2.Stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga aliran darah normal
terhambat dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan merusaknya.
70% kasus stroke hemorragik terjadi pada penderita
hipertensi
Secara Klinis Infark Di Otak
Epidemiologi
NEUROLOGI
-Inciden : 20/100.000 ♂: ♀: 3 : 2
-Prevalen : 190/100.000
-Onset > 50 th Puncak 70 thn
-Inciden familial 5%
Etiologi dan Faktor Risiko
NORMAL:
Neurotransmitter di otak Acetil
Cholin, dopamin, serotonine.
Antara ketiganya terdapat
keseimbangan
Gambaran Klinis
A. Umum ;
- Gejala dimulai pada satu sisi (hemiparkinson)
- Tremor saat istirahat
- Tidak didapatkan gejala neurologis lain
- Tidak dijumpai kelainan laboratorium dan radiologis
- Perkembangan penyakit lambat
- Respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
- Refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit
Gambaran Klinis
B. Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat bertahan saat istirahat.
- Rigiditas
- Akinesia/bradikinesia
- Kedipan mata berkurang
- Wajah seperti topeng
- Hipotonia
- Hipersalivasi
- Akathisia/Takikinesia (gerakan cepat yang tak terkontrol)
- Mikrografi (tulisan semakin kecil kecil)
- Cara berjalan langkah kecil kecil
- Kegelisahan motorik (sulit duduk/berdiri)
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motorik lain :
- Distonia - suara monoton
- okulogyric spasme - Sulit memulai gerak
- Rasa kaku pada berbagai kegiatan lain (bicara palilalia & menulis)
Perjalanan klinis penyakit Parkinson dilihat berdasarkan
tahapan menurut Hoehn dan Yar, Staging of Parkinson
Disease
1. Stadium I
- gejala dan tanda pada satu sisi
- gejala ringan
- gejala yang timbul mengganggu tapi tidak
menimbulkan cacat
- tremor pada satu anggota gerak
- gejala awal dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II
- gejala bilateral
- terjadi kecacatan minimal
- sikap/cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- gerakan tubuh nyata lambat diri
- gangguan keseimbangan saat berjalan/berdiri
- disfungsi umum sedang
4. Stadium IV :
- gejala lebih berat
- keterbatasan jarak berjalan
- rigiditas dan bradikinesia
- tidak mampu mandiri
- tremor berkurang
5. Stadium V :
- stadium kakeksia
- kecacatan kompleks
- tidak mampu berdiri dan berjalan
- memerlukan perawatan tetap
Prinsip Terapi
- Simptomatik, tak menghentikan proses patolo-
gis
- Tujuan menjaga keseimbangan dopamine-
asetilkolin dengan :
1. mengurangi asetilkolin (antikolinergik)
2. menambah dopamin (dopamin agonis, dll)
- levo dopa
- levo dopa + decarboxylase in-
hibitor
- bromocriptine
- selegiline
- amantidine
- Stereotactic surgery, transplantasi human fetal
Tatalaksana (SPM PERDOSSI, 2006)
A. Medikamentosa :
- Amantadin
- Antikholinergik : Benztropin mesilat, biperdin,
trihexyphenidil
- Dopaminergik : Carbidopa dan levodopa
Benserazide dan lavodopa
- Dopamin Agonis : Bromokriptin mesilat, pergolide
mesilat, pramipexole, ropinirole.
- COMT inhibitor : Entacapone, tolcapone
- MAO-B inhibitor : Selegiline, Lazabemide
- Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol,
asam ascorbat, batacaroten
- Botulinum toksin
- Propanolol.
B. Non Medikamentosa
- Operasi : Talamotomi, polidotomi,
transplantasi substansia nigra, ablasi dan
stimulasi otak
- Rehabilitasi medis
- Psikoterapi
Penyulit : Fluktuasi obat (fenomena off on)
Hipotensi postural
Perubahan tingkah laku : dementia,
depresi, sleep disorder, psikosis
Prognosis : Biasanya berlangsung kronis
progresif (SPM, PERDOSSI, 2006)
Epilepsi
• suatu gangguan saraf kronik, dimana
terjadikejang yang bersifat reccurent
• Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron
cortical yang berlebihan di dalam korteks serebral
dan ditandai dengan adanya perubahan aktifitas
elektrik pada saat dilakukan pemeriksaan EEG.
• Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi
tergantung dari daerah otak fungsional yang
terlibat
Epidemiologi
• Setiap tahun terjadi sekitar 125.000 kasus epilepsi baru
di United States.
• 30%nya terjadi pada usia muda kurang dari 18 tahun
pada saat terdiagnosa.
• Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy pada
kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan
semua data lab juga normal, selain itu ada stigma
tertentu pada penderita epilepsy malu/enggan
mengakui
Etiologi
• Epilepsi --- gangguan/abnormalitas dari pelepasan neuron.
• Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya
abnormalitas pelepasan neuron, seperti :
– Birth trauma
– Cedera kepala
– Tumor otak
– Penyakit cerebrovaskular
– Genetik
– Idiopatik
Patofisiologi
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh
inhibisi dan eksitatori pada otak
terjadi karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
– Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori
meningkatnya aksi glutamat atau
aspartat
Fisiologi Normal
Diagnosis
• Pasien didiagnosis epilepsi
jika mengalami serangan
kejang secara berulang
• Untuk menentukan jenis
epilepsinya, selain dari gejala,
diperlukan berbagai alat
diagnostik :
– EEG
– CT-scan
– MRI
– Lain-lain
Klasifikasi epilepsi
• Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang dibagi
menjadi :
– kejang umum (generalized
seizure) jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere
otak secara bersama-sama
– kejang parsial/focal jika
dimulai dari daerah tertentu
dari otak
Kejang umum terbagi atas:
• Tonic-clonic convulsion = grand mal
– merupakan bentuk paling banyak
terjadi
– pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terengah-engah, keluar air liur
– bisa terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah
– terjadi beberapa menit, kemudian
diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered
Kejang parsial terbagi menjadi :
• Simple partial seizures
– pasien tidak kehilangan kesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan
tak terkendali: gerakan
mengunyah, meringis, dll tanpa
kesadaran
Sasaran Terapi
• Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi)
supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi
• Meminimalisasi adverse effect of drug
Strategi Terapi
• Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf
yang berlebihan melalui perubahan pada kanal ion atau
mengatur ketersediaan neurotransmitter
Prinsip pengobatan pada epilepsi
• Monoterapi
– Menurunkan potensi AE
– Meningkatkan kepatuhan pasien
• Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
• Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau
politerapi
• Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
• Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan
sesuai dengan kondisi pasien)
Prinsip pengobatan pada epilepsi
• Non farmakologi :
– Amati faktor pemicu
2
GABA-transaminase Re-uptake
Metabolit
GABA
GABA 3
- 1
Post sinaptik
Reseptor GABA
vigabatrin
EFEK DEPRESI CNS
Partial Generalized
Atypical
DRUG Tonic- Clonic/ Absence
Seizure Grand Mal Absence
Lamotrigine Lamotrigine
Gabapentine Topiramate Clonazepam
Topiramate Clonazepam Lamotrigine
Alternative Tiagabine
Primidone
Lamotrigine Topiramate
Phenobarbital
Primidone Felbamate
Phenobarbital
Farmakokinetika Obat
GANGGUAN KECEMASAN
Pengertian Kecemasan
• Lazarus (1969), kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang
dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut.
Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena
melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif
dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan
tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas
apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan.
• Alex Sobur: Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan
terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak
mengancam
Perbedaan Kecemasan dengan Rasa Takut
Kecemasan Rasa takut
Penyebab yang jelas dan adanya fakta- Penyebab tidak jelasa, karena merupakan
fakta atau keadaan yang benar-benar suatu prasangka pribadi yang
membahayakan menyebabkan seseorang mengalami
kecemasan.
Pendekatan-pendekatan kecemasan :
1. Psikoanalitik menyatakan bahwa sumber-sumber kecemasan adalah
adanya suatu konflik bawah sadar. Freud meyakini bahwa kecemasan
merupakan hasil dari konflik antara dorongan-dorongan id dan desakan-
desakan ego, dan superego. Dorongan ini dapat merupakan ancaman
bagi setiap individu karena berlawanan dengan nilai-nilai personal dan
social (Atkinson, dkk, 1983 : 431-432).
2. Teori perilaku menyatakan bahwa Kecemasan berasal dari suatu respon
terhadap stimulus khusus (fakta).
3. Teori Interpersonal Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan
akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu
bersangkutan merasa tidak berharga.
4. Teori Biologik Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau
keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. (Rockwell cit stuart &
sundeens, 1998).
Jenis-jenis kecemasan menurut Freud (dalam Suryabrata,
1982)
1. Kecemasan neurotis yang timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut
pemuasan segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk
melakukan hel-hal yang tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic
yang dapat dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).
2. Kecemasan moral, individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa
berdosa apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar
dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai
akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapatkan
hukuman lagi.
3. kecemasan realistis, kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar.
Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan realistis ini
adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang lain (neurotik dan
moral) berasal dari kecemasan ini.
Klasifikasi Tingkat Kecemasan (Townsend, 1996).
1) Kecemasan ringan;
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, kesadaran tinggi, mampu
untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang;
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung
dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat denganvolume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang
tidak menambah ansietas,mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan
menangis.
3. Kecemasan berat;
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala,
tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, berfokus pada dirinya
sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung.
4. Panik;
Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan.
Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, pucat,
tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
mengalami halusinasi dan delusi.
Efek fisiologis kecemasan
• Kardiovaskuler: berdebar-debar, TD, TD, N .
2. Being submissive : jika saya tidak melawan, maka saya tidak akan
disakiti. Orang akan menghindari melakukan sesuatu yang bertolak
belakang dengan orang lain
Withdrawing : jika aku tidak tergantung pada orang lain, maka tidak
seorangpun dapat menyakitiku
Pengobatan
• Untuk Farmakoterapi, ada banyak obat yang dapat
digunakan untuk mengobati kecemasan.
dilakukan
pada
terapis sec. paparan
akhirnya
bertahap Menyebab- bertahap
rasa cemas
mengarahkan kan atas
dan panik
& memandu hilangnya kecemasan
saat
pasien untuk rasa terhadap
menghadapi
menafsirkan kekhawatiran lingkungan,
situsi
suatu sensasi batin dan atas
tersebut
secara benar fobia
dapat hilang
mereka
Definisi Skizofrenia :
*Anti insomnia
*Anti Mania/Mood stabilizer
NEUROLEPTIK /ANTI PSIKOTIK
(BERDASARKAN RUMUS KIMIA )
• PHENOTHIAZINE
• BUTYROPHENON
• THIOXANTHENE
• RAUWOLFIA (RESERPINE)
• DIPHENYL BUTYL PIPERIDINE (PIMOZINE)
• DIBENZODIAZEPINE (LOZAPINE)
• SUBSTITUTE BENZAMIDE (SULPIRIDE
DOGMATIL)
BERDASAR POTENSI RELATIF DAN LAMA
KERJA
• LOW DOSE, HIGH POTENCY
- TRIFLUOPERAZINE, PERPHENAZINE,
FLUOPHENAZINE, THIOTHIXENE, HALOPERIDOL,
PIMOZIDE
• MEDIUM DOSE, LOW POTENCY
- CHLORPROTHIXENE,
- LOXAPINE
• LONG ACTING INJECTABLE
- FLUPHENAZINE
- FLUPENTHIXOL
- Haloperidol
BERDASAR BEDA AFEK KLINIK YANG MENONJOL