Anda di halaman 1dari 55

GANGGUAN TIDUR

PADA USIA LANJUT


dr. Owen Hu
dr. Michael Jonathan Tan
dr. Pretika Prameswari

Pembimbing:
dr. Nur Riviati, Sp.PD, K-GER
WAKTU TIDUR
 Pergeseran keseimbangan sintesis dengan degradasi
protein.
 >> mitosis sel ginjal, usus, kulit
 Hormon anabolik >> jam tidur, hormon
katabolik >> waktu bangun.
 Kekurangan tidur  ekskresi katekolamin (fungsi
katabolik & balans nitrogen negatif)
 kehilangan protein.
FUNGSI TIDUR
 Melindungi tubuh  detoksifikasi
hipnotoksin  Teori Hipnotoksin
 Mengkonservasi energi  Teori Benington Heler 
tingkat energi di otak meningkat, penggunaan energi
↓ 15- 20%.
 Restorasi otak  Teori Restorasi  GH dilepas
waktu tidur dalam.
 Homeostasis
KELUHAN TIDUR PADA USIA LANJUT

 Lebih lama di tempat tidur


 Berkurangnya waktu tidur
 Sering terbangun malam hari
 Lama baru bisa tertidur
 Tidur kurang puas
 Meningkatnya rasa kantuk siang hari
 Tidur siang lebih sering dan lebih lama
PERUBAHAN TIDUR PADA
USIA LANJUT
Normal : Irama sirkadian tidur bangun  bangun sepanjang
hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat
gelap.
Usia Lanjut :
 Kurang sensitif dengan perubahan gelap dan terang. Eksresi
kortisol dan GH serta perubahan temperatur tubuh berfluktuasi
dan kurang menonjol.
 Melatonin, hormon yang diekskresi pada malam hari dan
berhubungan dengan tidur, menurun dengan meningkatnya
umur.
 Kualitas tidur usia lanjut sehat tergantung aktivitas pada siang
hari.
PERUBAHAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT
Stadium Tidur Gambaran EEG Karakteristik Perubahan pada usia lanjut
Fase Gelombang
Tidur

Non- Stadium 0 (mengantuk, mata Aktivitas α 8-12 Hz


REM tertutup)

Stadium 1/ tidur ringan Munculnya gelombang 3-7 Hz Meningkatnya proporsi tidur.

theta, hilangnya gelombang


α.
2-7 Hz Selang-seling di antara fase
Stadium 2 ((tidur konsolidasi/ Kompleks K makin lambat. Gelombang REM
makin dalam) Sleep-spindles amplitudo tinggi,
tunggal,
> 0,5 detik.
Gelombang cepat
(12-14 Hz),
>0,,5 detik
Stadium 3 (dalam, tidur Aktivitas delta 0,5-2 Hz Berkurangnya proporsi tidur.
gelombang lambat). (20% aktivitas total). Aktivitas
Stadium 4 (dalam, tidur delta (50% aktivitas total). 0,5-2 Hz Berkurangnya proporsi tidur.
gelombang lambat)

REM Aktivitas theta sama dengan 3-7 Hz Berkurangnya proporsi waktu


tidur stadium 1 tapi dengan tidur total tapi panjangnya fase
tambahan gelombang gigi REM tetap konstan.
gergaji.
HIPNOGRAM TIDUR
PERUBAHAN TIDUR PADA USIA LANJUT

 Berkurangnya waktu tidur malam total


 Melambatnya onset tidur
 Fase sirkadian lanjut: cepat ke tempat tidur, cepat bangun
 Berkurangnya tidur gelombang lambat
 Berkurangnya tidur REM
 Berkurangnya ambang untuk terbangun dari tidur
 Tidur terganggu dengan sering terbangun
 Tidur siang
PERUBAHAN LAMA & STADIUM TIDUR DENGAN
USIA
Lama tidur Stadium Stadium REM
(jam) 1-2 (%) 3-4 (%)

Bayi 13-16 10-30 30-40 40-50


Anak 8-12 40-60 20-30 20-30
Dewasa 6-9 45-60 15-25 15-25
Usila 5-8 50-80 5-15 15-25

Lavie P et al, Sleep Disorders. 2002


GANGGUAN TIDUR PADA USIA LANJUT
 Usia  gangguan tidur
 50% vs 26% pada dewasa muda
 insomnia >> 12-40%
 Prevalensi insomnia  bila terdapat:
 problem medis atau psikiatris.
 Masa pensiun,
 Penggunaan berbagai obat.
 Masalah tidur berhubungan kuat dengan depresi pada usia
lanjut.
 Komorbid dengan demensia.
FAKTOR-FAKTOR KONTRIBUTOR GANGGUAN TIDUR PADA
USIA LANJUT

 Perubahan irama sirkadian


 Gangguan tidur primer: SDB, PLMS
 Penyakit medis: hipertiroid, artritis, CHF
 Penyakit psikiatri: depresi, ansietas
 Polifarmasi
 Demensia
 Kebiasaan higiene tidur yang buruk.

Cohen-Zion, Sleep disorders. Hazzard’s Geriatric Medicine, 6th


ed. 2009
BERBAGAI GANGGUAN TIDUR PADA USIA
LANJUT
Gangguan Tidur Gambaran Klinis Metode Diagnostik
Sleep Apnu Berhenti bernapas sesaat selama tidur; Anamnesis: PF;PSG
mengantuk siang hari; mendengkur
keras; obesitas

Gerakan motorik; pacing malam hari.


Restless Legs Syndrome (RLS)
Kaki menendang saat tidur, terbangun Anamnesis
Periodic Limb Movement Disorder dari tidur, mengantuk siang hari
(PLMD)
Tampaknya bertind Tertidur & Polisomnografi
Gangguan Perilaku Tidur REM
terbangun dini
Fase Tidur Lanjut Insomnia
Kesulitan memulai dan menjaga untuk Anamnesis & PSG
tetap tidur. Anamnesis/ catatan tidur harian
(dengan aktigrafi)
Anamnesis/ catatan tidur harian
(dengan aktigrafi)
SLEEP DISORDERED BREATHING/ SDB

 Definisi:
SDB adalah hipopnu dan atau apnu saat tidur.

Terjadi berulang sepanjang malam , setiap


kalinya minimal 10 detik.

Indeks Apnu-Hipopnu/ AHI =


∑ Apnu-Hipopnu/ jam tidur.

Diagnosis klinis SDB: AHI >5.


EPIDEMIOLOGI SDB
 SDB >> usia lanjut drpd dewasa muda, panti rawat
werdha, demensia, hipertensi,

 Faktor risiko:
 IMT
 ↓ muscle tension
 Perubahan anatomi jalan napas
 kolaps jalan napas
 ↓ fungsi tiroid
 ↓ volume paru.
PATOFISIOLOGI SDB
 3 jenis peristiwa: sentral, obstruktif,
campuran.
 Kejadian sentral disebabkan oleh disfungsi
syaraf pernapasan.
 Kejadian obstruktif disebabkan oleh obstruksi
anatomi jalan napas atas.
 Kejadian campuran adalah kombinasi
komponen sentral dan obstruktif.
APNU TIDUR SENTRAL
 Apnu: terhentinya aliran udara ke paru selama
min 10 detik.
 Hipopnu: reduksi 30-50% aliran udara selama
min 10 detik.:
 ↓ dorongan bernapas
 Lesi batang otak bawah,
 Infark medula oblongata lateral
 Operasi servikal tinggi
 Ensefalitis yang melibatkan batang otak
 Ensefalopati anoksik
APNU TIDUR OBSTRUKTIF/
OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA/ OSA
 Obesitas
 Penyakit neuromuskular  otot faring posterior
 Penyakit moto-neuron
 Hipertrofi Adenotonsilar Memperburuk
 Sedatif OSA
 Kelelahan
 Stroke
 Trauma kepala
 Penyakit neurologi akut lainnya
 Penyakit paru
SINDROM APNU-HIPOPNU TIDUR OBSTRUKTIF
Malam Siang
Mendengkur Apnu Mengantuk
Tercekik Dispnu Fatigue
Gelisah Nokturia Nyeri kepal pagi hari
Diaforesis (>> keringat) Konsentrasi buruk
Refluks (tersedak) Drooling Libido menurun/ impoten
(ngeces) Atensi menurun
Depresi
Kecekatan fisik berkurang
Perubahan kepribadian
DIAGNOSIS SDB
Gejala:
 Mendengkur  pasien tidak sadar.
 Terbangun malam berulang
 Mengantuk siang hari yang berlebihan.

Pengkajian:
 Anamnesis riwayat tidur lengkap
 PF: tanda-tanda obstruksi jalan napas, IMT
 Penunjang: rekaman PSG
PERIODIC LIMB MOVEMENT DISORDERS/ PLMD GANGGUAN
GERAK EKSTREMITAS PERIODIK WAKTU TIDUR
 PLMD: gangguan gerak ekstremitas
periodik, hampir tiap 20-40 detik
sepanjang malam.
Gerakan-gerakan ini berlangsung sekitar
0,5-5 detik dan menyebabkan sering
terbangun singkat.

 Indeks Gerakan Ekstremitas Periodik/


PLMI =
∑ gerakan ekstremitas diikuti
terbangun/jam tidur.

Diagnosis klinis: PLMI > 5.


EPIDEMIOLOGI PLMS
 Prevalensi PLMS meningkat signifikan
dengan bertambahnya usia.
 45% : 5-6% pada dewasa muda.

Patofisiologi PLMS
 Disfungsi sistim dopamin  efek terapi
dengan agonis dopamin.
DIAGNOSIS PLMD
 Laboratorium PSG tidur  gerak
ekstremitas yang khas.
 PLMD Ringan: PLMI 5-24/jam
 PLMD Sedang: PLMI 25-49/jam
 PLMD Berat: PLMI ≥50/jam
RESTLESS LEGS SYNDROME/ RLS 
SINDROM TUNGKAI GELISAH
 Disestesia tungkai  rasa tidak enak berlebihan
terutama di kaki saat beristirahat malam.
Terdapat sensasi rasa serangga merayap atau seperti
peniti dan jarum yang membaik dengan sering
menggerakkan kaki.

Epidemiologi
Prevalensi meningkat pada usia lanjut, 10-35% pada usia
> 65 tahun, 2 x lebih banyak pada .
Mayoritas pasien RLS juga mengalami PLMS tapi hanya
¼ pasien PLMS juga RLS.
PATOFISIOLOGI RLS
 Disregulasi homeostasis besi  kadar feritin di
cairan serebrospinal lebih rendah.
 Dugaan mekanisme RLS  defisiensi besi (besi:
kofaktor sintesis enzim tirosin hidroksilasi pd
reseptor dopaminergik)  mengganggu
biosintesis dopamin.
 Kelainan lain yang menyertai: SSRIs, antidepresan
trisiklik, neuropati perifer, gagal ginjal, artritis
rematoid, dan gagal jantung kongestif.
DIAGNOSIS
 Diagnosis umumnya ditegakkan secara klinis.
 Sindrom RLS td 4 Kriteria:

Kriteria 1: gangguan sensorik ekstremitas bawah


Kriteria 2: kegelisahan motorik di ekstremitas
bawah.
Kriteria 3: gangguan lebih buruk waktu istirahat.
Kriteria 4: gejala lebih buruk waktu malam.
CIRCADIAN RHYTM DISORDERS/ GANGGUAN
TIDUR IRAMA SIRKADIAN
 Usia lanjut, beberapa faktor mempengaruhi irama
sirkadian sehingga irama tidur bangun lebih lemah
dan tidak terorganisir. Perubahan tersebut:
 1. degenerasi lambat Nukleus Supra Kiasmatik di
hipotalamus anterior,
 2. reduksi progresif sekresi melatonin endogen malam hari,
 3. berkurangnya sensitifitas kondisi eksternal atau
sensitifitas terhadap cahaya terang.

 Gangguan irama sirkadian disebut Sindrom Fase Tidur


Lanjut (Advanced Sleep Phase Syndrome/ ASPS).
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi ASPS sekitar 1% pada dewasa
muda. Meskipun prevalensinya meningkat
pada usia lanjut, persentase yang pasti
belum diketahui.
PATOFISIOLOGI
 Perubahan siklus tidur bangun disebabkan oleh:
 perubahan siklus suhu tubuh inti,
 berkurangnya pajanan cahaya, dan faktor lingkungan,
 genetik.
DIAGNOSIS ASPS
 Kelemahan irama sirkadian keseluruhan pada usia
lanjut  waktu terbangun malam hari.
 Keluhan tersering adalah rasa kantuk sore hari
dan terbangun terlalu dini di pagi hari.
 Serupa gejala insomnia menjaga tidur.
 Data riwayat tidur lengkap, minimal catatan
harian tidur selama 1-2 minggu.
REMSleep Behavior Disorder / RBD Gangguan Perilaku Tidur
REM
 Disinhibisi atoni otot rangka yang terdapat pada tidur REM  mimpi dapat dilakoni.
 Pasien sering dapat mengingat mimpinya setelah kejadian.

 RBD ditandai dengan mengigau, berjalan, bahkan makan sambil tidur, terutama pada
paruh kedua malam pada saat tidur REM.

 Epidemiologi
 Prevalensi RBD belum diketahui. Pria usia lanjut berisiko lebih tinggi
mengalami RBD.
PATOFISIOLOGI RBD
 Disfungsi batang otak yang bertanggung jawab terhadap supresi tonus
motorik selama tidur REM.

RBD akut berhubungan dengan:


 Anti depresan trisiklik
 Fluoksetin
 MAO Inhibitor
 Withdrawal dari alkohol atau sedatif.

RBD kronik berhubungan dengan:


Narkolepsi & gangguan neurodegeneratif lainnya seperti demensia &
Parkinson.
DIAGNOSIS RBD
 Riwayat tidur lengkap  aloanamnesis.
 PSG sepanjang malam simultan dengan
rekaman video perilaku tidur malam.
INSOMNIA
 Keluhan berkurangnya jumlah tidur dan atau
buruknya kualitas tidur.

 Jenis insomnia:
1. Sleep onset insomnia
2. Sleep maintenance insomnia  >>
3. Early morning insomnia  >>
4. Psychophysiological insomnia  berasosiasi dengan
gangguan psikiatrik.
JENIS INSOMNIA ~ LAMANYA
1. Insomnia transien: beberapa hari
2. Insomnia jangka pendek: beberapa minggu
3. Insomnia kronik: bbrp bulan-tahun
EPIDEMIOLOGI
INSOMNIA
 >> pada usia lanjut  40-50%.
 Insiden 5%.
 Wanita > pria.
PATOFISIOLOGI
INSOMNIA
 Multi faktor
 >> komorbid dengan kondisi medis,
psikiatris, atau psikososial atau sekunder
terhadap terapi kondisi-kondisi ini.
DIAGNOSIS
INSOMNIA
 Penilaian medis, psikiatri, dan penilaian tidur
menyeluruh serta evaluasi obat- obatan.
 Catatan harian tidur 1-2 minggu.
 Informasi karakteristik, onset, lama, dan beratnya
insomnia serta evaluasi faktor- faktor konstributor
gangguan tidur.
MEDIKASI & ZAT LAIN YANG BERKONTRIBUSI
TERHADAP INSOMNIA PADA USIA LANJUT

Zat Efek & Saran


Alkohol Induksi tidur, gangguan tidur selanjutnya.
Anticholinesterase inhibitor Β- Insomnia, mimpi yang mengganggu
bloker Perubahan fisiologi tidur. Mimpi yang
Kafein, dekongestan menakutkan
Efek stimulan
Karbadopa, levodopa Sarankan pasien tidak memakainya sore hari Mimpi
Kortikosteroid Diuretik yang menakutkan, insomnia
Nikotin Efek stimulan: agitasi. Berikan dosis sekecil mungkin
Fenitoin Nokturia  hindari pemberian sore/ malam hari
SSRIs Sarankan berhenti merokok.
Teofilin Hormon Insomnia sering
Tiroid Insomnia sering
Efek stimulan  ganti
dengan inhalasi
 Cek fungsi tiroid.
Wolkove N. Sleep and aging. CMAJ 2007;176(9)
Manajemen Insomnia

- Non
Farmakologi
- Farmakologi

Edinger JD, Means MK, Carney CE, Manber R.


Psychological and behavioral treatments for insomnia
II: implementation and specific populations. In:
Principles and practice of sleep medicine, 5th ed.
Kryger M, Roth T, Dement W, editors. Philadelphia:
Saunders, 2010; p. 884–904.
Manajemen Insomnia

Edinger JD, Means MK, Carney CE, Manber R.


Psychological and behavioral treatments for
insomnia II: implementation and specific
populations. In: Principles and practice of sleep
medicine, 5th ed. Kryger M, Roth T, Dement W,
editors. Philadelphia: Saunders, 2010; p. 884–904.
Manajemen Insomnia
CONTOH SLEEP DIARY/CATATAN
HARIAN TIDUR
Nama: .................... Tanggal ........... s/d
..................

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

1. Jam bangun tidur pagi? 08.00


2. Jam berapa tidur tadi malam? 24.00
3. Brp lama untuk bisa tertidur? 45 mnt
4. Berapa kali terbangun tadi
10,10,20 mnt
malam?
5. Berapa lama terbangunnya 6 jam 35 mnt
masing2? 1 gelas wine
6. Jumlah waktu tidur total
malam hari Tidak ada
7. Berapa banyak alkohol
diminum tadi malam?i (waktu &
dosis) 2 cappuccino, 1
8. Berapa banyak obat tidur, kaleng coke.
diminum tadi malam? (wkt &
dosis)
9.) Berapa banyak minum kafein
kemarin? (the, kopi, coke,
dsb)
Montgomery P, Sleep disorders in elderly people, In: Principles and Prcatice of Geriatric Medicine, 4th ed, 2006.
SLEEP DIARY
 Sleep Latency =
 Waktu naik ke tempat tidur & dapat tertidur

 Sleep Efficiency =
 Rasio waktu tidur terhadap waktu di tempat tidur
PEMERIKSAAN TIDUR
OBJEKTIF
1. Polisomnografi (PSG) di klinik tidur/ rumah
 first night effect (-):
 EEG
 Elektrookulogram
Hipnogram
 EMG

2. Aktigrafi  detektor gerakan ukuran jam tangan


membedakan tidur & bangun
 gangguan irama sirkadian.
INDIKASI PEMERIKSAAN TIDUR
OBJEKTIF
 Sleep Apnea
 Narkolepsi
 PLMS

 + bila REM RBD (Gangguan Perilaku Tidur


REM) klinis tidak jelas.
H. Frohnhofen et al, 2019
ALGORITMA GANGGUAN TIDUR DI
PERAWATAN KRONIK
Langkah 1
Deteksi
Apakah ada
gangguan tidur?

Langkah 2 Langkah 3 Hindari obat


hipnotik sampai
Apakah ada faktor risiko Tawarkan tindakan sementara
penilaian adekuat
gangguan tidur? untuk mengurangi gangguan
selesai
tidur

Evaluasi masalah tidur pasien


selama jadwal penilaian Langkah 4
periodik dan setiap saat ada Definisikan karakteristik ganggguan tidur
perubahan kondisi klinis dan identifikai penyebab2 yang mungkin
Langkah 4
Definisikan karakteristik
ganggguan tidur dan
Penilaian identifikai penyebab2
yang mungkin

Linformasi dan lakukan


observasi langsung Bedakan masalah
gangguan tidur
onset tidur dengan
pasienangkah 5
Kumpulkan menjaga tidur

Langkah 6
Evaluasi faktor lingkungan,
kebiasaan, dan perilaku yang
berkontribusi

Langkah 7
Evaluasi kondisi medis dan obat-
obat yang mungkin
berkontribusi
Langkah 8 Langkah 9 Langkah 10
Pertimbangkan apakah Buat kesimpulan hasil Berikan terapi
evaluasi oleh spesialis penilaian nonfarmakologis
gangguan tidur diperlukan?

Langkah 12 Langkah 11
Terapi Atasi kondisi medis yang menjadi Pertimbangkan lagi kebutuhan
penyebab gangguan tidur obat-obat yang dpt mengganggu
tidur

Langkah 13 Langkah 14
Resepkan obat, dikombinasi dg Monitor efektivitas
terapi nonfarmakologis intervensi terapi

Monitoring Langkah 15
Langkah 16
Monitor manajemen Pertahankan atau modifikasi
fasilitas gangguan tidur terapi berdasarkan respon
pasien
KESIMPULAN
 Pada usia lanjut terdapat perubahan pola tidur normal.
 Gangguan tidur kerap terjadi pada usia lanjut.
 Gangguan tidur tersering pada usia lanjut adalah insomnia.
 Perlu diidentifikasi faktor-faktor kontributor gangguan tidur pada
usia lanjut.
 Penting secara rutin ditanyakan langsung pada pasien & keluarga/
pramu rawat mengenai gangguan tidur karena seringkali terabaikan.
 Catatan harian tidur & anamnesis lengkap merupakan alat
diagnostik esensial.
 Pemeriksaan tidur obyektif diindikasikan pada kondisi tertentu.
CONTOH KASUS
NAMA PASIEN: BAPAK ALI USIA: 80 TAHUN

1. Susah tidur: Bapak Ali mengeluh kesulitan tidur pada malam


• Latar Belakang: Bapak Ali adalah seorang
hari. Dia sering memerlukan waktu yang lama untuk tertidur,
pria usia 80 tahun yang tinggal bersama istri
kadang-kadang membutuhkan lebih dari satu jam untuk
di rumah mereka. Dia memiliki riwayat
merasakan tidur.
kesehatan yang cukup baik dan aktif dalam
komunitas setempat. Namun, dalam beberapa 2. Terbangun sering: Setelah tidur, Bapak Ali sering terbangun
beberapa kali selama malam dan sulit untuk kembali tidur.
bulan terakhir, dia mulai mengalami
Kadang-kadang dia merasa harus bangun dari tempat tidur.
gangguan tidur yang signifikan.
3. Kualitas tidur buruk: Walaupun tidur beberapa jam, Bapak
Ali sering merasa lelah dan kurang segar saat bangun pagi.
4. Kualitas hidup menurun: Akibat kurang tidur, Bapak Ali
merasa kurang energi sepanjang hari dan tidak dapat
menikmati aktivitas yang biasa dia lakukan.
5. Perubahan mood: Gangguan tidur juga telah memengaruhi
suasana hati Bapak Ali, membuatnya menjadi lebih mudah
marah dan mudah tersinggung.
Penyebab: Ada beberapa faktor yang dapat Pendekatan Pengelolaan: Bapak Ali perlu
menyebabkan gangguan tidur pada Bapak Ali, berkonsultasi dengan dokter atau spesialis tidur
termasuk: untuk mengevaluasi penyebab gangguan tidur dan
1.Perubahan hormonal: Perubahan hormon yang merencanakan pengelolaannya. Beberapa
terjadi seiring bertambahnya usia dapat pendekatan yang mungkin dianjurkan meliputi:
memengaruhi pola tidur seseorang.
2.Kondisi medis: Kondisi medis seperti penyakit 1.Terapi perilaku tidur: Melakukan perubahan
jantung, diabetes, dan masalah prostat dapat dalam kebiasaan tidur dan lingkungan tidur untuk
berkontribusi pada gangguan tidur.
mempromosikan tidur yang lebih baik.
3.Obat-obatan: Beberapa obat yang digunakan 2.Evaluasi kesehatan: Dokter dapat melakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu
pemeriksaan kesehatan menyeluruh untuk mencari
dapat memengaruhi tidur.
penyakit yang mungkin memengaruhi tidur.
4.Perubahan gaya hidup: Perubahan pola tidur, 3.Pengelolaan obat-obatan:
aktivitas fisik yang kurang, dan perubahan
dalam rutinitas harian juga dapat berperan.

Anda mungkin juga menyukai