Anda di halaman 1dari 154

MODUL FIQH

MUAMALAH
‫َقاُلوْا َيا ُش َعْيُب َم ا َنْف َق ُه َك ِثًريا َّمِّما َتُقوُل‬
Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak
mengerti tentang apa yang kamu katakan itu (QS.
Huud : 91)
bahasa paham ; mengerti

PENGERTIAN hukum-hukum
FIQIH
syariah

amaliyah
istilah
yang diistimbath

dari dalil-dalilnya

yang tafshili
(HR Bukhari dalam al Ilmu 1/234 dan Muslim dalam al-Ilmu 16/223)

‫ِإَّن ا َال ْق ِب الِعْل ِاْنِت ا ا ْن ِز ِم الِع اِد‬


‫َهلل َي ُض َم َز ًع َي َت ُعُه َن َب‬
‫ا‬ ‫ال‬ ‫ِض‬ ‫ِب‬ ‫ْل‬‫ِع‬ ‫ال‬ ‫ِب‬ ‫ِك‬
‫َو َل ْن َيْق ُض َم َق ْب ُع َم َء‬
‫َل‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫َّنا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ِا‬
‫َح َّىت ِإَذاَمل ُيْبِق عَاِلًم ا َخَّتَذ ُس ُرُء ًس ُج َّه ًال‬
‫َفُس ِئُلوا َفَأْفَتْو ا ِبَغِرْي ِعْلٍم َفَض ُّلوا َو َأَض ُّلوا‬

ketika mereka ditanya tentang masalah agama


mereka berfatwa tanpa ilmu
akhirnya mereka sesat dan menyesatkan
URGENSI BELAJAR FIQIH

perintah Allah

kunci memahami Quran Sunnah

porsi terbesar ilmu keislaman

melahirkan kembali ulama

asas kebaikan umat

derajat mulia

ulama akan diikuti

menghilangkan perpecahan

melenyapkan ekstrimisme

meruntuhkan aliran sesat


‫‪َ ‬فَلْو َال َنَف َر ِم ن ُك ِّل ِفْر َقٍة ِّم ْنُه ْم َطآِئَف ٌة ِّلَيَتَف َّقُه وْا يِف الِّديِن‬
‫‪‬‬ ‫‪Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa‬‬
‫‪orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama (QS. At-‬‬
‫)‪Taubah : 122‬‬

‫َمْن ُيِر ْد الَّلُه ِبِه َخ ْيًر ا ُيَف ِّق ْهُه يِف الِّديِن‬
‫) ‪Orang yang Allah menghendaki kebaikan padanya, akan dipahamkan dalam agama (QS.‬‬

‫اَل َح َس َد ِإاَّل يِف اْثَنَتِنْي َر ُج ٌٍل آَتاُه الَّلُه َم ااًل َفُس ِّلَط َعَلى َه َلَك ِتِه يِف اَحْلِّق َو َر ُج ٌٍل آَت ُها‬
‫الَّلُه اِحْلْك َم َة َفُه َو َيْق ِض ي َهِبا َو ُيَعِّلُم َه ا‬

‫َه ْل َأَّتِبُعَك َعَلى َأْن ُتَعِّلَم يِن َّمِما ُعِّلْم َت ُر ْش ًد ا‬

‫َه َلَك اْلُم َتَنِّطُعوَن َقاَهَلا َثَالًثا‬


HUKUM FIQIH

wajib Dikerjakan berpahala ditinggalkan berdosa

sunnah Dikerjakan berpahala ditinggalkan tidak berdosa

mubah Dikerjakan tidak berpahala ditinggalkan tidak berdosa

makruh Dikerjakan tidak berdosa ditinggalkan berpahala

haram Dikerjakan berdosa ditinggalkan berpahala


proses terbentuknya hukum fiqih
budaya

zaman
quran
sumber realitas
peradaban
hukum kehidupan
sunnah
statis dinamis adat

FAHAM FAHAM hukum

ijtihad sosial

ULAMA KAIDAH

fiqih

wajib sunnah mubah makruh haram


PENGERTIAN & BIDANG KAJIAN FIQH MUAMALAH

ISLAM
ISLAMSEBAGAI
SEBAGAIJALAN
JALANHIDUP
HIDUP

ISLAM
“SYARIAH ISLAMIAH”

AQIDAH SYARIAH
AKHLAK
FIQH

“IBADAH DLM ARTI LUAS”

MUAMALAH IBADAH

“Efek Sosial”

HUKUM EKONOMI POLITIK SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN


PENGERTIAN & BIDANG
KAJIAN FIQH MUAMALAH
HUKUM

Hukum Publik Hukum Private

Hukum Hukum Hukum


Hukum Hukum Hukum Hukum Hukum Hukum
Internasional Keruangan Internasional
Pidana Konstitusi Administrasi Perdata Dagang Acara
umum Negara Khusus
PENGERTIAN & BIDANG
KAJIAN FIQH MUAMALAH
EKONOMI

Ekonomi Makro Ekonomi Int’n Finance


Mikro  Investasi
 Pertumbuhan Ekonomi  Perdagangan Luar negeri
 Produksi  Perbankan Syariah
 Kegiatan Ekonomi Pemerintah  Neraca Pembayaran
 Konsumsi  Lembaga Keuangan Syariah
 Uang  Kurs Valuta Asing
 Distribusi Non Bank
 Fiskal  Dll
 Pasar  Perusahaan
 Moneter  Koperasi
 Dll
 Keseimbangan Ekonomi  Baitul Maal
 Dll
Perbedaan Fiqh Ibadah dan Muamalah

Fiqh Ibadah ; Fiqh Muamalah ;


- Asal sesuatu haram - Asal sesuatu halal
- Kehati-hatian dlm fatwa - Kemudahan
- Tidak rasional
- Rasional
- Stagnan/ statis
- Berkembang
- Porsi ijtihad sedikit
- Porsi Ijtihad besar
Hukum asal Ibadah:
Segala sesuatunya dilarang dikerjakan, kecuali yang ada petunjuknya
dalam al-Qur’an atau sunnah

Hukum asal Muamalah:


Segala sesuatunya dibolehkan kecuali ada larangan dalam al-Qur’an
atau as-Sunnah
 PENGERTIAN MUAMALAH
Muamalah ; saling bertindak, saling berbuat, saling
mengamalkan.

 FIQH MUAMALAH ;
> Arti luas : aturan-aturan (hukum) Allah untuk
mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan
duniawi dalam pergaulan sosial
>>Arti Sempit: aturan-aturan Allah yang wajib ditaati
yang mengatur hubungan manusia dalam kaitannya
dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta
benda
PEMBAGIAN MUAMALAH

1. Muamalah Madiyah : muamalah yang mengkaji obyeknya ; benda yang halal,


haram dan syubhat untuk diperjualbelikan, benda-benda yang memadaratkan
dan benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia serta segi-segi yang
lainnya

2. Muamalah adabiyah : muamalah yang mengkaji subyeknya; ditinjau dari segi


tukar menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia yang unsur
penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban misalnya keridhaan kedua
belah pihak, ijab qabul, dusta, menipu dll
2. Muamalah adabiyah : muamalah yang
mengkaji subyeknya; ditinjau dari segi tukar
menukar benda yang bersumber dari panca
indra manusia yang unsur penegaknya
adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban
misalnya keridhaan kedua belah pihak, ijab
qabul, dusta, menipu dll
RUANG LINGKUP FIQH MUAMALAH

 Bersifat Madiyah ; al bai’ al-tijarah, al-rahn, kafalah dan


dlaman,hiwalah, taflis, al-hajru, al-syirkah, al-mudharabah,
al-ijarah, al-’ariyah, al-wadli’ah, al-luqathah, al-mujara’ah,
al-mukhabarah, ujrat al ‘amal, al-syuf’ah, al-ji’alah, al-
qismah, al-hibbah, al-ibra’, al-shulhu, beberapa masalah
mu’ashirah ; masalah bunga bank, asuransi, kredit dan
masalah-masalah baru lainnya
Korelasi Fiqh Muamalah
dengan Ekonomi Islam

 Ekonomi Islam lebih luas


 Fiqh muamalah adalah instrumen teknis
ekonomi Islam
• bersifat adabiyah ; ijab kabul, saling
meridhai, tidak ada keterpaksaan dari
salah satu pihak, hak dan kewajiban,
kejujuran pedagang, penipuan,
pemalsuan, penimbunan, dan segala
sesuatu yang bersumber dari indra
manusia yang ada kaitannya dengan
peredaran harta dalam hidup
bermasyarakat
KONSEP DASAR FIQH MUAMALAH

 Hukum asal dalam muamalah adalah


mubah (diperbolehkan)
 Konsep Fiqh Muamalah untuk mewujudkan
kemaslahatan
 Menetapkan harga yang kompetitif
 Meninggalkan intervensi yang dilarang
 Menghindari eksploitasi
 Memberikan kelenturan dan toleransi
 Jujur dan amanah
Prinsip Muamalah

1. Bolehnya segala bentuk usaha


2. Haramnya segala kezaliman dengan memakan harta secara
bathil, seperti : riba, ghasab, korupsi, monopoli,
penimbunan , dll
3. Jujur dan saling menasehati
4. Asas manfaat yang diakui syara’ dalam setiap akad
5. Tidak ada penipuan & manipulasi, MAGHRIB ( Maysir,
Ghoror, Riba )
6. Tidak melalaikan dan meninggalkan kewajiban atau
bertentangan dengan manhaj Allah
7. Asas akuntabilitas
Sumber Hukum Fiqh
Muamalah Maliyah
AL QURAN AL HADITS

Ijma
Qiyas
Sumber Hukum
NASH Fiqh Muamalah Maliyah
Ijtihad Istihsan
Istislah
‘Urf

PRIMER SEKUNDER
next
Sumber Hukum Fiqh
Muamalah Maliyah
PRIMER

Al QURAN ASSUNNAH IJMA QIYAS

 Nilai-nilai Ekonomi  Kesepakatan  Permasalahan ekonomi dan


 Penjelasan Al Qur’an
keluarga berkembang
 Hukum yg bersifat umum  Perinci Al Qur’an  Ijma’ Wilayah
 Hukum rinci yg mendasar  Penemu Hukum Ekonomi  Konferensi Fiqh Internasional  Al Qur’an & Hadits
terbatas Nashnya
 Rinciannya dalam :  Memberikan koridor & batas
 As sunnah  Adanya persamaan sebab dan
kegiatan ekonomi
 Ijtihad permasalahan hukum yang
 Memberi subtansi berkembang
 Melihat Konteks Periwayatan sunnah

next
‫نبذة عن نظـرية العـقـد فى الفقـه‬
‫اإلسالمي‬
‫‪Falsafah Akad‬‬
‫‪Dalam Fiqih Islam‬‬
DIENUL ISLAM ‫الدين اإلسالمي‬

QUR’AN & SUNNAH

Syariah

Aqidah Amaliyah Akhlaq


Tauhid : Risalah : •Hablumminallah
•Rububiyah •Ahkam
•Hablumminannas
•Uluhiyah
•Asma’ wa Sifat
•Qudwah
Fiqh •Hablumminal’alam

Ibadah Muamalah Munakahah Jinayah

Transaksi

AQAD
ISLAMIC LEGAL FRAMEWORK
Science of Qur’an THE QUR’AN & SUNNAH Source of Believe,
Law & Values
Science of Sunnah
Twin Sources (Aqidah, Syariah, Akhlaq)

USUL FIQIH Arabic Grammar


History of Islamic
Legal Development
Methodology And Lexicon

Understanding and Reasoning


Exercise of Esteemed Jurists
Comparative Study FIQIH Towards the Twin Sources
Of Fiqh Schools Al-Quran and As-Sunnah
Classic & Contemporary Out Put

Innovation of Products to
QAWAID FIQHIYAH Suit Modern Demand.
Basic Principle: Contracts
Guidelines & Milestones & Condition are Permissible
PEMENUHAN HUMAN NEEDS YANG ALAMIAH

Disajikan alam jagat raya Diberikan waktu


yang “tidak terbatas” WAHYU yang sangat terbatas
(Space Conscious) (Time Conscious)
‫القران والسنة‬

IQRA
Science & Technology

Proses Ekonomi

Proses Produksi Proses Konsumsi


Strive & Dynamic Moderate
Energetic, Innovative Self Restrains
Hard Worker ______________________________________
ARB/ANA/ANU/MUAMALAT INSTITUTE/0901
PRINSIP MUAMALAH MALIYAH
‫مبادئ المعاملة المالية‬

ALLAH TA’ALA
PEMILIK MUTLAK SEMUA HARTA
1 4
AL-MASALIH DAN AL-MAFASID
(‫ ال ضرر وال ضرار‬: ‫)قال الرسول‬

HALAL-HARAM DALAM MUTUAL FREE CONSENT


KEPEMILIKAN (OWNERSHIP)
2 5 )4/4 ‫عن تراض منكم (النساء‬

AL-INFAQ (SPENDING) MABRUR TRANSACTION


DAN AL-KASB (EARNING)
3 6 (BAI’ MABRUR)
‫األصـل فى األشـيآء اإلبـاحــة حتى‬
‫يـدل الـدلـيل على التحريم (األشباه‬
)1/33

Artinya: “Menurut ketentuan asal bahwa segala


sesuatu itu dibolehkan selagi belum ada dalil
yang mengharamkannya.”
(Imam Suyuthi, Al Asybah Wa an Nazair, 1/33)
‫األصــــل فى العــــقود والشـــروط ‪ :‬الجـــواز‬
‫والصــحة ‪ ،‬وال يحـرم منهـا ويـبطــل إال مـا دل‬
‫الشـــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــرع‬
‫على تحريــــــــــــــمه وإبــــــــــــــطاله (ابن‬
‫التيمية ‪،‬القواعد النورانية الفقهية ‪ ،‬ص‪)131‬‬
‫‪Artinya: Menurut ketentuan asal bahwa akad-akad dan syarat-syarat adalah‬‬
‫‪dibolehkan dan sahih; tidak ada yang diharamkan atau dianggap batal‬‬
‫‪kecuali apa-apa yang dinyatakan haram dan batal oleh Syariah.” (Ibnu‬‬
‫)‪Taymiyah, Qaidah Nuranniyah, 131‬‬
DIVISION OF MASLAHAH

Protection of Basic Five Principles


‫الضـروريات الخـمـس‬

Faith Life Intellect Lineage Property

PERSPECTIVE
1 PERSPECTIVE OF SYARIAH
CONSTANT & VARIABLE 4

2 PERSPECTIVE LEGAL FORCE FUNCTION OF MASLAHAH 5

FOUR BASIC PRINCIPLES


3 PERSPECTIVE ITS SCOPE (APPLICATION) 6
AKAD AKAD
menurut TUJUAN menurut KEABSAHANNYA

Tijari ‫تـجـاري‬ Fasid ‫فاسـد‬


Sahih ‫صحيح‬ (Voidable)
Dimasudkan untuk (Valid)
Mencari dan Mendapatkan Semua RUKUN
Keuntungan dimana Memenuhi semua terpenuhi, namun
RUKUN & SYARAT ada SYARAT yang
Rukun dan Syarat
telah terpenuhi Tidak dipenuhi

Tabarru’ ‫تـبـرع‬ Bathal


Bathal‫باطل‬
‫باطل‬
Dimasudkan untuk (Void)
)Void(
menolong dan murni Salah satu RUKUN tidak
Salah satu RUKUN tidak
semata-mata mengharap Terpenuhi, otomatis
Terpenuhi, otomatis
Ridha dan Pahala SYARAT-nya juga
SYARAT-nya juga
dari Allah Ta’ala Tidak terpenuhi
Tidak terpenuhi
AKAD AKAD
Dari sisi: PELAKSANAANYA Dari sisi: KEKUATANNYA

AKAD LAZIM
AKAD NAFIZ ‫عـقـد الزم‬
‫عـقـد نـافـذ‬ Salah seorang dari kedua pihak
Lengkap Rukun & Syarat dapat Tidak Memiliki hak fasakh tanpa
Langsung dieksekusi Persetujuan pihak lain
Con: Jual-beli, Ijarah, Muzaraah dst

AKAD MAUWQUF
‫عـقـد موقـوف‬ AKAD GHAYR LAZIM
Lengkap Rukunnya, namun ‫عـقـد غيـر الزم‬
Ada Syaraat yang terganggu Salah seorang dari kedua
,Seperti: tdk memenuhi legal capacity Belah pihak boleh memfasakh
,Tdk memiki otoritas Akad tanpa persetujuan
Ada hak orang lain pada objek .Pihak lainnya
Con: Wakalah, Wadiah, Ariyah dll
RUKUN AKAD ‫أركـان العـقـد‬

‘Aqidan Ma’qud ‘Alayh Sighat (Ijab & Qabul)


(Two Contracting Parties) (Subject Matters) (Offer and Acceptance)
Barang (Goods)
•Aqil (Sound Mind)
dan Harga (Price) •Jelas(Clarity)
•Baligh (Mature)
•Halal (Lawful) •Ijab & Qabul bersesuaian
•Mengerti konsekuensi
akad yang sedang •Jelas Jenisnya (Quality) (Corresponding)
•Jumlah (Quantity) •Ijab & Qabul bersambung
dilaksanakannya
•Niat (Intention)menurut •Waktu Penyerahannya (Connection)/Ittihad al-Majlis
sebagian Ulama (Time of Delivery)
•Berharga (Valuable)
•Dapat diserahterimakan

SYARAT RUKUN ‫شـروط األركـان‬


Terpenuhi Isi Kontrak
(Tahqiq al-Gharadh)
Hak Memilih (Khiyar)

Akad Fasad (Sifat rusak)


Pemutusan Kontrak
Kesepakatan pembatalan
BERAKHIRNYA (Faskh)
karena penyesalan (Iqalah)
KONTRAK
Tidak Terpenuhinya Kontrak
Kematian (al-Maut)
(Adam al-Tanfidh)

Kesepakatan kedua belah


Tidak Adanya Izin dari
pihak (Ittifaqy)
Yang berwenang (adam
al-Ijazah liman lahu al- Keputusan Pengadilan
wilayah) (Qadhai)

Pustus dg sendirinya Isi Kontrak Mustahil Terlaksana


(Infisakh) (Istihalah al-tanfidh)
MAJELIS (Hak Pilih Ketika Masih
Dalam Satu Majkis)

TA’YIN (hak menentukan barang


yang menjadi obyek jual-beli )

KHIYAR SYARTH (hak pilih yang


digantungkan pada syarat)

‘AIB (hak pilih ketika ditemukan


adanya cacat)

RU’YAH (hak pilih untuk melihat


obyek yang ketika terjadinya kontrak
pembeli belum bisa melihat )
JENIS-JENIS AKAD
MEMBERI MEMBERI
PERTUKARAN TITIPAN PERCAMPURAN
KEPERCAYAAN IZIN

JUAL BELI
WADIAH MUSYARAKAH KAFALAH WAKALAH
Perbandingan Harga (GUARANTEE)
Jual & Harga Beli
Musawamah Syarikah Amlak HIWALAH Mutlaqah
Tauliyah YAD AMANAH Amlak Jabr (Anjak Piutang)
Murabahah Amlak Ikhtiar
Muwadhaah Muqayyadah
YAD DHAMANAH Syarikah Uqud JU’ALAH
Berdasarkan Barang
(Imbalan)
Pengganti Inan
Muqayadhah Mufawadah
Mutlaq Wujuh
Sharf Abdan
Ijarah (Usufruct)

Waktu Penyerahan MUDHARABAH


Barang/Dana
Bai’ Bi Thaman Ajil MUZARA’AH
Bai’ Salam (Hasil Panen)
Bai’ Isthisna
Bai’ Istijrar
MUSAQAAT
(Hasil Panen)
AQAD-AQAD MUAMALAH MALIYAH
‫عـقـود المعاملة المالية‬

TIJARI TABARRU’
(Komersil) (Tolong menolong)

Amanah
Bai’ Syirkah Ijarah Ju’alah Wadiah
(Jual Beli) (Bagi Hasil) (Sewa) (Imbalan)
Dhamanah
Mutlaqah Benda
Bai’ Mutlaq Wakalah
Murabahah/BBA Mudharabah Ijarah
Kafalah
Salam Muqayyadah Jasa Hawalah
Isthisna Ijarah wa Iqtina Rahn
Musyarakah
Sharf Muzara’ah Qard

Musaqot
Wahyu Allah SWT :
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu” ( QS. Ar Rahmaan : 09)

Falsafah : Imam Ghazali dalam Al Arba’in fi Ushuluddin menegaskan wajibnya mengikuti Sunnah Nabi
secara menyeluruh demi merealisasikan Law of Balance (At-Tawaazun)

Maysir Tanpa akad/melalui permainan


Gharar Memakai akad namun tidak jelas
Riba Tambahan yang men-zhalim-i
Bathil Usaha-usaha maksiat

Bai’ al Mudhthar Harga dimainkan akibat emergency (eksploitasi)


Ikrah Harga dimainkan dg tekanan/paksaan
Ghabn Over Pricing

Najash Permainan harga melalui berpura-pura menawar


Ihtikar Permainan harga dengan cara menimbun
Ghish Menyembunyikan informasi tentang barang/jasa
Tadlis Mengambil keuntungan dg cara mencampur aduk
MAYSIR ‫الميسر‬
Semua bentuk perpidahan harta ataupun barang
dari satu pihak kepada pihak lain tanpa melalui
jalur akad yang telah digariskan Syariah, namun
perpindahan itu terjadi melalui permainan, seperti
taruhan uang pada permainan kartu,
pertandingan sepak bola, pacuan kuda, pacuan
greyhound dan seumpamanya.
Mengapa dilarang? Karena (1) permainan bukan
cara untuk mendapatkan harta/keuntungan (2)
menghilangkan keredhaan dan menimbulkan
kebencian/dendam (3) tidak sesuai dengan fitrah
insani yang berakal dan disuruh bekerja untuk
dunia dan akhirat.
GHARAR ‫الغــرر‬
Sesuatu yang tidak jelas dan tidak dapat dijamin atau
dipastikan kewujudannya secara matematis dan rasional
baik itu menyangkut barang (goods), harga (price) ataupun
waktu pembayaran uang/penyerahan barang (time of
delivery).
Contohnya: jual beli mangga yang masih pentil dan berada di
pohonnya, karena pihak pembeli tidak dapat memastikan
berapa banyak buah mangga masak yang nanti berhasil di
panennya dan kapan buah-buah tersebut dapat di panen.
Juga: masuk ke kolam pancing dengan membayar sejumlah
uang tertentu yang tidak jelas peruntukannya, apakah
bayaran atas servis tempat atau juga untuk ikan yang
berhasil ditangkap si pemancing.
Kecuali bila hal itu semua dijelaskan secara rinci di muka.
RIBA ‫الربــا‬
Riba: Pertukaran sesama barang ribawi dengan
kadar yang berbeda. Perbedaan itulah yang
disebut riba.

Akad pinjam meminjam dimana si pemilik dana


memberi syarat kepada si peminjam untuk
membayar lebih dari jumlah uang yang
dipinjamkan, sehingga dengan cara ini si pemilik
dana dapat menangguk tambahan uang atas dana
yang dipinjamkan tanpa harus bersusah payah
berniaga untuk mendapat keuntungan atau
bekerja untuk mendapatkan upah.

Unsur pemerasan dan ketidak adilan sangat jelas


dapat dilihat dan dirasakan dalam akad pinjam
meminjam ribawi ini.
BATHIL ‫الباطـل‬
Akad jual beli ataupun kemitraan untuk
mendapatkan keuntungan ataupun penghasilan,
namun barang yang diperdagangkan ataupun
projek yang dikerjakan adalah jenis barang atau
kegiatan yang bertentangan dengan prinsip-
prinsip Syariah seperti kemitraan untuk
memproduksi narkotika yang dipasarkan untuk
umum ataupun mendirikan usaha casino atau
cabaret tempat dansa-dansi.

Meski transaksinya melengkapi semua rukun dan


syarat, namun tetap dinyatakan tidak sah secara
hukum dan agama (diyanatan wa Qadaan).
‫ديـانـة وقـضـاء‬
GHABN ‫الغـبن‬
Ghabn: adalah dimana si penjual memberikan
tawaran harga diatas rata-rata harga pasar
(market price) tanpa disadari olehpihak pembeli.
Ghabn ada dua jenis yakni: Ghabn Qalil
(Negligible) dan Ghabn Fahish (Excessive). Ghabn
Qalil: adalah jenis perbedaan harga barang yang
tidak terlalu jauh antara harga pasar dan harga
penawaran dan masih dalam kategori yang dapat
dimaklumi oleh pihak pembeli. Ghabn Fahish
adalah perbedaan harga penawaran dan harga
pasar yang cukup jauh bedanya.

Dr. Anas az Zarqa mengatakan: 5% untuk barang


keperluan harian, 10% untuk harga hewan ternak
dan 20% untuk harga property (rumah dan
bangunan).
NAJASH ‫النـجـش‬
Dimana sekelompok orang bersepakat dan
bertindak secara berpura-pura menawar barang
dipasar dengan tujuan untuk menjebak orang
lain agar ikut dalam proses tawar menawar
tersebut sehingga orang ketiga ini akhirnya
membeli barang dengan harga yang jauh lebih
mahal dari harga sebenarnya.
Larangan Rasul saw: “..Janganlah kamu meminang
seorang gadis yang telah dipinang saudaramu,
dan jangan menawar barang yang sedang dalam
penawaran saudaramu; dan janganlah kamu
bertindak berpura-pura menawar untuk
menaikkan harga..”
IKRAH ‫اإلكـراه‬
Segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak
untuk melakukan suatu akad tertentu sehingga menghapus
komponen mutual free consent. Jenis pemaksaan dapat
berupa acaman fisik atau memanfaatkan keadaan
seseorang yang sedang butuh atau the state of emergency.

Imam Ibnu Taimiyah ra mengatakan bahwa dalam keadaan


darurat (state of emergency) seseorang yang memilik stock
barang yang dibutuhkan orang banyak harus diperintahkan
untuk menjualnya dengan harga pasar, jika dia enggan
melakukannya pihak berkuasa dapat memaksanya untuk
melakukan hal tersebut demi menyelamatkan nyawa orang
banyak. (Majmu al Fatawa, vol. 29 hal.300).
IHTIKAR ‫اإلحـتـكـار‬
Adalah menumpuk-numpuk barang ataupun jasa
yang diperlukan masyarakat dan kemudian si
pelaku mengeluarkannya sedikit-sedikit dengan
harga jual yang lebih mahal dari harga biasanya
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
lebih cepat dan banyak. Para ulama tidak
membatasi jenis barang dan jasa yang ditumpuk
tersebut asalkan itu termasuk dalam kebutuhan
essential, maka Ihtikar adalah dilarang.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang
menimbun (barang & jasa kebutuhan pokok)
maka telah melakukan suatu kesalahan.”
GHISH ‫الغـش‬

Withholding Relevant Information. Menyembunyikan fakta-


fakta yang seharusnya diketahui oleh pihak yang terkait
dalam akad sehingga mereka dapat melakukan kehati-
hatian (prudent) dalam melindungi kepentingannya
sebelum terjadi transaksi yang mengikat.
Dalam Common Law akad seperti ini dikenal dengan
sebutan Akad Uberrime Fidae Contract dimana semua
jenis informasi yang seharusnya diketahui oleh pelanggan
sama sekali tidak boleh disembunyikan. Jika ada salah
satu informasi berkenaan dengan subject matter akad
tidak disampaikan, maka pihak pembeli dapat memilih
opsi membatalkan transaksi tersebut.
BAY’ AL MUDTARR ‫بـيـع المـضـطـر‬
Adalah jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak
dalam keadaan sangat memerlukan (in the state of
emergency) sehingga sangat mungkin terjadi eksploitasi
oleh pihak yang kuat sehingga terjadi transaksi yang hanya
menguntungkan sebelah pihak dan merugikan pihak
lainnya.

Jual butuh: adalah merupakan contoh klasik yang sering


terjadi di tengah-tengah masyarakat sehingga pihak penjual
– karena sangat memerlukan uang cash – terpaksa harus
menjual asetnya dengan harga yang jauh dari harga pasar.
Sangat dikuatirkan bahwa unsur kerelaan dalam transaksi
seperti ini tidak wujud pada pihak penjual sehingga tidak
mencerminkan transaksi ‘An Taradin Minkum’ ‫عن تراض منكم‬
yang sesuai dengan prinsip Syariah.
TADLIS ‫التدليس‬
Tadlis: adalah tindakan seorang peniaga yang sengaja
mencampur barang yang berkualitas baik dengan
barang yang sama berkualitas buruk demi untuk
memberatkan timbangan dan mendapat keuntungan
lebih banyak

Tindakan “oplos” yang hari ini banyak dilakukan


termasuk kedalam kategori tindakan tadlis ini.

Rasullah saw sering melakukan ‘inspeksi mendadak’ ke


pasar-pasar untuk memastikan kejujuran para pelaku
pasar dan menghindari konsumen dari kerugian.
JUAL BELI YANG DILARANG DALAM ISLAM
(Fiqh Islami Wa Adillatuh, vol.4, p.500)

1. Sebab Legal Capacity: (Baligh, Aqil, Free Consent, Legally Permitted)


(a). Bay’ al Majnun (Jual Beli Orang Gila, Pingsan, Mabuk dan Sedang Fly
karena obat narkotika)
(b). Bay’ al Shabiy (Jual Beli Anak Kecil yang belum Mumayyiz/Minor. Tidak
Sah menurut Syafii dan Maliki dan Mauquf menurut Hanafi. Sesuai keterangan
Surah an-Nisa 4:6)
(c). Bay’ al A’ma (Jual Beli Orang Buta. Hukumnya Sah menurut Jumhur jika
objek disebut dengan sempurna karena dianggap dinaggap sudah ada ridho;
tidak Sah menurut Syafii karena tidak dapat membedakan antara yang baik
dengan yang buruk, maka seolah objek transaksi majhul).
(d). Bay’ al Mukrah (Jual Beli Orang Terpaksa atau dipaksa. Menurut Hanafi
Mauquf; dan tidak mengikat menurut Maliki sehingga dia (penjual/pembeli)
memiliki hak Khiyar untuk membatalkan ataupun meneruskan transaksi).
(e). Bay’ al Fuduli (Jual Beli Wakil Secara Lebih; Hukumnya Sahih Mauquf atas
izin pemilik sebenarnya menurut pendapat Maliki dan Hanafi; Sayafii dan
Hanbali mengatakan tidak sah, karena dia bukan sebagai pemilik sebenarnya
dan tidak sah seseorang menjual sesuatu yang bukan miliknya).
(f). Bay’ al Mahjur ‘Alayh (Jual Beli Orang Sakit, Muflis, Safih)
(g). Bay’ al Mulja (Jual Beli Orang yang takut hartanya dirampas orang).
Macam-Macam Bay’ al Gharar al Fahish
1. Sukar diserahterimakan. Onta yang melarikan diri; jual janin tanpa menjual
induknya; jual beli habl al hablah janin yang belum dilahirkan dan madhamin
yaitu jual beli anak yang masih dalam benih induk pejantannya.
2. Tidak diketahui harga atau barangnya. Saya jual kepada anda barang yang
ada dalam karung ini.
3. Tidak diketahui sifat barangnya. Saya jual salah satu baju yang ada di rumah
saya.
4. Kualitas barang dan kuantitas harga tidak jelas. Saya membeli barang ini
dengan harga sekarang.
5. Tidak diketahui tempo pelaksanaannya. Saya jual kepada anda barang ini
jika Zayid telah datang.
6. Dua penjualan dalam satu penjualan. Menjual satu barang dengan salah satu
dari dua harga. Saya jual baju ini Rp100,- kontan atau Rp200,- tangguh,
kemudian serta merta transaksi itu mengikat tanpa pilihan salah satu dari
keduanya.
7. Jual beli dari seseorang yang tidak dapat dijamin keselamatannya, seperti
dari orang sakit yang dalam pertandingan.
8. Bay’ al Hasha’ yakni jual beli tongkat yang ditangan, jika jatuh maka jual
beli mengikat.
9. Bay’ al Munabazah. Saling melempar pakaian antara A dan B, ketika barang
dilempar maka jual beli mengikat.
10. Bay al Mulamasah. Mana barang yang disentuh, maka terjadi jual beli
2. Sebab “SHIGHAT”
a. Bay’ al Mu’athot=Ambil Bayar (Cash and Carry)
b. Bay’ Bil Murasalah atau Rasul=Melalui Surat atau Agent
c. Jual Beli Orang Bisu melalui isyarat yang dimengerti
d. Jual Beli dengan orang yang absen dari majlis aqad
e. Jual Beli yang tidak sesuai dengan ijab-qabul

3. Sebab “MA’QUD ‘ALAYH”


a. Bay’ al Ma’dum: Madhamin, Malaqih, Habl Hablah
b. Bay’ Ma’juz al Taslim (Sukar diserah terimakan): burung di udara; ikan dlm air
c. Bay’ al Kali bil Kali (Bay’ al Dayn Nasiatan)
d. Bay’ al Gharar Ghayr al Yasir (al Fahish)
e. Jual beli Najis atau Mutanajjis
f. Jual beli air. Sah yang dimiliki dan berada dalam tempat terpelihara. Zahiriah:
jual beli air sama sekali tidak dibolehkan
g. Bay’ al Majhul. Jahalah Fahishah dalam objek, harta waktu penyerahan
h. Jual beli objek yang tidak ada di majlis akad atau tidak dapat dilihat.
Pembeli memiliki hak khiyar al ru’yah. Jual beli dengan menyebut sifat
ada lima syarat:
(1). Objek berada terlalu jauh seperti Andalusia atau Afrika
(2). Objek berada terlalu dekat dengan pihak bertransaksi
(3). Penyebut sifat barang harus orang lain bukan penjual
(4). Semua sifat yang berhubungan dengan barang harus disebut
(5). Penjual tidak boleh meminta pembayaran kontan kecuali jika objeknya pasti
tidak ada berubah seperti tanah dan bangunan. Jika sifat-sifat ternyata sesuai
dengan objeknya, maka transaksi mengikat dan jika tidak pembeli memiliki
hak khiyar.
i. Jual sesuatu yang belum diterima (di pegang tangan). Sesuatu yang dapat
dipindahkan tidak sah dijual sebelum diterima tangan.
j. Jual Buah atau Tanaman yang belum tampak atau tumbuh karena masuk
dalam kategori ma’dum. Apabila sudah tampak atau tumbuh namun dengan
syarat dibiarkan sampai masak atau besar, maka tidak sah dan fasid menurut
Hanafi, batil menurut jumhur. Apabila langsung dipetik atau dituai, maka sah
menurut ijma ulama.
Bila buah sudah masak, maka boleh jual belinya meski tidak langsung dipetik.
4. Jual Beli Dilarang: Karena Sifat, Syarat atau Larangan Syariat.
(1). Jual Beli ‘Urbun (Dengan Uang Muka). Jika tidak terjadi transaksi, maka
uang muka tidak akan dikembalikan kepada calon pembeli. Fasid menurut
Hanafi; Batil menurut Syafii dan Maliki. Jika uang muka dikembalikan,
maka boleh menurut jumhur.
(2). Jual Beli ‘Aynah. Yaitu dua pihak yang seolah melakukan jual beli,
namun sebenarnya hanya untuk mendapatkan “uang cash” bagi pihak
pertama, dan “tambahan pengembalian” bagi pihak kedua, bukan tujuan
untuk mendapatkan barang (objek transaksi).
(3). Jual Beli Ribawi, Baik Riba Nasiah ataupun Riba Fadl
(4). Jual Beli Barnag Haram seperti Khamar, Khinzir, Bangkai, Patung dan
seumpamanya karena larangan Rasulullah saw dalam hadis riwayat Imam
Bukhari.
(5) Jual Beli Orang Kota dengan Orang Pedalaman yang belum mengetahui
keadaan harga barang di kota. Larangan Nabi saw: “Biarkanlah orang
melakukan transaksi jual beli dengan bebas, sehingga memberikan rizki
kepada sebagian mereka melalui sebagian yang lain.” (Naylul Awtar,
5/164).
(6). Talaqqi al-Rukban.
Menjumpai rombongan atau kafilah pembawa barang perniagaan dan membelinya di tengah jalan
sebelum sampai di pasar. Hak ini dilarang Rasulullah saw, sesuai sabdanya: “Janganlah kalian menjumpai
rombongan di tengah jalan dan membeli barang mereka, dan janganlah pula orang kota memborong
barang dari orang pedalaman (sebelum sampai di pasar).” (Naylul Awtar, 5/164).
Larangan ini tidaklah menjadikan transaksi yang terjadi hukumnya fasad, karena bisa menjadi sah jika sudah
dilakukan khiyar al-ghabn, seperti dilanjutkan Rasul saw dalam hadisnya: “..Maka pemilik barang dalam
transaksi tersebut berhak mendapatkan khiyar (opsi) jika mereka telah sampai di pasar.”

(7). Jual beli Haadirun Libadin : Jual beli dimana datang membawa barang yang ingin dijual dengan harga
cash, kemudian datang orang untuk membeli dengan harga yang lebih tinggi tetapi dengan harga kredit.
(8) Jual beli Muzabanah : Jual beli barang yang masih basah ditukar dengan yang kering dengan timbangan
dan takaran yang sama. Contoh : jual kurma basah dengan kurma kering dengan timbangan yang sama.
(9) Jual Beli An-Najash.
Dengan kesepakan penjual, seseorang menawar harga barang yang didisplay dengan harga lebih tinggi
untuk menjebak pihak ketiga yang berada di sekitar tempat tersebut sehingga penjual akan mendapat
margin yang lebih tinggi. Hukumnya, menurut jumhur ulama, adalah sah namun penjualnya berdosa dan
pihak pembeli berhak mendapatkan hak khiyar al-ghabn.
Adapun jual beli MUzayadah (Lelang) secara terus terang adalah dibolehkan, karena tidak ada pihak yang
dijebak dan dirugikan.

(10). Jual Beli Waktu Azan Jumat Dikumandangkan.


Hukumnya Makruh Tahrim menurut Hanafi dan Sahih namun Haram menurut Syafii. Batal (Fasakh)
menurut Maliki; Tidak Sah menurut Hanbali.

(11). Jual Anggur Untuk Diproduksi Jadi Minuman Keras.


Hukumnya sahih makruh sepanjang memenuhi rukun dan syaratnya, namun pelakunya berdosa karena
nawaitu yang salah. Contoh lain: menjual senjata yang akan digunakan untuk mencelakakan orang lain;
menjual jaring untuk menangkap hewan di tanah haram waktu haji; menjual kayu untuk dijadikan sebagai
patung atau benda permainan lainnya yang tidak bermanfaat.
(12). Jual Beli Ibu (Induk) dipisahkan dari anaknya yang masih kecil.
Larangan Rasulullah saw untuk menjual ibu (hamba sahaya) secara dipisahkan dari
putra atau putrinya yang masih kecil. Rasul saw bersabda: “Barangsiapa yang
memisahkan antara ibu dengan anaknya, maka Allah akan pisahkan dia dari
kekasihnya pada hari kiamat.” (HR Ahmad dan Tirmizi dari Abu Ayyub ra/Naylul
Awtar, 5/161).

(13). Jual Beli atas belian orang lain.


Misalnya sudah terjadi transaksi jual beli yang mengandung hak khiyar untuk pembeli,
kemudian dalam masa khiyar tersebut datang orang ketiga dan berkata kepada
pembeli: “batalkan transaksi anda, dan saya akan menjual barang serupa dengan
harga yang lebih murah; atau dengan barang yang lebih baik” Atau Pembelian atas
Pembelian. Orang ketiga datang kepada penjual dan berkata: “Batalkan transaksi
anda dengan orang kedua, dan saya akan membeli dengan harga yang lebih tinggi.
Atau Penawaran atas Penawaran, meskipun kedua belah pihak belum melakukan
akan.
Hukumnya adalah haram dan yang melakukannya menanggung dosa karena larangan
Nabi saw: “Janganlah kamu membeli atas belian saudaramu.” (HR Ahmad dari Ibnu
Umar ra/Naylul Awtar, 5/167).
(14). Jual Beli Bersyarat.
Jual beli fasid hukumnya jika disertai dengan syarat fasid pula dan syarat tersebut tidak
sejalan dengan tuntutan akad dan tidak dianjurkan syariat, juga tidak biasa
dilakukan orang, namun syarat tersebut hanya memberi manfaat untuk salah satu
pihak saja. Contoh seseorang membeli bahan kain dengan syarat dijahitkan oleh
penjual menjadi baju.
(15). Mengumpulkan Akad Jual Beli dengan salah satu dari enam akad berikut: Ju’alah,
Sharf, Musaqat, Syarikat, Nikah dan Qiradh (Mudharabah).
Riba
Riba
“Riba” dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya tambahan.
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan
dari harta pokok (modal) secara bathil.

Pertukaran sesama barang ribawi dengan kadar yang berbeda


melahirkan riba.

Terdapat perbedaan pendapat dalam menjelaskan riba. Secara umum Riba


adalah penambahan terhadap hutang. Maknanya: Setiap penambahan
pada hutang baik kwalitas ataupun kwantitas, baik banyak ataupun
sedikit, adalah riba yang diharamkan.

Landasannya Al Quran Surat An-Nisa ( 4 ) ayat 29 yang berarti :


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil”.

Adapun yang dimaksud dengan jalan yang bathil dalam hal ini yaitu
pengambilan tambahan dari modal pokok tanpa ada imbalan pengganti
(kompensasi) yang dapat dibenarkan oleh Syar’ie.
Gambaran Terjadinya Riba

Jenis Transaksi

Jual Beli Pinjaman

Beli Jual Kelebiha Ket. Pinjam Kembali Kelebiha Ket.


n n

100.000 120.00 20.000 Laba 100.00 120.00 20.000 Riba


0 0 0
Jenis-jenis
Riba
Riba
1. Secara garis besar Riba terbagi kepada dua
bagian, yaitu: Riba Hutang Piutang dan Riba Jual
Beli.

1. Riba Hutang Piutang

1. Riba Qord ‫القرض ربا‬


2. Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berhutang (Muqtaridh)

3. Riba Jahiliyyah ‫الجاهلية ربا‬


4. Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam
tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang
ditetapkan
Jenis-jenis
Riba
Riba
 Riba Jual Beli

 Riba Fadhl ‫الفضل ربا‬

 Pertukaran antar barang-barang sejenis dengan


kadar/takaran yang berbeda dan barang yang
dipertukarkan termsuk dalam jenis “barang ribawi”.

 Riba Nasi’ah ‫النسيئة ربا‬

 Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis


barang ribawi dengan jenis barang ribawi lainnya.
ILLAT(‫( )عـلة‬Alasan) Pelarangan Riba
Menurut Berbagai Madzhab
Para Fuqoha sepakat bahwa riba diharamkan pada 7 barang yaitu emas, perak, burr, sya’ir, korma, anggur
kering, dan garam. Namun mereka berselisih di luar dari tujuh barang tersebut.
Persoala Hanafi Maliki Syafi’i Hambali
n
Riba Kadar (ditimbang Sebagai bahan Untuk emas dan Sebagian
Fadhl atau ditakar) dan makanan. Untuk perak karena pengikutnya
kesatuan jenis emas dan perak tsumuniyyah. Untuk berpendapat
karena lainnya karena seperti Hanafi.
tsumuniyyah berfungsi sebagai sebagian lagi
sebagai pematok bahan makanan, seperti pendapat
harga barang- buah-buahan dan Syafi’iyah. dan
barang. untuk obat-obatan. sebagian lagi
berkata selain dari
emas dan perak,
illatnya karena
dapat dimakan.
Riba Salah satu dari Dapat dimakan Tsumuniyah Sama
Nasi’ah dua illat riba fadhl
Barang Lebih dari tujuh, Lebih dari tujuh Lebih dari tujuh Lebih dari tujuh
Ribawi asal dapat asal dapat asal sebagai
ditimbang, ditakar disimpan dan makanan dan
atau kesatuan dimakan. berfungsi sebagai
Perbedaan
Bunga
Antara

dan Bagi Hasil

 Penentuan tingkat suku bunga dibuat pada  Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
waktu akad dengan pedoman harus selalu pada waktu akad dengan berpedoman pada
untung kemungkinan untung rugi.

 Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah  Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada


Bunga
Bunga
uang (modal) yang dipinjamkan.

Pembayaran bunga tetap seperti yang


jumlah keuntungan yang diperoleh

 Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek


dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan sekiranya itu tidak
yang dijalankan oleh pihak nasabah untung mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
atau rugi. ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
Bagi
Bagi Hasil
 
sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau
keadaan ekonomi sedang “booming”.

Hasil
dengan peningkatan jumlah pendapatan.

Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi


 Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak hasil.
dikecam) oleh semua agama termasuk Islam.

9 Alasan

Yang Mengatakan Interest


Bukan Riba
Dalam keadaan-keadaan darurat sesuatu yang dilarang dibolehkan guna
menyelamatkan nyawa

 Hanya bunga yang berlipatganda saja yang dilarang, adapun suku bunga
yang wajar dan tidak menzalimi diperkenankan

 Bunga diberikan sebagai ganti rugi (opportunity cost) atas hilangnya


kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pengolahan dana tersebut

 Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan bunganya


dilarang adapun yang produktif tidak demikian

 Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-barang


lainnya oleh karena itu dapat disewakan dan diambil upah atasnya
9
Alasan
Yang Mengatakan Interest
Bukan Riba
 Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang
mengakibatkan menyusutnya nilai uang
 Bunga diberikan atas dasar abstinence

 Sejumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih


tinggi dari jumlah yang sama pada suatu masa nanti. Oleh
karena itu bunga diberikan untuk mengimbangi penurunan nilai
ini

 Bank, demikian juga Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)


sebagai lembaga hukum tidak termasuk teritorial hukum taklif
Diskusi
Diskusi

( 1 ) Darurat
99 Alasan
Alasan
 Pembahasan yang jelas akan pengertian darurat yang dinyatakan
oleh syara dan bukan pengertian sehari-hari akan istilah ini

 Pembatasan yang pasti akan pengambilan dispensasi darurat ini,


sesuai dengan metodologi usul fiqh. Terutama penerapan Al
Qawaid Al Fiqhiah seputar kadar darurat.
Diskusi
Diskusi
99 Alasan
Alasan
( 2 ) Berlipat Ganda
Pemahaman kembali surat Ali Imran 130 secara
cermat, mengkaitkannya dengan spirit ayat-
ayat riba lainnya secara komprehensif,
demikian juga fase-fase pelarangan riba secara
menyeluruh

Memahami secara mendalam makna mafhum


mukhalafah dalam pemahaman teks-teks
Qur’an & Sunnah, jenis-jenisnya, serta syarat-
syarat pengambilan hukum daripadanya.
Diskusi
Diskusi

( 3 ) Opportunity Cost
99 Alasan
Alasan
Menghilangkan asumsi sepihak dalam urusan Ganti
Rugi dimana deposan secara dimuka mengharuskan
keuntungan minimal dalam proyek debitur (paling
minimal sama dengan suku bunga) Dimana hal ini
tidak demikian manakala si deposan yaitu menangani
sendiri proyeknya yaitu kemungkinan untung rugi
dalam usaha

Tidak menghilangkan kesempatan untuk


mendapatkan keuntungan dari proyek dengan prinsip
bagi hasil
Diskusi
Diskusi

( 4 ) Konsumtif - Produktif
99 Alasan
Alasan
 Dapat dipastikan bahwa imbalan produksi marginal dari
dana senantiasa lebih besar dari suku bunga

 Dapatkah dipertahankan bahwa bentuk-bentuk kredit di


jaman pra Islam adalah seluruhnya konsumtif mengingat
luasnya jaringan perdagangan Arab dengan India dan Cina,
yang memerlukan suplai produksi yang memadai dimana
kredit untuk tujuan tersebut adalah suatu persyaratan
utama
Diskusi
Diskusi
99 Alasan
Alasan
( 5 ) Uang sebagai komoditi
 Memahami sifat-sifat khusus yang dimiliki uang dan kemungkinan
penyamaannya dengan komoditi lain terutama kepercayaan
masyarakat kepadanya dan daya tukar yang dimilikinya serta sanksi
hukum atas penolakannya
 Mendefinisikan kembali pengertian sewa terutama perbedaannya dari
pinjam-meminjam
 Kalau dalam keadaan normal (tidak ada inflasi), apakah uang seperti
komoditi lainnya katakanlah rumah mengalami penyusutan nilai karena
dipergunakan sehingga berhak atas sewa untuk mengimbangi
penyusutan nilai tersebut
 Sejauh mana bisa keluar dari Riba Al Fadl
Diskusi
Diskusi
( 6 ) Inflasi
99 Alasan
Alasan
 Memantau roda ekonomi dari atas dan bawah, dalam artian tidak
hanya inflasi tetapi juga deflasi dimana perekonomian mengalami
masa lesu yang memaksa produsen untuk menjual produksinya
mendekati biaya produksi yang pada gilirannya akan menurunkan
daya beli uang
 Tidak menghilangkan kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dari prinsip bagi hasil, yang tidak jarang
melebihi tingkat inflasi
 Mengukur sejauh mana sifat-sifat yang dimiliki inflasi dapat
dijadikan sebagai illah dalam Hukum dengan menggunakan
standar syarar-syarat Illah yang telah menjadi konsesus dalam
methodologi Ushul Fiqh
Diskusi
Diskusi
( 7 ) Abstinence
99 Alasan
Alasan
 Standar apa yang digunakan untuk mengukur unsur
“Pengobatan” (dengan penundaan konsumsi) dari teori
bunga Abstinence

 Seandainya standar telah didapatkan bagaimana


menentukan suku yang “adil” bagi kedua belah pihak

 Dapatkah hal ini menjadi illah dalam Hukum sesuai dengan


Rules of Games Ushul Fiqh ?

 Tidak menghilangkan kemungkinan laba dari investasi bagi


hasil selama masih “penundaan”.
Diskusi
Diskusi 99 Alasan
Alasan
( 8 ) Time Preference Theory
 Menganalisa Filsafat Time Preference Theory yang
menyatakan bahwa “saat ini lebih berharga dari masa yang
akan datang”, bukankah setiap orang menabung dan belajar
beranggapan bahwa hari depan harus lebih baik dari hari ini?

 Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya


praktek asuransi dimana pemegang polis mengorbankan
masa kini untuk kenyamanan masa depan.
Diskusi
Diskusi
99 Alasan
Alasan
( 9 ) Badan Hukum dan Hukum Taklif
 Apakah yang dimaksud dengan “Dela Personnalite Juridique ?

 Dari catatan sejarah apakah tidak pernah terjadi adanya suatu


perkumpulan individu yang mendapatkan perizinan dari pihak
yang berwenang untuk memberikan jasa-jasa tertentu, sebelum
masa Rasulullah. Sehingga ketika ayat-ayat Riba turun ia berada di
luar jangkauannya ?

 Apakah konsekuensi dari tidak termasuknya Badan Hukum dalam


khitab Taklif berarti bebas dari segala tuntutan hukum ?
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al
Dalam Al Quran
Quran
Larangan yang terdapat dalam Al
Qur’an tidak diturunkan sekaligus
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al Quran
Dalam

– Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba pada


zahirnya menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu
perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT:


“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya)” (QS. Ar Rum:39).
Pelarangan
4
Pelarangan Riba
Riba
Tahapan
Tahapan

Dalam Al Quran
Dalam
– Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan
yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.

Firman Allah SWT:


“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba,
padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa
yang pedih” (QS. An-Nisa: 160-161).
Pelarangan
4
Pelarangan Riba
Riba
Tahapan
Tahapan

Dalam Al Quran
Dalam

– Tahap ketiga, riba itu diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu


tambahan yang berlipat ganda.

Allah SWT. Berfirman:


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran:130).

Ahli-ahli tafsir Islam berpendapat bahwa berkaitan demikian


disebabkan riba jenis tersebut adalah suatu yang banyak berlaku pada
masa itu.
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al Quran
Dalam
– Tahap akhir sekali, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT. Yang dengan
jelas sekali mengharamkan sebarang jenis tambahan yang diambil
daripada pinjaman.

Firman Allah SWT:


“Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba)
maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”
(QS. Al Baqarah: 278-279)
Larangan Riba
Dalam Hadits

• Hadits juga merupakan sumber rujukan, selain Al


Qur’an, bagi umat Islam untuk mengesahkan atau
mendapatkan keterangan lebih lanjut dari nash /
teks peraturan yang telah digariskan Al Qur’an
Larangan Riba
Dalam Hadits

 Sekiranya mereka menerima, hal itu baik dan bagus. Penolakan berarti
(tantangan untuk) perang.
Hadits ini merupakan isi dari surat Rasulullah SAW kepada Itab bin Usaid,
gubernur Mekkah, agar kaum Thaif tidak menuntut hutangnya (riba yang
telah terjadi sebelum kedatangan Islam) dari Bani Mughirah.

 Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu, dan Dia pasti akan
menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba, oleh
karena itu, hutang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu
adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami
ketidakadilan.
Hadits ini merupakan amanat terakhir Rasulullah SAW pada 9 Dzulhijjah
tahun 10 Hijriah.
Larangan Riba
Dalam Hadits

 Diriwayatkan oleh Samura bin Jundab bahwa Rasulullah SAW


bersabda, “Malam tadi aku bermimpi, telah datang dua orang dan
membawaku ke tanah suci. Dalam perjalanan, sampailah kami ke suatu
sungai darah, di mana di dalamnya berdiri seorang laki-laki. Di pinggir
sungai tersebut berdiri seorang laki-laki lain dengan batu di tangannya.
Laki-laki yang di tengah sungai itu berusaha untuk keluar, tetapi laki-
laki yang di pinggir sungai tadi melempari mulutnya dengan batu dan
memaksanya kembali ke tempat asal. Aku bertanya, “Siapakah itu ?”,
Aku diberitahu, bahwa laki-laki yang ditengah sungai itu ialah orang
yang memakan riba”. (HR.Bukhari)

 Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima


riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua
orang saksinya, kemudian Beliau bersabda, “Mereka itu semuanya
sama”. (HR.Muslim).
FATWA ULAMA KONTEMPORER
TENTANG RIBA

 Muktamar II Lembaga Riset Islam Al-Azhar Kairo, bulan Mei 1965 yg


dihadiri oleh 35 negara Islam menyepakati beberapa hal diantaranya
“Bunga dari semua jenis pinjaman hukumnya riba dan diharamkan

 Rabithah Al-alam Al-islami: Bunga bank yang berlaku dalam perbankan


konvensional adalah riba yang diharamkan (Keputusan No.6 Sidang ke-9,
Mekkah 12 – 19 Rajab 1406 H)

 Majma’ Fiqh Islamy, OKI: Setiap tambahan (bunga) atas hutang yang
telah jatuh tempo dan orang yang berutang tidak mampu membayarnya,
dan sebagai imbalan atas penundaan itu, demikian pula bunga (interest)
atas pinjaman yang ditetapkan diawal perjanjian, maka kedua bentuk ini
adalah Riba yang diharamkan dalam syari’at. (Keputusan No. 10 Majlis
Majma’ Fiqh Islamy, Konferensi OKI II, 22-28 Desember 1985)
PENDAPAT CENDIKIAWAN (FAILASUF)
TENTANG RIBA
 Plato (427-347 SM): Bunga merupakan alat
eksploitasi kaum kaya terhadap kaum miskin,
bahkan sistem bunga menyebabkan sistem
perpecahan dalam masyarakat

 Aristoteles (384 – 322 SM): Fungsi uang adalah


sebagai alat tukar menukar dan bukan alat
menghasilkan tambahan melalui bunga

 Cicerco (234-149 SM) meminta anaknya untuk


menjauhi dua jenis pekerjaan yaitu memungut
cukai (pajak) dan memberi pinjaman dengan
bunga

 Cato (106-43 SM) memberikan ilustrasi tentang


yang terjadi dalam tradisinya, yaitu: pencuri
didenda dua kali lipat sedangkan pemakan bunga
dari hasil transaksi didenda empat kali lipat
ECONOMISTS POINT OF VIEWS
 Lord Kent (ahli sosial ekonomi dari Inggris): “Sistem
tata sosial kemasyarakatan akan berjalan pada
porosnya (harmonis) kalau praktek sistem bunga
(praktek riba) dapat diturunkan sampai ke derajat
nol”

 Minsky (1985), Bernante and Gertler (1989),


Greenwald and Stiglizt (1990) argue that interest rate
system is a major part in the explanation of cyclical
fluctuation. Therefore in Western economics
literature there is almost a “tradition” even though
not mainstream which indicate that economic evils of
our time is as a result of interest rate and associated
with bank credit expansion and contractions

 Maurice Allaice (1993) the main objective of fiscal and


monetary policy in modern (conventional) economic
are fail to be achieved due to cyclical fluctuation as a
result of interest rate system.
PRINSIP-PRINSIP AKAD PADA
PRODUK PERBANKAN
SYARI’AH
JUAL BELI :

* Pengertian
* Dasar Hukum
* Rukun dan Syarat
* Unsur Kelalaian
* Bentuk-bentuk Jual Beli
Pengertian & Dasar Hukum

Bahasa: ‫أخر‬ ‫أخُذ شيٍء وإعطاُء شيٍء‬


Istilah: ‫مبادلُة مال بماٍل لغرِض التملك‬

Saling menukar harta dengan harta/yang


sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat

Dasar Hukum : QS. Al-Baqarah/2: 275.


QS. An-Nisa’/4: 29.
Hukum Jual Beli

 Secara asalnya, jua-beli itu merupakan hal yang


hukumnya mubah atau dibolehkan. Sebagaimana
ungkapan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah :
dasarnya hukum jual-beli itu seluruhnya adalah
mubah, yaitu apabila dengan keridhaan dari kedua-
belah pihak. Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh
Rasulullah SAW. Atau yang maknanya termasuk yang
dilarang beliau SAW
Rukun dan Syarat

1. ‫( العاقدان‬penjual dan pembeli) 


Memenuhi ahliyah

2. ‫(صيغة العقد‬Ijab Qabul)  kecuali


bai’ mu'athaah

3. ‫(المعقود عليه‬Barang/harga)  suci,


punya manfaat, dimiliki penjual,
bisa diserahkan
Syarat Sah Jual Beli

1. Kerelaan kedua belah pihak (An-Nisa: 29)  hadis


Nabi: ‫إنما البيع عن تراض‬
2. Kedua belah pihak memiliki objek maupun harta 
hadis: ‫ ال تبع ما ليس عندك‬ konsep ‫ وكالة‬
3. Objek barang diizinkan secara syar’i  bgm dgn
pisau?
4. Kriteria objek jelas  aku jual apa yg ada di dlm
karung ini (jenis, kualitas, kuantitas nilai/harga)
5. Objek dapat diserahterimakan  jual beli burung
di udara, mobil yg dicuri
* Unsur Kelalaian

1. Objek jual beli bukan milik penjual


2. Objek hasil curian
3. Menyalahi kesepakatan
4. Objek rusak dalam perjalanan
5. Objek berbeda dari contoh yg disepakati.
Resiko: Ganti rugi/adh-Dhaman dari pihak yg
lalai.
MURABAHAH
Pengertian:
Jual Beli barang pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.
Ketentuan:
- Barang telah dimiliki oleh penjual
- Keuntungan dan resiko di tangan penjual
- Harus ada informasi harga dan biaya yang wajar
- Informasi keuntungan yang jelas.
Mekanisme Murabahah

•Berlaku wa’ad atau janji

•Wa’ad atau janji dari pembeli kepada penjual akan membeli


barang yang dipesan/bukti pemesanan. Setelah pihak penjual
memiliki barang, baru akad berlangsung.
•Pembayaran dapat dilakukan secara tangguh (Mu’ajjal) atau
angsuran (Taqsith), penjual dapat meminta tambahan harga.
ASPEK PENENTUAN HARGA
MURABAHAH
•Berdasarkan kebiasaan bisnis yang berlaku
(‘Urf/konvensi/peraturan dagang internasional)
“Kaidah” : almuslimuna ‘ala syurutihim
•Tambahan harga ditetapkan saat akad.
•Komponen biaya harus jelas.
•Keuntungan penjual tidak atas dasar bunga cicilan, tetapi
selisih harga pokok dan harga jual yang ditentukan saat
akad.
•Uang muka (‘Urbun) boleh untuk melindungi hak bagi
para pihak jika terjadi penarikan diri dari transaksi
(fasakh).
Bai’ salam

* Salam adalah Jual Beli barang tertentu yang


pembayarannya dilakukan di muka dan pengirimannya
menyusul kemudian (tangguh)
*Salam dapat pula dilakukan bertingkat ( Salam al Muwazi)
Nasabah melakukan salam kepada Bank, dan Bank melakukan
salam kepada pihak lain dalam rangka memenuhi
kewajibannya.
ISTISHNA’

 Istishna’ ialah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang


(shani’), shani’ menerima pesanan dari pembeli (mustashni’) untuk
membuat barang dengan spesifikasi yang telah disepakati.
 Kedua belah pihak bersepakat atas harga serat sistem pembayaran
(di muka, cicilan, tangguh dengan waktu ditentukan
Istishna’ al Muwazi (Paralel)
Pembuat barang (shani’) menggunakan subkontraktor untuk
melaksanakan kontrak tersebut, pembuat barang (shani’)
membuat kontrak Istishna’ kedua untuk memenuhi kewajibannya
pada kontrak pertama
Akibat Hukum :
 Bank sebagai pembuat kontrak pertama adalah pihak yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kewajiban, kesalahan,
kelalaian, pelanggaran (resiko). Tanggung jawab atas resiko ini
membuat bank berhak atas keuntungan.
Penerima subkontrak pembuatan Istishna’ bertingkat
bertanggung jawab terhadp bank sebagai pemesan. Ia tidak
mempunyai hubungan hukum secara langsung dengan nasabah
pada kontrak pertama
IJARAH
 Transaksi terhadap suatu manfa’at tertentu, bersifat mubah dan dapat
dimanfa’atkan dengan imbalan tertentu
 Ijarah ditunjukkan untuk manfa’at atau jasa bukan materi/benda
 Ijarah dapat berupa manfaat/nilai
Ketentuan Ijarah

1. Kedua belah pihak memenuhi syarat hukum


2. Kedua belah pihak menyatakan kerelaannya untuk
melakukan ijarah dan tidak terpaksa
3. Manfaat objek diketahui secara jelas
4. Penyewa berhak atas manfat baik untuk dirinya sendiri
atau untuk orang lain baik dengan cara
menyewakannya atau meminjamkan
5. Objek Ijarah dapat diserahkan dan dipergunakan
secara langsung
6. Objek Ijarah adalah halal
•Ijarah“Jasa” (Ijarah ‘ala al ‘amal) bukan merupakan
kewajiban (fardhu ‘ain) seperti shalat, puasa. Tetapi
bersifat fardu kifayah
•ObjekIjarah merupakan sesuatu yang biasa
disewakan (‘urf)
•Upah/sewa tidak sejenis dengan manfa’at yang
disewakan
Ijarah Muntahiyah bi alTamlik
Kontrak atas manfaat suatu barang dengan nilai
tukar tententu. Penyewa diberikan pilihan (options)
untuk memiliki barang yang disewakan. Pemberi
sewa (bank) berjanji (wa’ad) kepada penyewa untuk
memindahkan kepemilikan objek setelah masa sewa
berakhir
Akad Ijarah Berakhir

 Objek hilang/lenyap : terbakar, faktor alam


 Habis masa waktunya
 Salah satu pihak yang wafat dapat dialihkan pada ahli
warisnya
 Objek disita, pailit
SYIRKAH

 Pengertian:
Kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam hal modal
dan keuntungan
 Dasar Hukum :
Q.S an Nisa/4 : 12 ; Q.S Shad/38 : 24
Bentuk-bentuk Syirkah

 Syirkah al Amlak
 Syirkah ‘Uqud. Syirkah ini terdiri dari:
 1. Syirkah’Inan
 2.Syirkah ‘Abdan
 3.Syirkah Wujuh
Syirkah ‘Inan

 Perserikatan dalam modal pada suatu kontrak bisnis


yang dilakukan dua orang atau lebih dan keuntungan
dibagi bersama
 Modal, kerja dan tanggung jawab yang digabungkan
tidak harus sama kuantitasnya
 Keuntungan dibagi sesuai porsi yang ditentukan atas
kesepakatan bersama
Syirkah Mufawadhah

 Kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih. Setiap


pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan partisipasi kerja.
 Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara
bersama.
 Para pihak dapat bertindak sebagai wakil dan
penjamin/kafil atas kemitraan tersebut
Syirkah al Wujuh

 Kerjasama antara dua orang atau lebih tanpa modal


tetapi atas dasar kepercayaan.
 Dalam syirkah ini biasanya para pihak membeli barang
dengan cara tangguh atas dasr kepercayaan dan
menjualnya dengan cara tunai
Syirkah ‘Abdan/A’mal

 Kerjasama dua orang atau lebih untuk menerima suatu


pekerjaan/order kerja.
 Hasil/keuntungan dibagi bersama sesuai kesepakatan
Mudharabah

 Pengertian: Kerjasama antara pemilik modal dengan


seorang pekerja/pebisnis dan keuntungan dibagi sesuai
dengan kesepakatan
 Dasar Hukum: Q.S al Muzammil/73:20; Q.S al
Baqarah/2: 198. ; Hadist
 Bentuk : Muqayyadah dan Muthlaqah
Wadi’ah

 Pengertian : Melibatkan pihak lain dalam


memelihara harta/aset tertentu dengan
cara tertentu (titipan)
 Dasar Hukum : Q.S an Nisa/4:58; Q.S Al
Baqarah/2: 283; Hadist
 Status Wadi’ah adalah amanah
 Dapat dibebankan ganti rugi (dhaman) jika:
1. Tidak dipelihara sebagaimana mestinya
2. Objek dititipkan kepada pihak ketiga
3. Objek dimanfa’atkan oleh pihak kedua
3. Pihak kedua mengingkari wadi’ah
4. Pihak kedua mencampurkan objek titipan dengan
barang miliknya dan sulit dipisahkan
5. Pihak kedua melanggar syarat yang ditentukan
6 Objek wadi’ah dibawa pergi/hilang di tangan pihak
kedua
* Di Perbankan Syari’ah : aplikasi wadi’ah yad adh dhamah
kurang tepat, secara substansi adalah akad qardh.
Ketentuan-ketentuan
Mudharabah
 Modal di tangan pengusaha berstatus amanah seperti
wakil dalam jual beli
 Pengusaha berhak atas keuntungan sesuai kesepakatan
 Komponen biaya/cost disepakati sejak awal akad
 Pemilik modal (shahibul mal) berhak atas keuntungan
dan menanggung resiko
Rahn

 Pengertian: Menjadikan barang yang mempunyai nilai


harta sebagai jaminan hutang sehingga penerima
dapat emngambil kembali hutangnya semua atau
sebagian.
 Dalam Perbankan akad ini dapat digunakan sebagai
tambahan pembiayaan yeng beresiko dan
memerlukan jaminan (accessoir)
 Akad ini dapat juga menjadi produk tersendiri untuk
melayani kebutuhan nasabah yang bersifat jasa
maupun konsumtif.
 Bank tidak dapat meminta biaya kecuali biaya
pemeliharaan dan keamanan atas barang yang
digadaikan tersebut.
wakalah

 Pemberian kewenangan/kuasa kepada


pihak lain tentang hal yang harus
dilakukannya dan penerima kuasa menjadi
pengganti pemberi kuasa selama batas
waktu yang ditentukan
 Wakalah dapat dilakukan dengan
menerima bayaran/ fee/’umalah atau
tanpa bayaran
 Bentuk Wakalah : Muqayyadah dan
Muthlaqah
Kafalah
 Pengertian: Kafalah berarti juga al dhaman,
 Kafalah berarti pula: Menggabungkan satu tanggung jawab kepada
tanggung jawab yang lain dalam penagihan hutang baik jiwa
maupun harta.
 Dasar Hukum: Q.S Yusuf :66; Yusuf: 72; Hadist
 Kafalah terdiri dari : kafalah bi al Mal (harta) dan kafalah bi al
Wajhi (jiwa).
 Kafalah Harta (kafalah bi al Mal) teridri dari: a) kafalah bi al
Dayn (kewajiban hutang); b) kafalah bi at Taslim (penyerahan
benda); c) kafalah bi al ‘Aibi (jika barang yang dijual
mengandung cacat)
 Pada Perbankan Syari’ah kafalah seprti halnya : penerbitan
garansi bank/bank (guarantee). Kafalah adalah warkat yang
diterbitkan oleh bank yang berakibat kewajiban membayar
terhadap pihak yang menerima garansi jika pihak yang dijamin
cedera janji (wanprestasi)
HAWALAH

 Hawalah adalah akad pemindahan utang


piutang satu pihak kepada pihak lain.
Adapun akad hawalah yang dipraktekkan
umumnya berbentuk subrogasi.
 Di pasar konvensional praktek hawalah
dapat dilihat pada transaksi anjak piutang
(factoring).
 Hawalah juga dapat dilihat dalam
bentuk transaksi pembiayaan dan jual beli
surat-surat berharga.
Konsep Kepemilikan dalam
Islam
Konsep Kepemilikan dalam Islam
Pengertian
Hubungan antara manusia dengan harta yang
ditentukan oleh syara dalam bentuk perlakuan
secara khusus thdp. harta tersebut yang
memungkinkan untuk mempergunakannya secara
umum sampai ada larangan untuk
menggunakannya.

 Bahasa: Penguasaan manusia atas harta dan


penggunaannya secara pribadi
 Definisi Istilah: Pengkhususan hak atas sesuatu
tanpa orang lain, dan dia berhak untuk
menggunakannya sejak awal kecuali ada
larangan syariy.
 Larangansyariy seperti: Keadaan gila,
keterbelakangan akal (idiot), belum cukup umur
ataupun cacat mental, dll.
Keadaan/Pembagian Harta, dapat
dimiliki ataupun tidaknya:
Harta yang tidak dapat dimiliki dan
dihakmilikkan orang lain

 Setiap harta milik umum seperti jalanan, jembatan, sungai dll. dimana
harta/barang tersebut untuk keperluan umum.
Harta yang tidak bisa dimiliki kecuali
dengan ketentuan syariah

 Seperti harta wakaf, harta baitul mal dll. Maka harta wakaf tidak bisa
dijual atau dihibahkan kecuali dalam kondisi tertentu seperti mudah
rusak ataupun biaya pengurusannya lebih besar nilai hartanya.
Harta yang bisa dimiliki dan
dihakmilikkan kpd. lainnya

 Selain dari dua jenis harta dalam kategori tsb. diatas.


Karakteristik Hak manfaat atau
pemanfaatan atas sesuatu harta
Habisnya Hak Manfaat
Macam-macam Pemilikan yang tidak
sempurna
Pemilikan atas barang saja

 Hak kepemilikan milik sendiri, namun hak pakai milik yang lain
 Hak Pakai tidak bisa diwariskan menurut Hanafiyah
Pemilikan manfaat perorangan atau
hak pakai saja

 Lima hal yang menyebabkan hak pakai/pemilikan manfaat:


 1. Peminjaman, menurut jumhur hanafiyah dan malikiyah,barang
yang dipinjam dapat dipinjamkan kepada yang lainnya. Adapun
menurut syafiiyah dan Hanbali, barang tersebut tidak dapat di
pinjamkan kepada orang lain (selain peminjam)
 Pemindahan hak pakai tanpa membayar ganti
 2. Sewa (Ijarah), yaitu pemindahan hak pakai dengan membayar
ganti
 3. Wakaf, yaitu penahanan kepemilikan atas barang pada seseorang
dan memindahkan hak manfaatnya kepada yang diberikan wakaf
 4. Wasiyat
 5. Ibahah, izin untuk menggunakan sesuatu atau memakainya
 Perbedaan antara ibahah dan pemilikan
Jenis-jenis pemilikan
Taam: Sempurna

 Jenis Kepemilikian atas sesuatu yang sekaligus dapat


memanfaatkannya, atau si pemilik berhak atas seluruh
hak-hak syariy
 Tidak terbatas pada waktu
 Tidak dapat di batalkan pemilikannya
Naqis: Tidak Sempurna

 Bisa hanya memiliki ataupun punya hak pakai


 Hak Pakai pada barang tidak bergerak seperti rumah atau tanah
Harta Dalam Islam
Menurut Bahasa

 Dalam Quran/Sunnah
 " Dan, kamu mencintai harta benda dengan
kecintaan yang berlebihan. " (Al-Fajr 20)
 Al Kahfi: 34
 Al baqarah 177
 ali Imran ayat 14
 Hadits:" Sebaik-baik maal ialah yang berada pada
orang yang saleh." (Bukhari dan Muslim)
 Hadits:" Celakalah budak-budak dinar, dirham,
dan kemewahan, yaitu jika diberi, mereka segan,
dan jika tidak diberi, mereka benci." (Muslim)
 Dalam Kamus: Segala sesuatu yang dimiliki
(Lisanul Arab)
Menurut Istilah

 Madzhab Hanafiyah: Semua yang mungkin dimiliki,


disimpan dan dimanfaatkan
 Dua unsur menurut madzhab: 1. Dimiliki dan disimpan
2. Biasa dimanfaatkan
 Jumhur Fuqaha; Setiap yang berharga yang harus
diganti apabila rusak
 Hambali: apa-apa yang memiliki manfaat yang mubah
untuk suatu keperluan dan atau untuk kondisi darurat.
 Imam Syafii: barang-barang yang mempunyai nilai
untuk dijual dan nilai harta itu akan terus ada kecuali
kalau semua orang telah meninggalkannya (tidak
berguna lagi bagi manusia).
 Ibnu Abidin: segala yang disukai nafsu atau jiwa dan
bisa disimpan sampai waktu ia dibutuhkan.
 As Suyuti dinukil dari Imam Syafii: tidak ada yang bisa
disebut mal (harta) kecuali apa-apa yang memiliki nilai
penjualan dan diberi sanksi bagi orang yang
merusaknya. Harta(nilai harta).
Dari segi tujuannya

 Untuk muamalah: Uang berfungsi sebagai


harga dan nilai; yang digunakan untuk
pertukaran antara barang dan jasa
pelayanan,
 mata uang murni (emas dan Perak)
 Mata uang muqayyad (uang fiat, kertas, kartal,
logam dan sejenisnya)
 Untuk diambil Manfaatnya: barang-barang
 Barang-barang milik: diambil manfaatnya,
untuk tujuan konsumsi: hewan (hasil susu -
kembang biak), bangunan - (disewakan)
 barang-barang dagangan: untuk jual beli, tukar
menukar, dibeli atau diproduksi untuk
perdagangan
Dari aspek halal dan haram

 Bernilai (mutaqawwim): uang, barang


dagangan, tanah, binatang ternak, makan
dll. - dan orang yang merusakknya harus
memberikan jaminan (pengganti)
 Syarat-syaratnya: 1. boleh dimanfaatkan
secara syari'y, 2. boleh dimiliki dengan jelas.
 Tidak Bernilai (Ghoir Mutaqawwim):
Harta yang tidak dikhususkan dan tidak
boleh dimanfaatkan kecuali dalam
keadaan darurat.
 Pembahasan fikih/manfaat pembagian
ini:
 Status transaksinya
 hak ganti/jaminan apabila rusak
Dari aspek dapat pindah atau tidak

 Dapat dipindahkan (Manqul)


 Tidak dapat dipindahkan (Aqqar)
 Pembahasan fikih/manfaat pembagian ini:
 SYuf'ah
 Waqf
 Ba'i al Washiy ala al qashir
 Jual beli piutang
 Jual beli properti sebelum pindak
kepemilikannya
 Hak-hak sesama tetangga dan hubungannya
dengan harta
Aspek penilaian unit satuan atau
bagian-bagiannya

 Dihitung sesuai nilai kesamaan (Mithliy)


 Dihitung sesuai dengan nilai satuannya (Qiyamiy)
 Pembahasan fikih/manfaat pembagian ini:
 Penetapan dalam tanggungan
 hak ganti/jaminan apabila rusak
 Pembagian barang pengganti dan caranya
 masalah Riba
Dari aspek dapat berubah atau tidak

 Dapat habis (istihlakiy)


 Dapat digunakan (Isti'maliy)
Hal-hal lain yang berhubungan dengan
harta
Tentang hak dan Manfaat

 Menurut hanafiyah: Hak dan manfaat


tidak termasuk harta, akan tetapi
kepemilikan.
 Menurut Jumhur ulama : masuk dalam
kategori harta karena aspek
kemanfaatannya dan bukan dzatnya.
 Hak
 Manfaat
 yang dimaksud dengan manfaat ialah; faedah
yang dihasilkan dari sesuatu seperti rumah
ditempati, mobil dikendarai dll.
harta-harta yang bernilai
Mata uang

 mata uang murni spt: emas, perak


 mata uang muqayyad, spt: uang kertas, logam, cek,
deposti di bank dll.
barang

 Barang milik, spt: bangunan, perangkat rumah, mobil


kendaraan, binatang ternak. harta maknawi seperti hak
paten dll.
 Barang dagang seperti komoditi, piutang, surat-surat
tanda terima, titipan/pesanan pada orang lain, surat-
surat obligasi, pendapatan-pendapatan yang masih
berada pada orang lain. dll.
Pengertian Modal pokok dalam Islam
Pengertian

 Bagian dari maal yang mempunyai nilai,


terakumulasi, dan dapat berkembang
selama mengoperasikannya di bdg-bdg.
yang bermanfaat
 Semua harta yang bernilai dalam
pandangan syar'i, yang aktivitas manusia
ikut berperan serta dalam usaha
produksinya dengan tujuan pengembangan
(lihat Sya'ban Fahmi Abdul Aziz, Dauru
Rasil maal fi al-Fikr al-Islami, tesis master
tahun 1979.
 Dalam Al-Quran: Al Baqarah: 274
Terdiri atas:

 uang
 seluruh kekayaan yang digunakan
untuk memproduksi kekayaaan yang
baru
 barang dagangan, dgn syarat: dimiliki
secara penuh dan diniatkan untuk
diperdagangkan.
 Semua harta yang bernilai dalam
pandangan syar'i, yang aktivitas
manusia ikut berperan serta dalam
usaha produksinya dengan tujuan
pengembangan (lihat Sya'ban Fahmi
Abdul Aziz, Dauru Rasil maal fi al-Fikr
al-Islami, tesis master tahun 1979.
Syarat-syarat

 Harta dimiliki scr. penuh


 mempunyai nilai tukar
 dapat dimanfaatkan secara syari
 ada niat yang dpt. membedakan jenis aktivitas, spt:
perdagangan, industri dan pertanian
Definisi Uang
Secara Bahasa

 Nuqud; ada beberapa pendapat tentang defenisi nuqud, diantaranya:


 Semua hal yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi, baik dari
emas (emas), perak (dirham), maupun tembaga (fulus).
 Segala sesuatu yang diterima secara umum sebagai media pertukaran dan
pengukurnilai.
 Atsman; dari sudut bahasa memiliki pengertian antara lain; qimah yakni nilai
sesuatu, dan harga pembayaran barang yang dijual, yakni sesuatu dalambentuk
apapun yang diterima oleh pihak penjual sebagai imbalan dari barang yang dijualnya.
Dalam tataran fiqh istilah itu digunakan untuk menunjukkan uang emas dan perak.
 Fulus; digunakan untuk pengertian logam bukan emas dan perak yang dibuat dan
berlaku ditengah-tengah masyarakat sebagai uang dan pembayaran.
 Sikkah; (jamak; sukak) dipakai untuk dua pengertian, yakni pertma, istilah untuk
stempel besi yang dipakai untuk mencap (mentera) mata uang, dan kedua, mata
uang dinar dan dirham yang telah dicetak dan distempel. (uang logam)
 Umlah; memiliki dua pengertian, yakni, pertama, satuan mata uang yang berlaku di
negara atau wilayah tertentu, misalnya 'umlah yang berlaku di Yordania adalah Dinar
dan di Indonesia adalah Rupiah; kedua, mata uang dalam arti umum sama dengan
nuqud.
 Tamyiz untuk membedakan antara dinar yang kualitas bagus dan yang jelek dan
membedakan dinar dan dirham.
Definisi Uang

Secara Istilah
 Menurut Imam Al-Gazali : "Uang (dinar dan
dirham) adalah khadimani wa laa khadimun
lahuma wa muradani wa laa yuraadhani, uang
adalah alat-alat yang dipakai untuk mencapi
sesuatu maksud, sebagai alat perantara saja
dan tidak untuk yang lain.
 Menurut Adnan Khaliq At-Thur, uang adalah
tidak berkaitan dengan logam mulia tetapi
berstandar pada logam mulia.
 Menurut Dr. Rif’at As-Sayyid al-Audhy uang
adalah sesuatu yang diakui dan diterima
secara umum sebagai alat penukar (medium
of exchange), alat pengukur nilai dalam
bentuk dan keadaan apapun.
Fungsi Uang
 Alat Transaksi (alat tukar) - Transaction
 Menghilangkan kesamaan keinginan antara pembeli dan penjual
sebelum terjadinya pertukaran, yaitu tukar menukar barang
dengan barang (barter). Dengan adanya uang maka berubah
dari barang ditukar dengan uang atau uang dapat membeli
barang

 Pengukur Satuan Nilai – Unit Cost


 Satuan uang nilai barang dapat dinilai. Dengan adanya yang
nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan. Uang
dapat mengukur nilai mobil atau rumah.

 Penyimpan Kekayaan – Hoarding Money


 Sebagai simpanan sementara (berjaga-jaga), dalam bentuk
uang atau surat-surat berharga
Sifat Uang
 Flow Concept
 Uang harus berputar yang menghasilkan sesuatu
bersifat produksi. Jika uang berputar dapat
menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi
masyarakat.

 Public Goods
 Uang bukan barang monopoli seseorang melainkan
milik masyarakat luas. Jadi, uang bukanlah modal,
karena modal adalah barang pribadi atau orang per
orang. Sifat dari modal adalah stock concept.
 Dilarang menumpukkan uang, karena uang
diibaratkan darah yang mengalir.

Anda mungkin juga menyukai