikan asas Indemnitas
→ apakah jumlah uang ganti kerugian benar-benar
melebihi kerugian yang diderita tertanggung
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H
• Pasal 277 (1) : mengenai benda tertentu
dengan itikad baik dipertanggungkan
beberapa kali, pertanggungan I sepenuh
harga, maka pertanggungan I yang mengikat,
yang lain bebas.
• Pasal 277 (2) : bila pertanggungan I tidak
sepenuhnya maka pertanggungan selanjutnya
bertanggung jawab terhadap sisa harga
menurut urutan waktu ditutupnya
pertanggungan.
• Berbeda dengan Pasal 266, 278, 379
Materi Kuliah - Ira Dompas S.H, M.H

Anda mungkin juga menyukai