Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

Kelompok 1
Yudi Gusman
Tyas Aprilia
Irnawati
Pengalaman Religius dan Agama
• Pengalaman Religius
• Pengalaman Spiritual Puncak
• Kerinduan Akan Allah
• Dari dinamisme ke Monotoisme
• Kepercayaan Pada Banyak Dewa (dalam politeisme)
Pengalaman Religius

Ketika kita di hadapkan pada pertanyaan “Dari mana aku datang dan kemana aku akan pergi”
Dari lubuk hatinya yang paling dalam manusia secara intuitif merasakan bahwa hidupnya di dunia ini terarah pada
Kenyataanya yang luhur, Yang Luhur “Ällah” merupakan dasar dan sumber hidup manusia yang fana ini.
Berhadapan dengan yang ilahi manusia merasa tidak berdaya karena hidupnya semata adalah pemberian Allah.
Oleh karena itu manusia sudah seharusnya mensyukuri hidupnya.
Orang yang belum mampu mempertanggung jawabkan alsan mengapa dia beragama, sebetulnya orang belum bisa
Dikatan dewasa dalam beragama.
Artinya orang beragama bukan karena sekedar warisan atau tradisi. Namun orang itu harus dapat mempertanggung jawabkan
Alasan agamanya mengapa dia memilih agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu ataupun Konghucu.
Pengalam Spiritual Puncak

Penganut aliran kepercayaan biasanya mencapai hasil akhir yang baik dalam aktifitas spiritual yang dihayati.
Bentuknya dengan cara Berdoa meditasi, Yoga Atau istilah lain dalam keagamaaan itu sendiri
Ketika manusia melakukan semua ini tanpa pamrih, tanpa banyak pertimbangan, tanpa merasa untung ruginya.
Dalam kesadran iman yang penuh dan kapasitas diri sebagai orang beragama.
Intinya manusia dapat merasakan kegembiraan dalam aktifitas yang dilakukannya.
Pengalaman puncak keagamaan ini dapat diaplikasikan kedalam kehidupan nyata kita sehari hari.
Kerinduaan Akan ALLAH

Pada dasarnya hidup kita mempunyai tujuan yang menggebu dalam lubuk hati untuk dipenuhi,
Kebanyakan manusia sibuk dengan kebutuhan konsumsi material belaka, Terus menerus manusia
Berbicara dari satu soal ke soal lainnya atau ngobrol sana sini. Padahal yang penting adalah bagaimana
Ditengah kesibukan keseharian manusia menemukan penerangan eksistensial mereka.
Karena terlalu sibuk manusia menyingkapakan banyak hal dalam hidupnya.

Kita semua mempunyai kerinduan untuk bertemu dengan Allah, sebagai asal dan tujuan hidup kita
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita akan beristirahat selamanya dalam haribaan Sang pencipta.
Dari Dinasmisme ke monoteisme

Manusia yang terbatas dalam era yang sangat awal menyadari akan adanya yang tak terbatas itu melalui fenomenal alam
Diamati dan dialaminya. Misalnya Kita mengalamai Musibah atau bencana alam, Padahal sebelumnya tempat kita tenang
Damai dan sejahtera.
Dari situlah muncul kepercayaan bahwa alam itu memiliki daya yang luar biasa melampaui daya manusiawi
Sehingga alam harus kita pelihara dan hormati.
Itulah kepercayaan yang kita kenal sebagai dinamisme
Kekuatan alam itu sebagai sesuatu yang hidup dan kerananya juga memiliki roh. Sehingga manusia membangun relasi dengan
Baik Bersama Roh alam itu,yang disebagai sesajian. Pratik inilah yang kemudian melahirkan animism.

Selanjutnya dalam kepercayaan animis itu bagian bagian alam yang ber roh itu diberi nama, munculah nama Dewa langit
Dewa angin dewa laut dan sebagainya. Ini lah yang kita kenal dengan istilah politeisme.
Kepercayaan pada banyak Dewa (dalam Politeisme)

Dari politeisme untuk sampai monoteisme tidak serta merta begitu saja.
Ada tahap yang mengantarai keduanya yakni henoteisme.
Henoteisme ini ada 3 macam, yakni henoteisme waktu tempat dan koordinasi

Henoteisme waktu adalah kepercayaan banyak dewa dewi pada kurun waktu tertentu untuk mrnjadi pemimpin
Henoteisme tempat adalah kepercayaan banyak dewa dewi namun untuk tempat tempat tertentu atau “penunggu”
Henoteisme koordinasi adalah kepercayaan banyak dewa dewi namun dewa dewi itu yang menjadi koordinatornya.
Dari henoteime inilah muncul monoteisme yang artinya percaya adanya satu ALLAH atau Tuhan sebagaimana, yang dipercaya
Dalam agama agama Abrahamik Seperti Yudaisme, Kristianisme dan Islam.

Anda mungkin juga menyukai