Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI PRADIGMA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 6:
1.ELATERSIA FITRIANI GINTING
2.HAMDI RIZAL
3.KARTIKA SARI
4.RAMADHAN NAHAMPUN SIMBOLON
5.SALIK IMAN YUZAKI
6.M.RAZAN
7.M.SYAHRIL
PENDAHULUAN

Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

yang mana pembangunan dilaksanakan secara sentralistik yang berarti pembangunan dari

atas kebawah. Saat era reformasi paradigma tersebut berubah menjadi pembangunan

yang berazaskan desentralisasi yang berarti pembangunan dilakukan dari bawah ke atas

(bottom-Up). Hal ini disahkan melalui undang-undang otonomi daerah yang direvisi

sebanyak 2 kali yaitu undangundang no 22 tahun 1999 menjadi undang-undang no 32

tahun 2004 tentang pemerintahan daerah serta undang-undang no 25 tahun 2004 tentang

sistem perencanaan pembangunan. Azas desentralisasi merupakan otonomi daerah,

dimana pemerintah daerah memiliki hak untuk mengurusi rumah tangganya sendiri

dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat (welfare society). Dengan ini diharapkan pemerintah daerah dapat menangkap

permasalahan pembangunan yang begitu kompleks di daerahnya masing-masing.

Pemerintah daerah dapat menyerap aspirasi masyarakat dari bawah untuk perencanaan

pembangunan daerahnya sesuai dengan kebutuhan daerah serta yang terintegrasi dengan

pembangunan nasional. Berbeda dengan yang dilaksanakan selama masa pembangunan

yang sentralistik. Instansi-instansi sektoral di daerah hanya menjadi perpanjangan instansi-

instansi ditingkat pusat sehingga pembangunan yang dilaksanakan kurang sesuai atau tidak

dibutuhkan oleh daerah tersebut. Tentu saja pembangunan seperti ini akan menjadi tidak

efektif dan efisien.

Landasan Pembentukan Karakter Bangsa. Khususnya Bsgi Generasi Baru Indonesia (Gbi) Yang Tidak
Mengalami Pahitnya Perang Kemerdekaan Indonesia Tersebut. Patut Dicatat Bahwa Pengalaman
Perjuangan Yang Dikenal Dengan Pancasila Sebagai Paradigma.
RUMUSAN MASALAH

1.Program pembangunan yang memperkuat partisipasi aktif masyarakat dalam


perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pembangunanpancasila sebagai pradigma bangsa
Indonesia
2. Kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara
berbagai lapisan masyarakatdalam pancasila sebagai pradigma bangsa idonesia.

1.program pembangunan yang memperkuat partisipasi aktif masyarakat dalam


perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pancasila sebagai pradigma
pembangunan bangsa indonesia

Program pembangunan yang memperkuat partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan


dan pelaksanaan kebijakan pembangunan merupakan inisiatif pemerintah atau lembaga
pembangunan untuk melibatkan secara aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, perencanaan, dan pelaksanaan kebijakan pembangunan. Prinsip dasar dari
program semacam ini adalah untuk menciptakan keterlibatan langsung dan konstruktif dari
masyarakat dalam membentuk, mengelola, dan mengawasi pembangunan di wilayah.
Berikut adalah beberapa ciri khas dari program semacam ini:

1.MUSYWARAH DAN KONSULTASI

Dalam konteks Pancasila sebagai pradigma, musyawarah dan konsultasi memiliki peran penting
dalam menjalankan nilai-nilai dasar Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia
yang terdiri dari lima sila, dan salah satunya adalah sila keempat, "Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Dalam konteks Pancasila sebagai
pradigma, musyawarah dan konsultasi memiliki peran penting dalam menjalankan nilai-nilai
dasar Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang terdiri dari lima sila, dan
salah satunya adalah sila keempat, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan."

Musyawarah:

Musyawarah merujuk pada proses pengambilan keputusan yang melibatkan dialog, diskusi, dan
pertukaran pendapat antara berbagai pihak yang terlibat. Dalam konteks Pancasila, musyawarah
mencerminkan semangat demokrasi dan keterlibatan aktif masyarakat dalam pembuatan
keputusan yang berkaitan dengan kepentingan bersama.

Prinsip musyawarah di dalam Pancasila menekankan pada pentingnya mencapai mufakat atau
kesepakatan bersama melalui perbincangan yang bersifat terbuka dan adil.

Konsultasi:

Konsultasi mencakup proses mendengarkan pendapat dan saran dari berbagai pihak yang
memiliki kepentingan atau keahlian tertentu dalam suatu masalah. Konsultasi dapat menjadi cara
untuk menggali masukan dan pandangan yang lebih luas sebelum mengambil keputusan.

Dalam konteks Pancasila, konsultasi mencerminkan nilai-nilai keadilan, kebersamaan, dan


kesetaraan, di mana setiap pihak memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi dalam
proses pengambilan keputusan.

Kedua konsep ini menunjukkan bahwa Pancasila mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
mengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan bersama. Dengan melibatkan
musyawarah dan konsultasi, diharapkan bahwa keputusan yang diambil akan lebih
mencerminkan kepentingan dan aspirasi masyarakat secara luas, sejalan dengan prinsip-prinsip
demokrasi dan keadilan.

3.KONSULTASI PUBLIK

Konsultasi publik adalah suatu proses dimana pihak-pihak yang terkait, termasuk
masyarakat umum, diundang untuk memberikan pendapat, masukan, atau
tanggapan terhadap suatu kebijakan, program, atau rencana yang sedang
dipertimbangkan oleh pemerintah, lembaga, atau organisasi tertentu. Tujuan dari
konsultasi publik adalah untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil
mencerminkan kepentingan dan pandangan seluas mungkin dari masyarakat yang
terkena dampak atau terlibat.

Beberapa ciri konsultasi publik melibatkan:


1. Keterlibatan Masyarakat:
 Melibatkan masyarakat umum, kelompok masyarakat, dan pemangku
kepentingan lainnya dalam proses konsultasi. Ini dapat mencakup
pertemuan publik, survei, atau sarana partisipasi lainnya.

2. Pemberian Informasi:
 Memberikan informasi yang cukup dan jelas kepada masyarakat terkait
kebijakan atau rencana yang akan diambil keputusan. Pemberian
informasi ini memungkinkan masyarakat untuk memahami konteks dan
implikasi dari keputusan yang akan diambil.

3. Waktu yang Cukup:


 Memberikan waktu yang memadai bagi masyarakat untuk memberikan
tanggapan atau pendapat mereka. Ini termasuk memberikan batas
waktu yang wajar agar masyarakat memiliki kesempatan yang cukup
untuk mempertimbangkan informasi dan merumuskan tanggapan
mereka.

4. Berbagai Cara Partisipasi:


 Menyediakan berbagai cara bagi masyarakat untuk berpartisipasi,
seperti pertemuan umum, kuesioner, forum daring, atau sesi tanya
jawab. Ini memungkinkan partisipasi yang lebih luas dan
mempertimbangkan keberagaman pandangan.

5. Analisis dan Pertimbangan Tanggapan:


 Melibatkan proses analisis dan pertimbangan terhadap tanggapan
yang diterima dari masyarakat. Hasil dari konsultasi ini kemudian dapat
menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

Konsultasi publik sering kali digunakan dalam konteks perencanaan pembangunan,


perubahan kebijakan, atau proyek-proyek besar yang dapat memiliki dampak
signifikan pada masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan, diharapkan bahwa kebijakan atau keputusan yang
dihasilkan akan lebih akurat, responsif, dan dapat diterima oleh masyarakat.

4.FORA PARTISIPATIF

Fora partisipatif" mengacu pada forum-forum atau pertemuan-pertemuan yang


dirancang untuk memfasilitasi partisipasi aktif dan berkontribusi dari berbagai pihak
atau kelompok dalam suatu proses keputusan atau diskusi. Fora partisipatif berfungsi
sebagai platform di mana berbagai pandangan, ide, dan masukan dari peserta yang
berbeda dapat disampaikan dan didiskusikan untuk mencapai pemahaman bersama
atau kesepakatan.

Ciri-ciri dari fora partisipatif termasuk:

1. Inklusivitas:
 Menyediakan kesempatan bagi berbagai kelompok, pemangku
kepentingan, atau individu untuk berpartisipasi tanpa diskriminasi. Ini
dapat mencakup perwakilan dari berbagai lapisan masyarakat.

2. Dialog Terbuka:
 Mendorong dialog terbuka dan pertukaran informasi antara peserta.
Peserta diundang untuk menyuarakan pendapat, menyampaikan
pemikiran, dan berdiskusi secara konstruktif.

3. Moderasi dan Fasilitasi:


 Mungkin melibatkan pemandu atau fasilitator yang membantu
mengarahkan diskusi, memastikan bahwa suara semua peserta
didengar, dan membantu mencapai kesepakatan atau pemahaman
bersama.

4. Bertujuan dan Terarah:


 Fora partisipatif biasanya memiliki tujuan dan arah tertentu, seperti
pengembangan kebijakan, perencanaan proyek, atau penyelesaian
masalah tertentu. Peserta diharapkan untuk memberikan kontribusi
yang berhubungan dengan tujuan tersebut.

5. Berdasarkan Prinsip Musyawarah:


 Mengacu pada prinsip-prinsip musyawarah, yang merupakan salah satu
nilai dalam Pancasila. Artinya, keputusan diambil melalui diskusi dan
perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama.

6. Keterbukaan terhadap Beragam Perspektif:


 Menghargai dan membuka ruang untuk berbagai pandangan dan
perspektif yang mungkin berbeda. Ini membantu mencegah adanya
pengecualian atau kelompok yang tidak terwakili.

Fora partisipatif dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di tingkat


pemerintahan, organisasi masyarakat sipil, perusahaan, atau inisiatif komunitas.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa suara dan kontribusi dari berbagai pihak
dapat diakomodasi dan dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan atau
perencanaan.
2. Kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan
ekonomi antara berbagai lapisan masyarakat dalam pancasila sebagai
pradigma bangsa Indonesia.

Kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara berbagai
lapisan masyarakat dikenal sebagai kebijakan redistribusi atau kebijakan inklusif. Kesetaraan
ekonomi menjadi fokus utama, dan tujuannya adalah menciptakan lingkungan ekonomi yang
lebih merata dan adil bagi seluruh masyarakat. Beberapa strategi atau kebijakan yang dapat
diimplementasikan untuk mencapai tujuan ini melibatkan:

.pajak dan transfer pendapatan

Dalam konteks Pancasila sebagai pradigma pembangunan di Indonesia, prinsip pajak


dan transfer pendapatan mencerminkan semangat keadilan sosial ekonomi
sebagaimana yang diamanatkan oleh Sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat." Pajak dan transfer pendapatan diarahkan untuk mencapai tujuan distribusi
ekonomi yang lebih merata dan mengurangi kesenjangan sosial.Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut:

1. Pajak:

 Pancasila menekankan pada keadilan sosial, dan sistem pajak dapat


menjadi instrumen untuk mencapai tujuan ini. Pajak yang diterapkan
diharapkan memberikan kontribusi yang adil dari seluruh lapisan
masyarakat sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing.
Prinsip ini tercermin dalam Sila kelima yang menyatakan "Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

2. Transfer Pendapatan:

 Transfer pendapatan mencakup berbagai program dan kebijakan yang


ditujukan untuk mendistribusikan kembali pendapatan dari kelompok
yang lebih makmur ke kelompok yang kurang mampu. Ini dapat
mencakup subsidi, bantuan sosial, atau program kesejahteraan lainnya.
Transfer pendapatan bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial dan
meratakan kesenjangan ekonomi.

3. Redistribusi Kekayaan:
 Prinsip redistribusi kekayaan sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang
menekankan keadilan sosial. Pemerintah dapat menggunakan pajak
sebagai alat untuk mengambil sebagian dari keuntungan kelompok
ekonomi yang lebih makmur untuk kemudian dialokasikan kembali
melalui program transfer pendapatan kepada kelompok yang lebih
membutuhkan.

4. Peran Negara:

 Pancasila menekankan peran negara dalam mengatur dan


mengendalikan perekonomian untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Pajak dan transfer pendapatan adalah instrumen yang dapat
membantu negara mengambil peran aktif dalam mencapai tujuan
pembangunan yang berkesinambungan dan inklusif.

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Pancasila dalam pajak dan transfer


pendapatan, diharapkan pembangunan ekonomi akan berlangsung lebih merata,
adil, dan memberikan manfaat kepada seluruh lapisan masyarakat. Penerapan
prinsip-prinsip ini juga sejalan dengan visi pembangunan yang berkelanjutan dan
inklusif di Indonesia.

. keadilan Pendidikan

Dalam konteks Pancasila sebagai pradigma pembangunan, Program Pendidikan dan


Pelatihan mencerminkan komitmen untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang merata dan berkeadilan. Pendidikan
dan pelatihan diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan
dan inklusif, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Beberapa aspek terkait Program
Pendidikan dan Pelatihan dalam Pancasila sebagai pradigma pembangunan meliputi:

Keadilan Pendidikan:

Prinsip keadilan sosial dalam Pancasila menuntut agar pendidikan dapat diakses oleh
seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Program pendidikan dan pelatihan
harus dirancang untuk memastikan bahwa setiap warga negara memiliki kesempatan
yang sama untuk mengakses pendidikan berkualitas.

Peningkatan Kualitas SDM:


Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek keterampilan
teknis dan non-teknis yang diperlukan dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.

Kemandirian dan Pendidikan Karakter:Selain aspek akademis, pendidikan diarahkan


untuk membentuk karakter yang kuat dan nilai-nilai moral yang sesuai dengan ajaran
Pancasila. Pendidikan karakter dan kemandirian menciptakan warga negara yang
berintegritas, bertanggung jawab, dan memiliki rasa kebangsaan.

Inklusivitas dan Keterbukaan:

Program pendidikan dan pelatihan harus bersifat inklusif dan terbuka bagi semua
lapisan masyarakat, termasuk kelompok yang mungkin rentan atau terpinggirkan.
Hal ini mencerminkan semangat keadilan sosial dan partisipasi aktif semua warga
negara dalam proses pendidikan.

Keterkaitan dengan Dunia Kerja:

Pendidikan dan pelatihan dirancang untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja dan
menghasilkan lulusan yang siap terjun ke pasar kerja. Keterkaitan antara kurikulum
pendidikan dan kebutuhan industri merupakan aspek penting dalam program ini.

Pengembangan Kapasitas:

Program pendidikan dan pelatihan harus memiliki fokus pada pengembangan


kapasitas individu dan masyarakat. Ini mencakup peningkatan keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan untuk berkontribusi pada pembangunan nasional.

Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasis Teknologi:

Pendidikan dan pelatihan mencakup pengembangan sumber daya manusia yang


berbasis teknologi untuk menjawab tuntutan perkembangan teknologi dan industri.

Pendidikan dan pelatihan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat


memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya
negara, serta membentuk generasi penerus yang memiliki komitmen terhadap nilai-
nilai kebangsaan dan keadilan sosial.

. program kesejahteraan sosial

Program Kesejahteraan Sosial mengacu pada serangkaian kebijakan dan program


pemerintah yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kondisi hidup
masyarakat. Tujuan utama dari program kesejahteraan sosial adalah memberikan
dukungan kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan, membantu
mengurangi ketidaksetaraan, dan memastikan bahwa setiap warga negara memiliki
akses yang memadai terhadap layanan dasar dan kehidupan yang layak.

Beberapa contoh Program Kesejahteraan Sosial termasuk:

1. Bantuan Keuangan:
 Penyediaan bantuan keuangan kepada kelompok masyarakat yang
membutuhkan, seperti tunjangan keluarga, bantuan langsung tunai,
atau subsidi untuk kelompok rentan seperti lansia, penyandang
disabilitas, atau keluarga miskin.
2. Pelayanan Kesehatan:
 Program yang menyediakan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
terjangkau, termasuk asuransi kesehatan, program vaksinasi, dan
bantuan kesehatan.
3. Perumahan dan Lingkungan:
 Program yang berfokus pada perumahan yang layak dan terjangkau, serta
inisiatif peningkatan lingkungan hidup. Ini dapat mencakup pembangunan
rumah bagi keluarga miskin, perbaikan infrastruktur perumahan, atau proyek
lingkungan berkelanjutan.
4. Perlindungan Anak dan Keluarga:
 Program perlindungan anak dan keluarga yang melibatkan pencegahan
kekerasan, penanganan kasus kekerasan domestik, dan dukungan bagi anak-
anak yang terpinggirkan atau terancam kehidupannya.
5. Jaminan Sosial:
 Sistem jaminan sosial yang mencakup asuransi kesehatan, asuransi pensiun,
dan program jaminan sosial lainnya untuk memberikan perlindungan ekonomi
kepada masyarakat.
6. Bantuan Pangan:
 Program bantuan pangan yang menyediakan akses ke makanan yang cukup
dan bergizi bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu.

Program Kesejahteraan Sosial dapat mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan sesuai
dengan kebutuhan spesifik masyarakat yang dilayani. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menciptakan kondisi yang mendukung kehidupan yang layak
bagi semua warga.

KESIMPULAN
1. Kesimpulannya, partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan pembangunan di Indonesia bukan hanya mewujudkan
prinsip demokrasi dan keadilan sosial, Melibatkan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan menciptakan legitimasi bagi kebijakan pemerintah.
Partisipasi masyarakat membantu mewujudkan prinsip demokrasi dan
mendukung penerimaan dan implementasi kebijakan oleh masyarakat.

tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kebijakan dan hasil pembangunan


secara keseluruhan. Partisipasi masyarakat dapat mendukung pembangunan
berkelanjutan karena masyarakat yang terlibat secara aktif memiliki kepentingan
yang lebih besar dalam menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Masyarakat
yang terlibat memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan positif dalam
upaya keberlanjutan pembangunan. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat,
termasuk kelompok yang rentan, dapat membantu mengatasi ketidaksetaraan
dan ketidakadilan sosial. Partisipasi yang inklusif dapat memberikan suara
kepada mereka yang mungkin terabaikan dalam proses pembangunan.

2. Kebijakan ekonomi yang ditujukan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi


mencerminkan komitmen terhadap nilai-nilai keadilan sosial, sebagaimana
diamanatkan oleh Pancasila sebagai pradigma pembangunan. Kesetaraan ekonomi
menjadi fokus utama untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh
lapisan masyarakatkebijakan ekonomi yang ditujukan untuk mengurangi
kesenjangan ekonomi tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, tetapi juga membentuk dasar yang lebih solid untuk kesejahteraan
dan keadilan bagi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
_________ , 2017, Pancasila: Idealitas dan Realitas, (Pidato Pengukuhan) Jakarta: Asosiasi

Ilmu Pengetahuan Indonesia

Madjid, Nurcholish, 2004, Indonesia Kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Universitas

Paramadina, Perkumpulan Membangun Kembali Indonesia

Emilia, S., Andini, M., & Asbari, M. (2022). Pancasila as a Paradigm of Legal Development

in Indonesia. Journal of Information Systems and Management (JISMA), 01(01), 29–32.

https://jisma.org/index.php/jisma/article/view/6

Muin, F. (2022). Tektualitas dan Kontektualitas Pancasila dalam Paradigma Kehidupan

Berbangsa. Jurnal Kewarganegaraan, 6(2), 4109–

4113. http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/3658

Sawitri, N. M., Naibaho, Y. P. C., & Asbari, M. (2022). Pancasila as a Paradigm of


Development in Indonesia Government. Journal of Information Systems and Management
(JISMA), 01(04), 1–6. https://jisma.org/index.php/jisma/article/view/111/19

Setyorini, I. (2018). Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Iptek.
Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum, 4(02), 213–
222. https://doi.org/10.32699/syariati.v4i02.1178

Susanto. (2019). Pancasila Sebagai Paradigma Berbangsa dan Bernegara. In Academia.Edu


(Issue September, p.
12). https://www.academia.edu/download/56362749/12_PERENCANAAN_DAN

Anda mungkin juga menyukai