Anda di halaman 1dari 21

APOTEKER

BERFIKIR KRITIS,
ANALITIS, ADAPTIF, DAN
KREATIF
1. Imam Safe’i
(2420475327)
2. Indah Putri Anggriani (2420475328)
3. Isnaini Nur Khasanah (2420475330)
4. Juan Bayu Erlangga (2420475334)
5. Novi Andriani (2420475354)
01
APOTEKER
BERFIKIR KRITIS ANALITIS
BERFIKIR KRITIS
Berpikir kritis adalah suatu proses menggunakan akal budi dengan
menganalisis dengan dalam dan tidak langsung percaya pada suatu
hal yang terjadi.

Prinsip tahapan proses berpikir kritis meliputi memahami masalah,


menganalisis masalah, mengidentifikasi informasi yang relevan
dengan masalah, merencanakan solusi, menarik kesimpulan,
mengevaluasi solusi yang telah dibuat dan mencari alternatif lain
dalam penyelesaian masalah.
BERFIKIR ANALITIS
★ Berfikir analitis merupakan kemampuan merinci suatu permasalahan,
mencari hubungan antar aspek/bagian, kemampuan membedakan,
kemampuan mengorganisasikan (menentukan metode, alat dan bahan serta
kesimpulan), dan mengkontribusikan (menentukan pendapat/tujuan dari
suatu aktivitas).
★ Menganalisis berarti memecah materi/bagian yang kompleks menjadi
bagian-bagian yang lebih sederhana yang melibatkan pengelompokkan
sesuatu untuk menjelaskan cara kerja, menganalisis hubungan antara
bagian-bagian, mengenali sebab/motif atau struktur organisasi.
★ Analisis sebagai suatu tujuan dapat dibagi menjadi tiga sub kategori, yaitu
analisis bagian, analisis hubungan, dan analisis pengorganisasian prinsip.
Mengapa apoteker perlu
berpikir kritis analitis?
BERFIKIR KRITIS-ANALITIS
Apoteker perlu berpikir sendiri,
mempertanyakan klaim,
menggunakan penilaian yang baik,
dan mengambil keputusan .

Hal ini diperlukan hampir setiap


aspek praktik farmasi karena sebagai
apoteker perlu mengevaluasi klaim
yang dibuat dalam literatur,
mengelola dan menyelesaikan
masalah pengobatan pasien, dan
menilai hasil pengobatan.
BERFIKIR KRITIS-ANALITIS
Apoteker perlu menganalisis informasi medis dan farmakologi yang
kompleks, menilai potensi interaksi obat, dan merancang rencana
pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Berpikir analitis
memungkinkan apoteker untuk mengidentifikasi pola-pola dalam data
pasien, memahami implikasi klinis dari hasil tes laboratorium, dan
mengevaluasi efektivitas obat. Selain itu, kemampuan ini mendukung
apoteker dalam merespons dengan cepat terhadap situasi darurat atau
perubahan kondisi pasien. Dengan berpikir analitis, apoteker dapat
menyajikan solusi yang tepat dan personal dalam rangka memberikan
perawatan kesehatan yang optimal kepada pasien mereka.
BERFIKIR KRITIS-ANALITIS

Manfaat Berfikir Kritis-Analitis:


• Mampu berpikir jernih dan rasional
• Meningkatkan kemampuan adaptasi
• Meningkatkan kreativitas
• Mampu mengembangkan produk baru
BERFIKIR KRITIS-ANALITIS
Peran Apoteker dalam Berfikir Kritis-Analitis:

Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk


optimalisasi peran yang dilakukan oleh apoteker terhadap pasien dalam
melakukan terapi pengobatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan pasien.

Apoteker berperan dalam memberikan konsultasi, informasi dan edukasi


(KIE) terkait terapi pengobatan yang dijalani pasien, mengarahkan pasien
untuk melakukan pola hidup sehat sehingga mendukung agar keberhasilan
pengobatan dapat tercapai, dan melakukan monitoring hasil terapi
pengobatan yang telah dijalankan oleh pasien serta melakukan kerja sama
dengan profesi kesehatan lain yang tentunya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien.
02
APOTEKER
ADAPTIF
ADAPTIF
★ Proses adopt and adapt (adopsi dan adaptasi) perlu dilakukan untuk
menyesuaikan dengan praktik kefarmasian di Indonesia. Perilaku adaptif
merupakan performansi tipikal seseorang dalam aktivitasnya sehari-hari yang
memerlukan kecakapan sosial dan personal. Sebagai seorang apoteker
kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas
yang ditumbuh kembangkan dalam menghadapi modernisasi.
★ Perilaku adaptif dapat diukur dengan menggunakan skala perilaku adaptif
yang meliputi aspek communication (komunikasi), occupation (pekerjaan),
self direction (keputusan), socialization (sosialisasi), dan locomotion (daya
penggerak).
Mengapa apoteker perlu
menerapkan perilaku
Adaptif?
Dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, informasi dan
teknologi sebagai apoteker harus
mampu beradaptasi seperti
perubahan pandemi, kemajuan
era digital, dan lainnya. Hal
tersebut memberikan tantangan
untuk penyesuaian, dengan penuh
harapan dengan peningkatan
kualitas pelayanan, pengelolaan
manajemen obat serta hubungan
dengan pasien dalam
mengembangkan peran sebagai
konsulen terpenuhi.
Manfaat bersikap adaptif sebagai Apoteker:
1. Memperoleh inovasi dalam pelayanan kesehatan (mempengaruhi praktik
apoteker dan bisnis kesehatan sehingga harus mengikuti dan efektif
dalam praktek professional).
2. Perubahan regulasi yang menuntut apoteker harus memantau dan
memahami dengan baik sehingga akan terhindar dari kesalahan dalam
praktik farmasi.

Peran bersikap adaptif sebagai Apoteker:


Perilaku adaptif pada apoteker ini menjadikan kualitas apoteker di masa
depan menjadi penuh harapan dan menjadi apoteker yang inovatif,
informatif (imu, kajian teknologi) dan terjamin akan
pengimplementasiannya.
03
APOTEKER
KREATIF
KREATIF
❖ Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan dimana seorang apoteker
mampu mengemukakan ide atau gagasan mereka untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dan menghasilkan sesuatu yang baru atau belum ditemukan oleh
orang lain.
❖ Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan
antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan
deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan
demikian untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak
di bawah kontrol atau tekanan.
KREATIF
Beberapa faktor penting yang merupakan aspek dari kemampuan berpikir kreatif,
yaitu :
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking)
b. Keluwesan berpikir (flexibility)
c. Elaborasi pikiran (elaboration)
d. Keaslian berpikir (originality)
Mengapa apoteker perlu
menerapkan perilaku
Kreatif?
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan
teknologi sebagai apoteker harus dapat mengembangkan kreativitas
dalam hal pengelolaan dan pelayanan kefarmasian. Apoteker harus
kreatif. Kreatif bisa dimaknai sebagai kemampuan untuk menciptakan,
baik itu hal-hal baru ataupun mengemas hal-hal yang lama dengan cara
yang berbeda. Semua orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda,
begitu juga dengan apoteker. Namun, kadang apoteker kurang mengasah
kreativitas di dalam dunia kefarmasian, baik saat pengelolaan obat
ataupun berinteraksi langsung dengan pasien.
Tantangan saat ini dan ke depan, akan ada banyak pekerjaan yang
diambil alih oleh teknologi. Otomatisasi menjadi tantangan bagi
apoteker,bagaimana mempertahankan eksistensinya di dunia farmasi.
Sehingga, apoteker perlu kreatif dalam memanfaatkan teknologi demi
tercapainya pembangunan kesehatan. Bidang farmasi Indonesia yang
juga perlu dikembangkan diantaranya, produksi sediaan farmasi dan
alat kesehatan, pelayanan kefarmasian dan kesehatan, pengendalian
inventori obat nasional dan manajemen supply obat, serta digitalisasi
kesehatan dan perusahaan rintisan bidang farmasi. Tak hanya itu,
apoteker harus mampu berpikir kreatif untuk memanfaatkan ilmu dan
teknologi farmasi, ilmu biomedik dasar, ilmu humaniora, dan ilmu
kesehatan masyarakat untuk mengelola masalah obat dan kesehatan
secara komprehensif di tingkat individu dan masyarakat.
THANKS

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai