Anda di halaman 1dari 7

A R A N O M OR :

M D A L A M PERK I STRI
SA N HA K I R I S B AG I
KAJIAN PUT
U
P E M B A G IAN WA
0 1 0 T EN TA NG
M P ER S P EKTIF
16K/AG/2 N O N I S L A M DALA
BERAGAMA KUM
07 PENE M U A N H U

u kum
Penemuan H iatan
enotar
Magister K
Identifikasi Masalah :

Apa aliran penemuan Apa metode penemuan


hukum yang digunakan oleh hukum yang digunakan oleh
Hakim dalam perkara : 16 Hakim dalam perkara 16
K/AG/2010? K/AG/2010?
Kasus Posisi
Putusan Pengadilan
Agama Makassar Nomor:
732/Pdt .G/2008/PA juga
dikuatkan oleh putusan
Pengadilan Tinggi Agama
Makassar dengan
putusannya Nomor:
59/Pdt.G/2009/PTA.Mks
Pengadilan Agama
Ahli Waris Makassar

Mengabulkan Sebagian dari


permohonan, yaitu :
• memperoleh hak-haknya selaku
istri untuk mendapat bagian dari
harta peninggalan berupa wasiat
wajibah serta bagian harta
bersama sebagaimana
yurisprudensi Mahkamah Agung
dan sesuai rasa keadilan.

Mahkamah Agung
Aliran penemuan hukum yang digunakan oleh Hakim
dalam perkara : 16 K/AG/2010?
Perkembangan pertumbuhan ilmu hukum dan teori-teori hukum telah melahirkan berbagai aliran pemikiran tentang
penemuan hukum yang dapat diinvetarisasi ke dalam beberapa aliran. Dalam Perkara ini Hakim menggunakan aliran
penemuan hukum Begriffsjurisprudence yang digagas oleh Rudolf van Jhering. Aliran ini mengajarkan sekalipun benar
undang-undang itu tidak lengkap tetapi undang-undang dapat menutupi kekurangan-kekurangannya sendiri, karena
undang-undang memiliki daya meluas dan hukum sebagai sistem tertutup. Kekurangan undang-undang menurut aliran ini
hendaknya diisi oleh Hakim dengan penggunaan hukum-hukum logika sebagai dasar utamanya dan memperluas undang-
undang berdasarkan rasio sesuai dengan perkembangan teori hukum berupa sistem pengertian-pengertian hukum sebagai
tujuan bukan sebagai sarana sehingga Hakim dapat mewujudkan kepastian hukum.
dalam perkara ini Hakim menafsirkan isi Pasal 209 ayat (1) dan (2) KHI yang menyatakan bahwa :
(1) Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan Pasal 193 tersebut di atas,
sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya
1/3 dari harta wasiat anak angkatnya.
(2) Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta
warisan orang tua angkatnya.
Pengaturan wasiat wajibah dalam KHI secara eksplisit dipaparkan tersebut menunjukan bahwa ketentuan pemberian
wasiat wajibah dalam KHI hanya diperuntukan bagi anak angkat yang orang tua angkatnya meninggal dunia atau sebaliknya
diberikan kepada orang tua angkat yang anak angkatnya meninggal dunia. Sekalipun secara normatif telah ditentukan
demikian, namun dalam perkembangannya ternyata wasiat wajibah diberikan kepada pihak-pihak diluar anak angkat dan
orang tua angkat. Berdasarkan beberapa yurisprudensi Mahkamah Agung, ternyata wasiat wajibah juga diberikan kepada
ahli waris yang beragama non-Islam diantara lain Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 368.K/AG/1995 dan Putusan
Mahkamah Agung RI Nomor 51.K/AG/1999, seperti halnya dalam perkara ini. Hakim menyelaraskan undang-undang
dengan tuntutan jaman, dengan hal-hal yang konkret yang terjadi dalam masyarakat yang disesuaikan pada asas-asas
keadilan masyarakat.
Metode penemuan hukum yang digunakan oleh Hakim dalam
perkara 16 K/AG/2010?

Metode penemuan hukum yang digunakan oleh Hakim dalam memutKonstruksi hukum dalam bentuk
Argumentum a Fortiori atau Argumen peranalogian ini juga disebut dengan "analogi" yang dalam hukum
Islam dikenal dengan "qiyas". Konstruksi hukum model ini dipergunakan apabila hakim harus menjatuhkan
putusan dalam suatu konflik yang tidak tersedia peraturannya, tetapi peristiwa itu mirip dengan yang diatur
dalam undang-undang. Di sini hakim bersikap seperti pembentuk undang-undang yang mengetahui adanya
kekosongan hukum, akan melengkapi kekosongan itu dengan peraturan-peraturan yang serupa dengan
mencari unsur-unsur. Persamaannya dengan menggunakan penalaran pikiran secara analogi.
Majelis Hakim dalam perkara ini berpendapat bahwa apabila yang lainnya bisa diberi wasiat wajibah
seperti yang diberikan kepada anak angkat atau orang tua angkat yang dalam hukum Islam yang bukan
merupakan ahli waris atau tidak mempunyai hubungan darah sama sekali, apalagi terhadap seseorang yang
memiliki ikatan perkawinan dalam hal ini seorang istri, maka ia bisa dan dinyatakan berhak mendapatkan
wasiat wajibah. Majelis dalam putusannya menggunakan metode Analogi dalam menafsirkan Pasal 209 KHI
ini.us perkara ini yakni dengan metode Konstruksi.
Selain metode diatas, penulis juga berpendapat, Majelis Hakim menggunakan Teori Penafsiran Sosiologi
atau Teleologis. Metode ini menerapkan makna undang-undang berdasarkan tujuan kemasyarakatan. Di sini
hakim menafsirkan undang-undang sesuai dengan tujuan pembentuk undang-undang, titik beratnya adalah
pada tujuan undang-undang itu dibuat, bukan pada bunyi kata-katanya saja. Peraturan perundang-undangan
yang telah usang, disesuaikan penggunaannya dengan menghubungkan dengan kondisi dan situasi saat ini
atau situasi sosial yang baru.
Metode penemuan hukum yang digunakan oleh Hakim dalam
perkara 16 K/AG/2010?

Selain metode diatas, penulis juga berpendapat, Majelis Hakim menggunakan Teori Penafsiran Sosiologi
atau Teleologis. Metode ini menerapkan makna undang-undang berdasarkan tujuan kemasyarakatan. Di sini
hakim menafsirkan undang-undang sesuai dengan tujuan pembentuk undang-undang, titik beratnya adalah
pada tujuan undang-undang itu dibuat, bukan pada bunyi kata-katanya saja. Peraturan perundang-undangan
yang telah usang, disesuaikan penggunaannya dengan menghubungkan dengan kondisi dan situasi saat ini
atau situasi sosial yang baru.
Dapat dilihat dari Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama
dalam putusan Mahkamah Agung Nomor:16K/AG/2010 yaitu:
1. Bahwa perkawinan pewaris dengan Pemohon Kasasi sudah cukup lama yaitu 18 tahun, berarti cukup
lama pula Pemohon Kasasi mengabdikan diri pada pewaris, karena itu walaupun Pemohon Kasasi non
muslim layak dan adil untuk memperoleh hak-haknya selaku isteri untuk mendapat bagian dari harta
peninggalan berupa wasiat wajibah serta bagian harta bersama sebagaimana yurisprudensi Mahkamah
Agung dan sesuai rasa keadilan.
2. Bahwa persoalan kedudukan ahli waris non muslim sudah banyak dikaji oleh kalangan ulama
diantaranya ulama Yusuf Al Qaradawi, menafsirkan bahwa orang-orang non Islam yang hidup
berdampingan dengan damai tidak dapat dikategorikan kafir harbi, demikian halnya Pemohon Kasasi
bersama pewaris semasa hidup bergaul secara rukun damai meskipun berbeda keyakinan, karena itu
patut dan layak Pemohon Kasasi memperoleh bagian dari harta peninggalan pewaris berupa wasiat
wajibah.
KESIMPULAN
Hakim dalam memutus perkara ini melakukan pertimbangan tidak hanya
berdasarkan peraturan yang berlaku namun juga berlandaskan kepada
keseimbangan dan kemaslahatan umat. Dalam hal ini hakim mencoba
memenuhi rasa keadilan bagi para pihak tanpa memandang unsur agama,
sehingga putusan pada perkara ini tidak memberikan kerugian para pihak
akibat penerapan peraturan yang hanya spesifik berdasarkan agamayang
dianut. Ini sejalan dengan tugas hakim yaitu mengisi kekosongan hukum yang
timbul dimasyarakat guna terciptanya keadilan dan kenyaman di masyarakat.
Dalam Perkara ini Hakim menggunakan aliran penemuan hukum
Begriffsjurisprudence yang digagas oleh Rudolf van Jhering.
Hakim dalam memutus perkara ini menggunakan dua metode yaitu
Konstruksi hukum dalam bentuk Argumentum a Fortiori atau Argumen
peranalogian.

Anda mungkin juga menyukai