Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR ILMU

SEJARAH
Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Sejarah
KONSEP DASAR
SEJARAH

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, asal usul kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun, yang berarti ‘pohon kayu’. Dalam hal ini, pohon

melambangkan pertumbuhan dan perkembangan yang terus menerus serta dimaknai sebagai asal usul, riwayat, dan silsilah. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), sejarah memiliki tiga makna. Pertama, asal usul (keturunan) silsilah. Kedua, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa

lampau; riwayat; tambo; cerita. Ketiga, sejarah diartikan sebagai pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa

lampau.
PENGERTIAN SEJARAH MENURUT PARA AHLI
Beberapa ahli juga mendefinisikan konsep sejarah. Dalam buku Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah
dan Perspektif (1985), J. Bank berpendapat bahwa sejarah adalah semua kejadian atau peristiwa masa
lalu. Muhammad Yamin berpendapat bahwa sejarah adalah ilmu yang berhubungan Konsep Dasar
dan Ruang Lingkup Sejarah 3 dengan cerita sebagai hasil penafsiran kejadian masa lalu.
Kuntowijoyo mengemukakan bahwa sejarah adalah rekonstruksi atau membangun kembali peristiwa
masa lalu untuk kepentingan masa kini dan masa datang. Sartono Kartodirdjo, salah seorang
sejarawan Indonesia, juga menyatakan bahwa sejarah adalah gambaran masa lalu manusia dan
sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan memuat penjelasan lengkap.
Herodotus, seorang ahli sejarah Yunani yang hidup pada abad ke-5 SM, mengemukakan bahwa
sejarah tidak berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti, tetapi bergerak seperti garis
lingkaran yang tinggi rendahnya berganti sesuai dengan kondisi manusia. Herodotus dijuluki
sebagai “Bapak Sejarah” karena karyanya, yaitu Historia yang berisi tentang sejarah perang
Yunani-Persia. Herodotus menulis tentang perang tersebut menggunakan berbagai sumber
sehingga dianggap sebagai pelopor penulisan sejarah sesuai kaidah ilmu pengetahuan. Bahkan,
karya Herodotus dinilai membentuk dasar studi modern mengenai sejarah manusia.
Herodotus: Sang Bapak Sejarah Patung Herodotus Sumber: id.wikipedia.org
Jika berbicara tentang ilmu sejarah, tidak terlepas dari sosok bernama Herodotus. Herodotus
dikenal sebagai “Bapak Sejarah” dengan karyanya yang fenomenal, yaitu Historia.
Herodotus merupakan seorang sejarawan Yunani Kuno yang lahir pada 484 Sebelum Masehi
(SM). Ia lahir di Kota Halicarnassus (sekarang Bodrum, Turki), tepatnya di Caria, sebuah
wilayah kuno di barat daya Asia Kecil (sekarang Turki). Sejak kecil, Herodotus sudah memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi dan menyukai karya sastra. Salah satu karya sastra yang
menginspirasi Herodotus untuk menulis dan tertarik dengan masa lalu Yunani adalah The Iliad
and the Odyssey karya Homer, seorang filsuf dan penulis Yunani Kuno.
RUANG LINGKUP SEJARAH

Sejarah itu memiliki empat ruang lingkup yang terdiri dari sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah, dan seni. Sekarang,
yuk kita bahas masing-masing ruang lingkup Sejarah :
1. Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah sebagai ilmu adalah rekonstruksi peristiwa pada masa lalu yang dilakukan oleh sejarawan sesuai dengan kaidah
keilmuan.
2. Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa bukan hanya memuat tanggal, nama tokoh, dan tempat kejadian, tetapi berisi juga sebab-akibat,
konteks zaman, kronologi, serta peran pelaku dalam peristiwa pada masa lalu.
3. Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah merupakan kejadian-kejadian pada masa lalu yang dibangun kembali (rekonstruksi).
4. Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni merupakan kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu peristiwa pada masa lalu.
PENGARUH KONFERENSI ASIA AFRIKA (KAA) TAHUN 1955
TERHADAP KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA DI BENUA
AFRIKA
Dekade abad ke 20 ini dihadapkan pada corak dan arah perkembangan sejarah manusia yang berbeda
dengan corak sejarah manusia sebelumnya. Corak dan arah yang ditandai oleh bangkitnya golongan
bangsa-bangsa yang dijajah oleh kaum kapitalis, menurut persamaan hak, harga diri, dan kedaulatan atau
lebih tegas mereka menuntut kemerdekaan abadi lepas dari pengaruh-pengaruh asing bersatu berkumpul
untuk menyatakan cita-cita, membantu kawan, tetangga ikut berjuang merebut kemerdekaan. Indonesia
pernah membuktikan sikap solidaritas itu, yaitu terciptanya solidaritas bangsa-bangsa Asia Afrika yang
terkenal dengan sebutan “Semangat Bandung” pada tahun 1955 (Said Hamid Hasan, 1994: 747).
Tentu saja Semangat Bandung masih relevan untuk politik luar negeri kita yang bebas aktif. Konferensi
Asia Afrika masih mempunyai arti penting dan besar pengaruhnya hingga sekarang, terutama bagi negara
yang cinta damai. Konferensi Asia Afrika menaikan citra Indonesia merupakan bukti untuk membentuk
opini publik di mata dunia internasional, khususnya bagi bangsa Asia Afrika yang mendambakan
kemerdekaan dan perdamaian (Sartono Kartodirdjo, 1977: 378).
Konferensi Asia Afrika terjadi atas gagasan yang diajukan dalam Konferensi Kolombo, yang dihadiri oleh
Indonesia, India, Burma, Pakistan dan Sri Lanka, pada bulan April tahun 1954. Usul Indonesia ini
kemudian dimatangkan dalam Konferensi Bogor yang diadakan pada akhir bulan Desember 1954.
Konferensi Asia Afrika berhasil diselenggarakan pada bulan April tahun 1955, dengan dihadiri oleh 29
negara.
Banyak tokoh dunia dari Asia Afrika yang menghadiri peristiwa bersejarah ini, seperti Pandit
Jawaharlal Nehru dari India, Chou En Lai dari RRC, Gamal Abdul Nasser dari Mesir dan
Norodom Sihanouk yang merupakan kepala pemerintahan yang termuda yang hadir dalam
Konferensi. Konferensi Asia Afrika dibuka oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh Perdana
Menteri Ali Sastroamidjojo dari Indonesia.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika terhadap negara-negara di Benua Afrika merupakan jawaban
positif terhadap tantangan zaman pada waktu itu yang mengaitkan perjuangan bangsa-bangsa
terjajah terhadap kaum kolonialis imperialis yang masih bercokol di bumi Afrika. Di belahan
bumi Afrika rakyat sedang bangkit mengadakan perlawanan terhadap bangsa-bangsa penjajah dari
Eropa Barat, menyadari pentingnya jiwa dan semangat Bandung.
Oleh karena mempunyai dampak yang tak ternilai terhadap gerak perjuangan dalam usaha membebaskan
diri dari kaum kolonialis imperialis. Konferensi Asia Afrika Bandung tahun 1955, dapat dianggap sebagai
momentum historis yang sangat penting dalam sejarah dunia. Konferensi Asia Afrika menaikkan citra
Indonesia di dunia internasional dan khususnya bangsa Afrika. Selama Indonesia memegang Pancasila dan
berdasarkan NKRI yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 sebagai landasan berbangsa dan
bernegara, maka semangat Bandung tetap menjadi suatu prinsip politik luar negeri bangsa Indonesia bebas
aktif dalam upaya memberikan inspirasi terhadap negara-negara di Afrika. Sumber: Yadi Kusmayadi,
“Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955 Terhadap Kemerdekaan Negara-Negara di Benua
Afrika”, Jurnal Agastya., Vol. 8, No. 1, Tahun 2018 (halaman 15-34).

Anda mungkin juga menyukai