Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta 1. Pasien dengan anestesi. Posisi litotomi menilai kembali keadaan genitalia interna serta derajat prolap uteri.
Serviks dijepit dengan tenakulum
kemudian ditarik sehingga diketahui uterus mudah digerakkan (mobilitasnya) baik atau tidak. 2. Tenakulum ditarik kebawah dibuat insisi pada dinding vagina anterior berbentuk elips kanan-kiri dimulai dari titik yang berjarak 1 cm proksimal uretra ke arah serviks sampai daerah 1-2 cm di atas porsio 3. Tepi mukosa vagina anterior di insisi dan yang terletak dekat dengan uretra dijepit dengan klem bergigi, kemudian lapisan mukosa vagina anterior dengan tekanan secara tumpul memakai kassa, dilepaskan dari dasarnya (otot / fasia visiko uretro vaginalis) 4. Dengan menggunakan kassa yang dipegang pada ujung jari, daerah serviks kandung kemih didorong ke proksimal ke arah simpisis sehingga kandung kemih akan dapat dilepaskan dari serviks dan sampai terlihat plika vesiko uterina. 5. Insisi melingkar pada mukosa vagina dekat serviks 1-2 cm dari ujung serviks uteri, kemudian serviks ditarik ke atas semaksimal mungkin sehingga forniks posterior terlihat; dilakukan insisi mukosa vagina posterior
Mukosa vagina posterior dibebaskan dari
serviks dengan mendorong dengan kain kassa secara tumpul. 6. Dengan serviks yang di tarik ke atas sub mukosa dan peritoneum di daerah forniks posterior dipotong sehingga kavum Douglasi dapat dilihat.
Dibuat tegel pada jaringan peritoneum dan sub
mukosa forniks posterior tersebut dan lubang kolpotomi posterior diperlebar dengan gunting ke kanan dan ke kiri. 7. Dilakukan eksplorasi kavum Douglasi dengan memasukkan telunjuk ke dalam kavum Douglasi tersebut terus ke daerah fundus uteri yang mudah dapat diraba. 8. Dengan bimbingan jari telunjuk di atas fundus uteri di dalam rongga abdomen plika vesika uterina mudah dikenal dan dipotong dengan gunting dan dilebarkan ke kanan dan ke kiri; dibuat tegel atau jahitan pada plika vesiko uterina tadi. 9. Uterus dapat diluksir ke luar baik ke belakang melalui kavum Douglasi atau ke depan melalui lubang pada daerah plika vesiko uterina. 10. Dilakukan penjepitan lig. sakro uterina dan lig. Kardinale, jepitan dilakukan dekat dengan serviks kemudian dipotong dan dijahit dengan benang Chromic / vicryl no.1. Dilakukan hal yang sama pada sisi sebelahnya 11. Dilakukan penjepitan, pemotongan dan pengikatan pada lig. Ovarii propium.
Kemudian dilakukan penjepitan,
pemotongan dan penjahitan pada lig. Rotundum. 12. Bila vagina dibutuhkan agar tetap dalam, dibuat jahitan penunjang yang digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri. Ligamentum rotundum dicari dipegang dan ditarik ke bawah kemudian dijahit dengan benang lambat absorbsi nomor 1 dan diikat. Hal ini dilakukan pada sisi yang sama 13. Dilakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri dengan mempergunakan spekulum dan dilihat bentuk dan besar dari pada ovarium, bila ovarium tidak normal dilakukan oovorektomi dengan menjepit, memotong dan mengikat lig. infundibulo pelvikum. 14. Dilakukan reperitonisasi dengan benang lambat absorbsi dimulai dari tengah peritoneum atas melalui sudut lateral kiri, tunggul pangkal tuba, lig. sakrouterina kiri dan lig. kardinale kiri, tepi peritoneum posterior, sudut posterior kanan, dan berakhir pada garis tengah peritoneum anterior. 15. Sehingga rongga peritoneum tertutup, perlu diingat ketika peritoneum ditutup semua tunggul-tunggul harus ada diluar peritoneum. 16. Dilakukan kolporafi anterior. Dinding vagina dijepit dengan klem Allis pada sudut lateral bawah kanan dan kiri, kemudian dinding vagina dilepaskan dari dasarnya dengan mendorong sub mukosa dengan ibu jari yang dilapisi dengan kassa sampai ke daerah lateral dinding vagina. Hal ini dilakukan sampai dekat muara uretra eksterna. 17. Dilakukan penjahitan dengan tiga buah jahitan yaitu dengan mengambil fasia pubo servikalis dan jaringan para uretralis sebelah kiri dan kanan, jahitan berbentuk huruf “U”, ketiga jahitan ini kemudian diikat satu sama lain sehingga uretra dan kandung kemih akan terdorong keatas dan tak tampak ada tonjolan atau sistokel. 18. Mukosa vagina yang berlebihan dipotong dan dinding vagina ditutup dengan benang nomor 2.0 lambat absorbsi secara interupted dimulai dari daerah uretra dan berakhir pada daerah puncak vagina. 19. Kemudian puncak vagina dijahit dengan benang penggantung yang telah disiapkan (pada lig. rotundum kanan dan kiri). Dengan cara ini puncak vagina tadi akan tertarik ke atas sehingga vagina akan mempunyai lubang cukup dalam. 20. KEMUDIAN DILAKUKAN KOLPORAFI POSTERIOR Dua klem Allis menjepit muskulo kutaneus dari mukosa vagina posterior. Klem Allis ketiga menjepit mukosa vagina posterior pada garis tengah setinggi perbaikan yang akan dilakukan. Dengan klem bergigi perineal ditarik. 21. Insisi horizontal dibuat dengan pisau pada muskulo kutaneus mulai dari klem Allis yang satu ke klem Allis yang lainnya. Kemudian lapisan mukosa vagina dipotong dengan gunting, mukosa vagina posterior dipisahkan dari fasia rektovaginal dengan kassa ibu jari tangan kiri atau secara tajam pakai pisau/gunting. 22. Lapisan mukosa di luar segi tiga yang sudah dilepaskan dari dinding vagina dilepaskan pula ke lateral sehingga otot levator ani mudah dilihat.
23. Levator ani dan otot transversa perineum dan
spingter ani dijahit dengan 3-4 jahitan dengan benang Chromic nomor 1. 24. Mukosa vagina kemudian dijahit dengan jahitan jelujur dengan benang lambat absorbsi nomor 2.0 atau secara interupted. Kemudian kulit perineum dijahit dengan benang yang mudah diserap dengan jahitan sub kutikuler.
25. Dinding vagina dicuci atau dibersihkan dengan
kassa dan larutan betadhin, dan dipasang Foley kateter nomor 12 selama 24 jam.