Anda di halaman 1dari 15

KUPAS TUNTAS

KESETARAAN GENDER
KONSEP KESETARAAN GENDER
Menurut UNDP
(United Nations Development Program)

HDI (Human Development Index), 1990; diukur dari


1. Usia Harapan Hidup (Life Expectancy)
2. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)
3. Kecukupan Pangan (Food Security)

Tahun 1995 ditambah dengan :


4. Kesetaraan Gender (Gender Equality)
Perhitungan Kesetaraan Gender
(50;50)

GDI (Gender Development GEM (Gender Empowerment


Index): Measure):
kesetaraan dalam usia kesetaraan dalam
harapan hidup; partisipasi politik dan
pendidikan dan dalam sektor-sektor lain
pendapatan
ASUMSI DI BALIK
KESETARAAN
GENDER
Landasan Teoritis dan Ideologis
Kesetaraan Gender

Teori Masyarakat Setara:


1.Tidak ada stratifikasi dalam masyarakat, tidak
ada pembagian struktur;
2. Tidak ada keragaman dalam sifat, kemampuan
dan keinginan. Setiap individu memiliki
utilitas sama dan kepuasan sama;
3. Alokasi sumber daya harus seragam
Bila diterapkan dalam
kesetaraan gender:

1. Tidak ada keragaman biologis


manusia,
2. Tidak ada segala struktur yang
menyebabkan division of labor dalam
keluarga
Asumsi kesetaraan gender beranjak dari
asumsi masyarakat sama-rata
Teori Sosial Konflik Karl Marx: mencita-citakan
masyarakat yang sama-rata, tidak ada kaya-miskin,
sumber daya yang ada terdistribusi sama.

Paradigma sosial yang menganggap keragaman


biologis identik dengan diskriminasi beranjak dari
paradigma konflik sosial (karl marx). Menurut
paradigma ini, keluarga bukan kesatuan yang
normatif (harmonis dan seimbang), melainkan
sebuah sistem yang penuh konflik dengan anggapan
keragaman biologis dapat digunakan untuk
melegitimasi relasi sosial yang opresif.
Menurut feminis marxis dan sosialis, institusi yang
paling eksis melanggengkan peran gender adalah
agama dan keluarga.
ASUMSI KONSEP GENDER
 perbedaan perempuan-laki-laki: menstruasi,
melahirkan, menyusui (nature)
 perbedaan ini bukan alasan untuk pembagian
peran, pembagian peran karena adanya
sosialisasi dan konstruksi budaya (nurture)

Untuk itu perlu dilakukan penghapusan nurture wanita


agar kesetaraan gender tercipta
Proposal Socrates
Bila kesetaraan gender 50/50
ingin dicapai, maka jangan
sampai intitusi keluarga
terbentuk, entah melalui seks
bebas, aborsi, pembunuhan
bayi, mencegah ibu mengasuh
anaknya, perkawinan semalam
dan sebagainya. Hilangkan
maskulinitas pria. Pria juga
harus dibebaskan dari mitos-
mitos bersikap melindungi
wanita. Kesempatan sama-
resiko sama
USAHA-USAHA UNTUK MERAIH
KESETARAAN GENDER

Skala Individu:
Menghapus sifat “feminin” pada perempuan
(menerapkan pendidikan androgini/bebas gender
sejak usia dini)

Skala Masyarakat:
Menghapus sifat “feminin” melalui transformasi sosial
yang anti patriarkhis dan hierarkis
Transformasi Sosial Menuju Masyarakat
Egaliter (50/50) di AS

 UU Perkawinan: Hindari anggapan suami sbg kepala keluarga,


Hindari anggapan suami bertanggungjawab terhadap nafkah
istri, Hindari anggapan istri bertanggungjawab atas
pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga
 UU Perceraian: No fault diforce, setiap pasangan boleh
menceraikan suami atau istrinya tanpa melihat siapa yang
salah, negara tidak ikut campur dalam urusan perceraian
 Konsep ERA (Equal Rights Amandement). Segala UU yang
memberi proteksi kepada wanita dianggap diskriminatif,
seperti cuti hamil, jam kerja malam dll. Untuk itu aturan ini
tidak perlu diberlakukan karena dianggap merendahkan
wanita.
Persoalan Amerika
 No fault divorce ini menjadi satu penyebab meningkatnya
angka perceraian di AS. Data terakhir 50% pernikahan akan
berakhir dengan perceraian, di New York City mencapai 70%.
UU ini ternyata telah menjadi bumerang bagi para wanita
sendiri. Tingginya angka perceraian menyebabkan wanita
kehilangan perlindungan secara finansial. Hukum perceraian
yang baru ini juga menhapuskan alimoni, yaitu hukum
sebelumnya yang mengharuskan seorang suami yang
menceraikan istri memberi tunjangan kepada istri hingga istri
menikah lagi.
 Sedangkan konsep ERA yang diterapkan justru semakin
membuat para wanita AS menderita.
Keberhasilan Penerapan Kesetaraan 50/50
Kegagalan Melawan Kodrat Penciptaan
 Uni Soviet: Menerapkan suami-istri bekerja, negara
mengambil alih fungsi keluarga (TPA, preschool), dapur
umum, ruang makan umum, laundry umum. Eksperimen ini
tidak berhasil karena ternyata pria mendominasi posisi
manajerial, wanita menjadi guru, pekerjaan pengasuhan,
memasak, mencuci dll
 Negara Skandinavia: mengadakan program welfare state
(diantaranya day care centre), cuti kepada para pria
sebagaimana cuti melahirkan. Program ini berhasil
mendongkrak partisipasi wanita di sektor kerja, namun juga
diikuti dengan runtuhnya institusi keluarga. Perceraian
meningkat 100% (th 1960-1980), persentase anak dilahirkan
diluar pernikahan meningkat, kenakalan remaja meningkat,
kriminalitas meningkat 400% (1950-1970), anak bermasalah
alkoholik, obat bius, tindak kekerasan meningkat 400% (th
1970-1980)
Bila di Kesetaraan Gender telah
mengalami kegagalan di negara-
negara asalnya,

Mengapa Indonesia masih


mengikutinya???

Anda mungkin juga menyukai