Anda di halaman 1dari 37

Penyakit Jantung

Bawaan (PJB)
Dosen Pengampuh : Ns. Haris, M. Kep.

Kelompok 11

Musrianti Putri Andani (14401022040)


Syaghita Putri (14401022062)
Prima Gresia (14401022049)
Definisi
• Penyakit jantung bawaan (PJB)
merupakan kelainan jantung yang sudah didapat
sejak lahir atau bentuk kelainan jantung yang sudah
didapatkan sejak bayi baru lahir.

• Kelainan struktural jantung dan atau


pembuluh darah besar yang ditemukan sejak
didalam kandungan ataupun setelah lahir, PJB
merupakan jenis kelainan bawaan lahir yang paling
sering ditemukan dan merupakan penyebab
kematian bayi oleh kelainan bawaan lahir paling
lahir.
Etiologi
• Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB tidak
diketahui. Berbagai jenis obat, penyakit ibu,
paparan terhadap sinar Rontgen, diduga merupakan
penyebab eksogen penyakit jantung bawaan.
• Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal
kehamilan dapat menyebabkan PJB pada bayi.
• Di samping faktor eksogen terdapat pula faktor
endogen yang berhubungan dengan kejadian PJB.
• Berbagai jenis penyakit genetik dan sindrom
tertentu erat berkaitan dengan kejadian PJB seperti
sindrom Down, Turner, dan lain-lain.
Patofisiologi
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart
disease berhubungan dengan proses perkembangan jantung
sejak masa embrio. Penyakit jantung bawaan sianotik terjadi
bila terdapat hubungan pirau (kelainan berupa lubang pada
sekat pembatas antar jantung) sehingga darah mengalir dari
bilik jantung kanan ke kiri. Sebaliknya, pada penyakit
jantung bawaan asianotik, hubungan pirau terjadi dari kiri ke
kanan
Manifestasi klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan
jantung dapat memberikan gejala yang
menggambarkan derajat kelainan.
Adanya gangguan pertumbuhan,
sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan
infeksi saluran napas berulang, dan terdengarnya
bising jantung, dapat merupakan petunjuk awal
terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau
anak.
• Gangguan pertumbuhan
• Sianosis
• Toleransi latihan
• Infkesi saluran napsa berulang
• Bising jantung
Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis penyakit jantung bawaan
ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan.
Pemeriksaan penunjang dasar yang penting yaitu;

• Foto Rontgen Dada


• Elektrokardiografi
• Pemeriksaan Laboratorium Rutin.

Adapun pemeriksaan lanjutan (untuk penyakit jantung


bawaan) mencakup kateterisasi jantung.
Pengobatan
Obat-obatan
Sejumlah obat dapat diberikan oleh dokter kepada pasien untuk meringankan beban kerja jantung atau
membuatnya bekerja lebih efisien. Obat-obatan tersebut meliputi:
• ACE inhibitor, untuk membuat pembuluh darah lebih rileks sehingga jantung lebih mudah dalam memompa
darah
• Penghambat beta, untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah
• Diuretik, untuk menurunkan volume darah dalam tubuh
• Indomethacin, untuk membantu menutup bukaan di pembuluh darah
• Prostaglandin, untuk membantu menutup saluran antara aorta dan arteri pulmonalis
• Beberapa jenis penyakit jantung bawaan yang dapat ditangani dengan obat-obatan adalah patent ductus
arteriosus, transposisi arteri besar, dan truncus arteriosus.
Pengobatan
Implan alat pacu jantung dan kejut jantung
(ICD)
Pemasangan alat pacu jantung dan
ICD (implantable cardioverter-defibrillator)
dapat dilakukan untuk membantu jantung
berdetak lebih teratur. Metode ini bisa mencegah
komplikasi akibat kelainan jantung bawaan.
Pengobatan
Kateterisasi jantung
Kateterisasi dilakukan untuk memperbaiki kelainan jantung tanpa
perlu melakukan operasi. Pada prosedur ini, selang tipis dan lentur (kateter) akan
dimasukkan melalui pembuluh darah di tungkai pasien menuju jantung dengan
bantuan pemindaian gambar, yaitu foto Rontgen dan CT scan.
Setelah kateter berada di posisi yang tepat, sebuah alat kecil akan
dimasukkan melalui kateter untuk mengatasi kelainan atau cacat jantung.
Kateterisasi jantung bisa dilakukan dengan prosedur angioplasti dan perbaikan
katup jantung (valvuloplasti).
Jenis-jenis penyakit jantung bawaan yang dapat ditangani dengan kateterisasi
jantung adalah stenosis katup aorta, defek septum, dan transposisi arteri besar.
Pengobatan
Operasi jantung
Operasi jantung bisa dilakukan bila kateterisasi jantung tidak efektif mengatasi penyakit jantung
bawaan. Operasi bertujuan untuk menambal atau menjahit lubang di jantung, memperbaiki atau mengganti katup
jantung, dan melebarkan pembuluh darah.
CABG (coronary artery bypass grafting) adalah salah satu contoh prosedur bedah jantung.
Beberapa jenis penyakit jantung bawaan yang dapat ditangani dengan operasi jantung adalah koarktasio aorta
dan Tetralogy of Fallot.
Pengobatan
Transplantasi jantung
Jika kelainan jantung tidak bisa diperbaiki dengan obat-obatan atau
metode pengobatan lain, transplantasi jantung dapat menjadi pilihan penanganan terakhir.
Transplantasi jantung merupakan prosedur pengangkatan jantung yang
sudah tidak bekerja secara optimal, untuk kemudian digantikan dengan jantung yang
sehat dari pendonor.
Setelah pasien penyakit jantung bawaan menjalani pengobatan,
pemeriksaan rutin ke dokter tetap perlu dilakukan. Hal ini karena penyakit ini berpotensi
terjadi kembali di kemudian hari. Selain itu, fungsi jantung juga dapat menurun seiring
pertambahan usia.
Untuk menjaga kondisi jantung agar tetap sehat, pasien disarankan untuk
rutin berolahraga. Jenis olahraga yang disarankan adalah yang berintensitas ringan,
seperti berjalan atau berenang.
Komplikasi PJB
• Endokarditis
• Gangguan irama jantung atau aritmia
• Gagal jantung
• Hipertensi pulmonal
• Infeksi saluran pernapasan, seperti
pneumonia
• Penggumpalan darah dan stroke
• Gangguan belajar
Pencegahan
Untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung bawaan,
ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan
sebelum dan selama masa kehamilan. Beberapa upaya
pencegahan sebelum kehamilan adalah:
• Menjalani vaksinasi rubella dan flu
• Menjalani pemeriksaan TORCH agar bisa diobati sebelum
hamil
• Menjalani skrining genetik jika menderita atau memiliki
anggota keluarga dengan riwayat penyakit jantung bawaan
Pencegahan
Sementara itu, untuk mencegah penyakit jantung bawaan pada
janin, ibu hamil disarankan untuk melakukan hal-hal berikut
selama masa kehamilan:
• Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok
• Menjalani pola makan sehat dan bergizi seimbang sesuai
untuk ibu hamil
• Mengonsumsi suplemen asam folat sesuai saran dari
dokter
• Menjalani kontrol kehamilan secara rutin
• Menggunakan kosmetik yang aman bagi ibu hamil
• Menghindari paparan zat kimia, seperti pelarut yang
terdapat dalam produk pengencer cat atau deterjen
Konsep
Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian menurut Wiwik dan Sulistyo (2008) antara lain :
1. Identitas Pasien
Pada klien penderita Penyakit Jantung Bawan (PJB) diantaranya terjadi
pada usia 35-55 tahun. Klien yang menderita Penyakit Jantung Bawan
(PJB) umumnya terjadi pada lak-laki dan perempuan sejak lahir.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada pasien dengan Penyakit Jantung
Bawan (PJB) yaitu sering merasa lemah dan letih, pucat dan sianosis
3. Riwayat kesehatan demam, dispnea.
a. Riwayat kesehatan sekarang 8) Syndrom syock dalam berbagai tingkatan.
1) Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur.
2) Faktor perangsang nyeri yang spontan. b. Riwayat kesehatan dahulu
3) Kualitas nyeri: rasa nyeri digambarkan dengan Pada umumnya kasus penyakit jantung bawaan
rasa sesak yang berat atau mencekik. (PJB) keadaaan umunya
4) Lokasi nyeri: dibawah atau sekitar leher, dengan melemah sejak kecil hibgga dewasa
dagu belakang, bahu atau lengan.
5) Beratnya nyeri: dapat dikurangi dengan istirahat c. Riwayat kesehatan keluarga
atau pemberian nitrat. Adannya riwayat keluarga yang mengalami
6) Waktu nyeri: berlangsung beberapa jam atau hari, penyakit jantung atau Penyakit
selama serangan pasien Jantung Bawan (PJB).
memegang dada atau menggosok lengan kiri.
7) Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang
4. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien Penyakit Jantung Bawan (PJB) biasanya baik atau
kompos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.

a. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal
dan mengeluh sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukan. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena
terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada
saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada Infark
Miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
b. B2 (Blood)
1) Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri biasanya didaerah substernal atau nyeri
diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas didada. Dapat terjadi nyeri danketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
2) Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Infark Miokard Akut (IMA)tanpa komplikasibiasanya ditemukan.
3) Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut
(IMA). Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada Infark Miokard Akut (IMA) tanpa
komplikasi.
4) Perkusi
5) Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
c. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Tidak ditemukan sianosi
perifer. Pengkajian obyektif klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur
tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang merupakan
respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium.
d. B4 (Bledder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan
intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor
adanya oliguri pada klien dengan Infark Miokard Akut (IMA)karena
merupakan tanda awal syok kardiogenik.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah.
Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan pada ke empat
kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama
Infark Miokard Akut (IMA).
f. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan.
Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur,
pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur.
Tanda klinis lain yang ditemukan adalah
takikardi, dispnea pada saat istirahat maupun saat
beraktivitas. Kaji personale hegiene klien dengan
menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukan
tugas perawatan diri.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran
jantung, edema atau efusi pleura
b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi
bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan
AMI),ekokardiogram
c. Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia,
hiperkalemiapada tahap lanjut dari gagal jantung, Blood
UreaNitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat,
peninkatanbilirubin dan enzim hati.
Pathway PJB
Pathway PJB
Diagnosa Keperawatan
SDKI

01 02 03 04

Gangguan Penurunan
Pola Napas Curah Nyeri Akut
Pertukaran Tidak Efektif
Gas Jantung
Diagnosa Keperawatan
SDKI

01 02 03 04

Perfusi Intoleransi Ansietas


Hipervolemi Perifer Tidak
a Aktivitas
Efektif
Intervensi
Keperawatan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai