Tugas Pak Jona-Demokrasi Deliberatif
Tugas Pak Jona-Demokrasi Deliberatif
Model demokrasi deliberatif juga dikembangkan oleh Ulrich Beck dan Anthony Giddens
5 dalam teori-teori sosialnya dalam masyarakat modern. (memberi dukungan teori sosial)
Beberapa filsuf dan pemikir politik sejak abad ke 18 yang menggagas deliberasi
Dalam pembentukan opini publik, proses itu tidak pernah netral dalam artian terbentuk
dari proses diskursus antar anggota masyarakat, tetapi lebih sering “dibentuk” dan
bahkan “digiring” oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Kesimpulan awal yang diperoleh bahwa proses pembentukan undang-undang belum
melalui proses yang deliberatif.
2. Demokrasi deliberatif menghendaki keber-
adaan “ruang publik” baik ketersediaan “ru-
1. Jika kita kaitkan dengan legitimalitas ang” secara fisik maupun ruang dalam arti
pembentukan undang-undang : “kondisi” yg memungkinkan warga/
tidak ada keharusan sebuah RUU masyarakat mendiskusikan isu-isu publik terkait
harus diuji secara publik sebelum RUU dgn pembentukan kebijakan tertentu.
tersebut disetujui bersama antara DPR • Proses “dialog” yg berlangsung di dalam
dan Pemerintah, dan ketika uji publik nya bukanlah dialog yg didasarkan pada
tersebut tidak dilaksanakan, UU yang argumentasi rasional untuk mencapai
telah disetujui tetap memiliki legitimasi. suatu konsensus yg kelak dituangkan
Apabila kita buka ketentuan tentang dalam kebijakan/undang-undang.
pengujian UU secara formil di MK, • Belum tercipta “kondisi” yang memu-
persyaratan uji publik tersebut juga ngkinkan proses diskursus berlangsung
tidak menjadi alasan sebuah UU cacat secara deliberatif, mengingat keter-
secara formil atau cacat dalam proses batasan kemampuan anggota
pembentukannya. masyarakat dalam memahami isu publik
& terutama adanya posisi yg tidak
Dengan demikian, uji publik sebagai salah satu setara/seimbang diantara “peserta”, di-
bentuk dari proses deliberasi tidak dijadikan mana wakil rakyat adalah pihak yang
dasar legitimitas dalam prosedur pembentukan memiliki otoritas sebagai pengambil
undang-undang di Indonesia. keputusan tanpa adanya jaminan
bahwa aspirasi masyarakat mengikat
mereka dalam mengambil keputu-
san/mereka tidak terikat dengan “ke-
sepakatan” mereka dengan konstituen.
Kesimpulan
Apabila proses pembentukan undang-undang hendak diwarnai dengan proses deliberatif, maka harus diciptakan sebuah
proses yang merujuk pada realisasi ketiga kriteria yaitu :
1. Influence, the process should have the ability to
influence policy and decision making.
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan
dan pengambilan keputusan