Anda di halaman 1dari 19

Sumber Hukum

dan Sejarah
Ekonomi Syariah
Presented by: Kelompok 2
Anggota
Kelompok
Miftakhul Huda Al Rosyid
(7311422402)
Irfan Ferry Prasetyo
(7311422410)
Melissa Chintya Dewi
(7311422411)
Alissa Sabrina
(7311422414)
Ekonomi Syariah
Pengertian Ekonomi Syariah Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa ekonomi
Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner dalam arti kajian ekonomi syariah tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya juga
terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika, statistik, logika dan ushul fiqih.

DEFINISI PRINSIP-PRINSIP MANFAAT


BEBERAPA PRINSIP DASAR DARI
EKONOMI SYARIAH DAPAT
BERDASARKAN PRINSIP- PRINSIP EKONOMI SYARIAH ADALAH TIDAK
MEMPERKUAT INTEGRITAS
SYARIAH ISLAM, ADA RIBA, GHARAR
KEUANGAN, MENDORONG
MENITIKBERATKAN NILAI (KETIDAKPASTIAN), MAYSIR
PEMERATAAN DAN KEADILAN
KEMANUSIAAN, KEADILAN, DAN (PERJUDIAN), DAN HARAM
SOSIAL, SERTA MENDUKUNG
KESEIMBANGAN, SERTA (DILARANG). PRINSIP-PRINSIP INI
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
MEMPERHATIKAN ASPEK DIAPLIKASIKAN PADA SISTEM
YANG BERKELANJUTAN.
SPIRITUAL DAN MORAL MANUSIA KEUANGAN, PERBANKAN,
INVESTASI, DAN ASURANSI
Sejarah Ekonomi
Syariah
Masa Rasulullah SAW.
Lahirnya ekonomi syariah ini bermula ketika Rasulullah SAW melakukan aktifitas
perdagangannya, yaitu ketika berusia sekitar 16-17 Tahun.

Rasulullah SAW ketika itu melakukan perdagangan disekitar masjidil haram dengan sistem
murabahah, yaitu jual beli yang harga pokoknya diinformasikan dan marginnya dapat
dinegosiasikan. Rasulullah SAW memulai aktifitas perdagangan karena pada saat itu
perekonomian Abu Thalib mengalami kesulitan.

Ketika Rasulullah SAW berusia 20-an, Rasulullah SAW memulai bisnis kongsi dagang
(bermusyarokah) dengan Khodijah. Bisnis Rasulullah SAW berkembang dengan pesat,
sampai-sampai Rasulullah SAW dapat memberikan mahar kepada Khodijah sebesar 100 ekor
unta merah (pada saat itu unta merah adalah kendaraan termahal).
Masa Rasulullah SAW.

al ya ng kita da p at p ela jara n d ari ha l ini


P a da se jarah ini, h
adalah:
e tika R asu lu lla h S A W b e lu m
1. Akad-akad syariah telah ada k
dia ngk at m e njad i Na b i d an Ra su l.
ad a ke tika R asu lu llah S A W
2. Sistem Ekonomi Syariah baru
diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
MASA RASULULLAH SAW.
AKAD – AKAD SYARIAH
Akad-akad syariah seperti Murabahah, Mudharabah, Musyarokah, Salam, Istisna, dan Ijaroh
telah ada dan biasa dilakukan oleh Bangsa Arab ketika itu karena memang mereka melakukan
perdagangan sebagaimana di jabarkan dalam Al-quran dalam Surat Quraisy. Bukan hanya
akadakad yang syariah saja yang ada, akan tetapi juga akad-akad yang dilarang syariah pun juga
dilakukan oleh mereka seperti mengambil riba, penipuan, dan perjudian. Sebagaimana dalam
benak mereka, ketika mereka melakukan praktik riba mereka beranggapan bahwa mereka
sedang Taqarub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT, ketika mereka melakukan perjudian
anggapan mereka adalah kedermawanan. Pada saat itulah telah terjadi misinterpersepsi
masyarakat yang sangat jauh dari nilai kebenaran (kalau kita amati pada zaman sekarang,
sepertinya gejala seperti ini mulai ada).
Masa Rasulullah SAW.
Pada saat kesimpangsiuran persepsi manusia kian membuncah maka pada saat itulah
Islam memberikan pencerahan kembali dan mengembalikan semua itu pada tempat
awalnya, seperti Riba yang dianggap Taqarub kepada Allah maka Allah SWT balas dengan
Riba itu tidak menambah apapun disisi Allah SWT, dan bahkan dikatakan dalam Alquran
surat Al-Baqoroh ayat 275-279 orangorang yang memakan riba seperti orang yang
kerasukan dan bahkan dianggap mengajak perang kepada Allah dan Rasul-Nya

INILAH YANG MENJADI DASAR DALAM PRAKTIK MUAMALAH YAITU BERAWAL DARI YANG MUBAH KECUALI KALAU ADA
LARANGANNYA. SEGALA SESUATU DALAM MUAMALAH ITU ADALAH BOLEH KECUALI ADA DALIL PELARANGANNYA DAN YANG
DILARANG ITU HANYA SEDIKIT SEDANGKAN YANG HALAL ITU BANYAK
Ekonomi Syariah Masa Kontemporer
1. MADZHAB IQTISHODUNA
Tokoh: Baqr As Sadr, Abbas Mirakhor, Kadim Al-Shadr, Baqir Al Hasani

• Madzhab ini menolak semua teori yang dikekmbangkan ekonomi konvensional,


serta berusaha membangun teori- teori yang berpedoma pada al-quran dan sunnah.
• Ilmu ekonomi tidak pernah sama dengan islam, ekonomi tetap ekonomi, islam tetap
islam
• Menurut ilmu ekonomi permasalahan ekonomi adalah keinginan manusia tidak
terbatas sedangkan alat pemuat terbatas. Ini ditentang oleh Baqr Al Shadr bahwa
sumber daya tidak mengenal kata terbatas. Keinginan manusia sebenarnya yang
terbatas. (QS. Al- Qomar :49)
.
Ekonomi syariah masa kontemporer
2. Madzhab meanstream
Tokoh: Umer Chapra, Manzher Kahf, Abdul manan, Nejatullah Siddiqi
• Masalah ekonomi adalah adanya sumber daya yang terbatas (QS. Al-Baqarah :
155)
• Kepuasan tidak boleh dilakukan semaunya tetapi dibatasi dengan aturan yang
jelas
• Ekonomi islam perlu dikembangkan namun tidak dengan membumihanguskan
analisis yang bernilai dan berharga dari konvensional. Mengambil yang baik da
bermanfaat dari non muslim sama sekali tidak dilaran oleh ajaran islam.
Ekonomi Syariah Masa Kontemporer
3. Madzhab alternative kritis
Tokoh: Timur Kuran, Jomo Kwame, M. Arif
• Madzhab baqr dikritik sebagai madzhab yang ingin menemukan sesuatu yang
sudah ada dan sudah ditemukan oleh orang lain, bahkan sudah diamalkan oleh
orang lain.
• Madzhab mainstream dikritik karena merupakan jiplakan dari konvensional
yang menghilangkan riba kemudian mengganti dengan zakat dan niat.
• Islam pasti benar, tetapi ekonomi islam sebagai sebuah tafsir terhadap ajaran
islam belum tentu benar, dan seandainya benar, maka kebenaran itu tidak
bersifat mutlak.
Sumber Hukum
Pendahuluan
Dalam menetapkan sebuah hukum Islam, dibutuhkan dalil-dalil hukum Islam,
baik dalil naqli ataupun dalil aqli. Dalil-dalil tersebut bisa bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadis (Naqli), bisa juga bersumber dari akal pikiran manusia
namun tetap prinsip-prinsip umumnya terdapat di dalam Al-Qur’an dan
Hadis (Aqli).
Secara bahasa, dalil artinya petunjuk pada sesuatu baik yang bersifat material
(konkrit) ataupun nonmaterial (abstrak/ghaib). Sedangkan menurut istilah,
dalil merupakan suatu petunjuk yang dijadikan landasan berfikir yang benar
dalam memperoleh hukum syara'. Sedangkan menurut ulama ushul, dalil
merupakan sesuatu yang dengan penelaahan yang sahih bisa
menghantarkan pada pengetahuan atas mathlub khabari (hukum suatu
perkara yang sedang dicari status hukumnya).
Pengertian Dalil Naqli
ri Al-Q ur 'a n da n H ad its. Da lil N aqli bisa
Dalil Naqli adalah dalil yang diambil da -
-Q ur 'a n, ya ng te rter a da lam m us ha f Al
diartikan sebagai petunjuk dari teks Al bil
er a da la m kitab- kita b H ad its , lalu di am
Qur'an atau Hadits Mutawatir, yang tert ng
ku . Da lil in i m erup ak an da lil po kok ya
dan disalin dari tulisan yang telah ba
da sar dalam pe ne ta pa n hu ku m Isla m .
menjadi
Macam-Macam Dalil Naqli
01 Al-Quran 02 Hadist 03 Ijma'
adalah kitab suci umat Islam yang salah satu sumber dalil utama ajaran Islam. secara bahasa berarti "kebetulan tekad
Hadis menempati kedudukannya sebagai terhadap persoalan" atau "kesepakatan
diturunkan kepada Nabi Muhammad
sumber ajaran Islam yang kedua atau sumber tentang suatu masalah". Menurut
SAW, yang merupakan sumber
dalil utama setelah Al-Qur’an. Hadits adalah istilah ahli Ushul Fiqh adalah
hukum utama dalam ajaran Islam, perkataan, perbuatan, ketetapan, dan kesepakatan para ulama atas hukum
yang disampaikan secara mutawatir, persetujuan Nabi Muhammad SAW yang suatu peristiwa dan bahwa hukum
dan bernilai ibadah membacanya. dijadikan landasan hukum Islam. tersebut merupakan hukum syara.

04 Madzhab Sahabat 05 Syar'u Man Qablana


atau Qaul Sahabi adalah hal-hal yang Kata syar’u bermakna syariat.
berhubungan dengan fatwa atau keputusan
Sedangkan man qablana berarti orang
sahabat tentang suatu perkara, kemudian
fatwa atau keputusan tersebut dinukil
atau umat sebelum kita. Dalam istilah
sampai kepada kita. Madzhab sahabat Syar'u Man Qablana merupakan
merupakan dalil-dalil yang diambil dari ketentuan hukum Allah SWT kepada
sahabat sebagai proses lahirnya madzhab- umat sebelum Nabi Muhammad SAW.
madzhab yang ada.
Pengertian Dalil Aqli
ak al . Da lil aq li bi sa di ar tik an ju ga se perti
Dalil Aqli adalah dalil yang bisa di nalar oleh aruhi
iran ya ng se ha t da n ob ye kt if, tid ak di pe ng
petunjuk dan pertimbangan akal fik
au ke be nc ia n da ri em os i. Te ga sn ya da lil aq li adalah
oleh keinginan, ambisi at
n be ba s, ke be na ra nn ya m er up ak an ni sb i (relatif),
penerimaan akal secara murni da a dan
ap un be nt uk da lil aq li be ru pa Ijt ih ad : ijm
karena merupakan prodak manusia. Ad ak bole h
a pr in sip pr in sip ek on om i Is la m tid
qiyas. Dari dua dasar hukum tersebut, bahw mikiran
-H ad its . Se da ng da la m pe ng em ba ng an pe
menyimpang dari al-Qur'an dan al
ak le pa s da ri da sa r hu ku m aq li be ru pa Ijt ihad.
ekonomi Islam tid
Macam-macam Dalil Alqi

Qiyas Maslahah Istihsan Istishab


Qiyas adalah sebuah solusi Mursalah Istihsan Menurut Para Istishab adalah
yang ditawarkan untuk Maslahah mursalah adalah
Ulama Secara melanjutkan berlakunya
berbagai kasus hukum yang sesuatu yang baik menurut
etimologi, istihsan hukum yang sudah ada
tidak disebutkan secara akal. Namun dengan
pertimbangan dapat adalah yaitu dan sudah ditetapkan
eksplisit dalil dalam sumber
mewujudkan kebaikan dan ketetapan hukumnya,
hukum Islam. Qiyas menganggap sesuatu
menghindarkan keburukan lantaran sesuatu dalil
merupakan menyamakan bagi manusia. Maslahah baik. Istihsan muncul
sampai ditemukan dalil
hukum cabang dengan Mursalah yaitu sebuah ,akibat rukun qiyas
hukum pokok, karena kebaikan yang tidak dijelaskan lain yang mengubah
(tidak dilarang atau tidak
yaitu illat yang tidak ketentuan hukum
adanya persamaan illat.
diperintah) di dalam al-Qur’an, terpenuhi tersebut.
dan Hadis.
Relevansi Antara Dalil
Naqli dan Dalil Aqli
• Relevansi atau hubungan antara dalil naqli dengan dalil aqli, yaitu dalil naqli
berisikan konsep atau prinsip utama yang harus dijadikan pedoman oleh dalil
aqli. Artinya, dalil aqli tidak boleh menyimpang dari dalil naqli.

• Akal dapat dijadikan dalil jika sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah atau
tidak bertentangan dengan keduanya. Jika ia bertentangan dengan keduanya,
maka ia dianggap bertentangan dengan sumber dan dasarnya (bathil).
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai