Anda di halaman 1dari 28

TEKNOLOGI BUDIDAYA GAHARU

0leh:
Absalom B Sarante, S.Hut

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PALOPO


DINAS KEHUTANAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN
2017
APA ITU GAHARU?

Gaharu adalah :
1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang benilai
komersial tinggi dan diekspor ke manca negara
2. Gumpalan rensin yang beraroma wangi
3. Dihasilkan oleh 26 jenis tumbuhan
4. Disebabkan oleh serangan mikroba patogen
(Fusarium sp.)
5. Berwana putih, kecoklatan sampai hitam
SEJARAH GAHARU

 Gaharu sudah dikenal sejak abad ke 3 di China sebagai


bahan ritual keagamaan
 Gaharu dikenal sejak abad ke 7 di India sebagi
pengharum tubuh, ruangan dan dupa/hio untuk upacara
keagamaan (cara: fumigasi/bakar)
 Di Indonesia sejak tahun 1200-an: pedagang China
dengan pedagang Sumsel dan Kalbar melakukan barter
perdagangan
 Indonesia merupakan negara penghasil gaharu tertinggi
yang memasok gaharu > 600 ton/tahun hingga tahun
1998. Tahun 2000 – 2002 hanya 30 ton.
 Karena adanya perburuan gaharu di alam yang tak
terkendali menyebabkan Aquailaria malaccensis masuk
dalam Appendix II CITES tahun 1994.
 Tahun 2004 semua jenis Aquilaria spp. dan Gyrinops
spp. dimasuk dalam Appendix II CITES (Gun at al.,
2004)
 Tahun 2005 Dephut. menurunkan kuota ekspor gaharu
hanya 125 ton/tahun (Anonim, 2005)
POHON PENGHASIL GAHARU DAN
TEMPAT TUMBUHNYA

 Pohon-pohon penghasil gaharu di Indonesia ada 26 jenis dan


yang dapat menghasilkan gaharu berkualitas baik yaitu
Aquilaria spp. dan Gyrinops spp., jenis ini cocok untuk kondisi
wilayah Sulawesi.
 Pohon gaharu tumbuh pada tempat: 0 – 2400 m dpl, beriklim
panas suhu 28° - 34° C, kelembaban sekitar 80% dan curah
hujan 1000 – 2000 mm/th.
 Aquilaria malaccensis dan Gyrinops versteegii yang sedang
berkembang produksinya
 Aquilaria malaccensis : tingginya 40 m, berdiameter 80 cm, kulit
batang licin berwarna putih atau keputih-putihan. Daun lonjong
memanjang dan berwarna hijau mengkilat. Buah bulat telur
ukuran 2 – 3 cm, daging buah tebal.
 Gyrinops versteegii : tinggi hingga 25 m, diameter 40 cm, daun
elips memanjang dan hijau licin. Buah bulat telur berukuran 1
cm.
 Gaharu tidak memilih lokasi khusus untuk tumbuh dengan baik.
Lahan tempat tumbuhnya relatif luas yaitu pada lahan subur,
sedang hingga marginal.
 Gaharu dapat dijumpai pada hutan rawa, gambut, hutan
dataran rendah atau hutan pegunungan, bahkan ditemukan
juga tumbuh dicelah-celah bebatuan.
 Dengan demikian secara teknis gaharu dapat tumbuh dan
dibudidayakan diberbagai kondisi serta tipe lahan.
A. malaccensis G. versteegii.
BUDIDAYA GAHARU

• Bibit bisa berasal dari benih/biji yang disemaikan, dari


permudaan alam atau dari vegetatif, namun yang umum
digunakan yaitu dari biji dan permudaan alam.
• Media untuk penyemaian benih adalah tanah dicampur
kompos (1:2) dan setelah benih ditabur ditutup dengan
pasir setebal 1 cm dan untuk media penyapihan adalah
tanah dan kompos (2:1).
• Penanaman gaharu dapat dilakukan di kawasan hutan
produksi, hutan campuran, hutan rakyat, lahan
perkebunan dll.
PEMBIBITAN
• Jarak tanam yaitu 2 x 3 m atau 3 x 3 m untuk
monokultur, 4 x 5 m atau 5 x 5 m untuk pola diversifikasi
(agroforestry , hutan campuran)
• Ukuran lubang tanam yaitu 30 x 30 x 30 cm bila lahan
cukup baik. Atau ukuran lubang tanam disesuaikan
dengan kondisi lahan.
• Gaharu bersifat semi toleran (butuh naungan pada saat
anakan), sehingga cocok dikembangkan dengan pola
agroforestry.
• Bibit gaharu sebelum ditanam dikondisikan secara
bertahap agar tahan terhadap sinar matahari.
• Pemeliharaan pertanaman gaharu idealnya dilaksanakan
intensif hingga mencapai umur 4 tahun seperti
penyiangan, penggemburan, pemupukan dan
pengendalian hama dan penyakit bila ada serangan.
TEKNIK REKAYASA GAHARU

• Gaharu, terbentuk didahului oleh terjadinya


luka, kemudian diikuti oleh masuknya mikroba
patogen.
• Mikroba pembentuk gaharu diantaranya yaitu
jamur dan jenis jamur yang dominan adalah
Fusarium sp.
• Proses dan mekanisme terbentuknya gaharu,
secara teknis dapat direkayasa dengan cara
inokulasi.
• Penyedian inokulan pembentuk gaharu (berbentuk cair
atau padat) dan peralatan seperti bor, alkohol, malam/lilin
yang akan digunakan pada saat inokulasi/penyuntikan
• Pohon yang bisa disuntik berumur 4 – 6 tahun, diameter >
15 cm.
• Pengeboran dilakukan dengan kedalam 1/3 diameter
batang dengan arah sejajar atau 15° arah ke atas jika
inokulan padat.

Inokulan padat Inokulan cair



• Lubang pertama jaraknya dari permukaan
tanah 20 cm dan jarak antara lubang lainnya
20 cm.
• Masukkan inokulan dan tutup lubang bor
dengan malam/lilin (perkejaan ini dilakukan
secara cepat dan seteril)
• Evaluasi dilakukan setelah 3 bulan
penyuntikan untuk mengetahui keberhasilnya
atau laju infeksi
PANEN GAHARU

• Pemanenan dipengaruhi oleh beberapa faktor: kinerja


inokulan, lamanya proses produksi dan kondisi pohon.
Semakin besar ukuran pohon maka semakin lama
proses terbentuknya gaharu.
• Panen berkala : lubang bor yang bergaharu dapat
dipanen, kemudian lubang diberi lagi inokulan
• Panen total : tanda-tanda panen total, pohon dengan
daun kuning, cabang kering, kulit pecah dan mudah
terkelupas. Kayu bila di bakar telah berbau harum
gaharu. Lakukan pembongkaran akar, tebang batang,
cacah dan pilah sesuai kelas visual warna kayu ( putih,
kuning, kuning berserat hitam/coklat, merah-coklat,
coklat, coklat hitam dan hitam.
• Gaharu yang baru dipanen diseleksi berdasarkan kelasnya
untuk menentukan kualitas dan harga jualnya.
• Kelas gaharu yang ditetapkan oleh Dewan Standarisasi
Nasional adalah gubal gaharu (ada 3 kelas), kemedangan (ada
7 kelas) dan abu gaharu (ada 3 kelas)
• Gaharu dapat dipasarkan sebagai produk bahan mentah atau
sebagai hasil olahan.
• Kegunaan gaharu: pewangi rungan, bahan baku parfum,
kosmetik, bahan baku obat-obatan (kanker, asma, stamina),
hio/dupa untuk upacara keagamaan, daunnya dikeringkan
untuk dibuat teh dll.
ANALISIS USAHA BUDIDAYA GAHARU
URAIAN JUMLAH (Rp.)
A. Biaya tahun 1
- Pembelian bibit 1.000 btg @ Rp. 15.000. 15.000.000,-
- Pupuk kandang 2 ton dan pestisida 1.150.000,-
- Upah penanaman 12.000.000,-
B. Biaya tahun 2 - 7
- Pupuk kandang 6 tahun x Rp. 500.000,- 3.000.000,-
- Pestisida 6 tahun x Rp. 150.000,- 900.000,-
- Tenaga pemeliharaan 6 tahun x Rp. 12.000.000,- 72.000.000,-
- Tenaga panen lepas 25.000.000,-
C. Biaya inokulasi tahun ke 4
- Inokulan 1.000 batang x Rp. 300.000,- 300.000.000,-
- Tenaga kerja penyuntikan 30.000.000,-
TOTAL BIAYA 459.050.000,-
URAIAN JUMLAH (Rp.)

D. PENERIMAAN (asumsi 65% keberhasilan inokulasi)

- Gubal 1.300 kg x Rp. 5.000.000,- 6.500.000.000,-

- Kemedangan 6.500 kg x Rp. 1.000.000,- 6.500.000.000,-

- Abu 13.000 kg x Rp. 200.000,- 2.600.000.000,-

TOTAL PENERIMAAN 15.600.000.000,-

TOTAL PENERIMAAN BERSIH 15.140.950.000,-


PENUTUP
PENUTUP

• Pemahaman mekanisme pembentukan gaharu dengan


inokulasi buatan perlu dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat, agar tidak terjadi kesalahan dalam prosedur
pelaksanaannya.
• Budidaya gaharu berpotensi dilalukan di Sulawesi Selatan
• Budidaya gaharu dapat dilakukan dengan pola agroforestry
• Agar SDA gaharu di Sulawesi tetap lestari maka perlu
dilakukan upaya budidaya jenis tumbuhan penghasil gaharu
• Dengan budidaya gaharu dapat menjamin masa depan petani
TERIMA KASIH

dan

SELAMAT MENC0BA

Anda mungkin juga menyukai