Pancasila Sebagai Pradigma Pembangunan Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Pradigma Pembangunan Bangsa Indonesia
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 6:
1.ELATERSIA FITRIANI GINTING
2.HAMDI RIZAL
3.KARTIKA SARI
4.RAMADHAN NAHAMPUN SIMBOLON
5.SALIK IMAN YUZAKI
6.M.RAZAN
7.M.SYAHRIL
PENDAHULUAN
Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru
yang mana pembangunan dilaksanakan secara sentralistik yang berarti pembangunan dari
atas kebawah. Saat era reformasi paradigma tersebut berubah menjadi pembangunan
yang berazaskan desentralisasi yang berarti pembangunan dilakukan dari bawah ke atas
(bottom-Up). Hal ini disahkan melalui undang-undang otonomi daerah yang direvisi
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah serta undang-undang no 25 tahun 2004 tentang
dimana pemerintah daerah memiliki hak untuk mengurusi rumah tangganya sendiri
masyarakat (welfare society). Dengan ini diharapkan pemerintah daerah dapat menangkap
Pemerintah daerah dapat menyerap aspirasi masyarakat dari bawah untuk perencanaan
pembangunan daerahnya sesuai dengan kebutuhan daerah serta yang terintegrasi dengan
instansi ditingkat pusat sehingga pembangunan yang dilaksanakan kurang sesuai atau tidak
dibutuhkan oleh daerah tersebut. Tentu saja pembangunan seperti ini akan menjadi tidak
Landasan Pembentukan Karakter Bangsa. Khususnya Bsgi Generasi Baru Indonesia (Gbi) Yang Tidak
Mengalami Pahitnya Perang Kemerdekaan Indonesia Tersebut. Patut Dicatat Bahwa Pengalaman
Perjuangan Yang Dikenal Dengan Pancasila Sebagai Paradigma.
RUMUSAN MASALAH
Dalam konteks Pancasila sebagai pradigma, musyawarah dan konsultasi memiliki peran penting
dalam menjalankan nilai-nilai dasar Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia
yang terdiri dari lima sila, dan salah satunya adalah sila keempat, "Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Dalam konteks Pancasila sebagai
pradigma, musyawarah dan konsultasi memiliki peran penting dalam menjalankan nilai-nilai
dasar Pancasila. Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang terdiri dari lima sila, dan
salah satunya adalah sila keempat, "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan."
Musyawarah:
Musyawarah merujuk pada proses pengambilan keputusan yang melibatkan dialog, diskusi, dan
pertukaran pendapat antara berbagai pihak yang terlibat. Dalam konteks Pancasila, musyawarah
mencerminkan semangat demokrasi dan keterlibatan aktif masyarakat dalam pembuatan
keputusan yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
Prinsip musyawarah di dalam Pancasila menekankan pada pentingnya mencapai mufakat atau
kesepakatan bersama melalui perbincangan yang bersifat terbuka dan adil.
Konsultasi:
Konsultasi mencakup proses mendengarkan pendapat dan saran dari berbagai pihak yang
memiliki kepentingan atau keahlian tertentu dalam suatu masalah. Konsultasi dapat menjadi cara
untuk menggali masukan dan pandangan yang lebih luas sebelum mengambil keputusan.
Kedua konsep ini menunjukkan bahwa Pancasila mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
mengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan bersama. Dengan melibatkan
musyawarah dan konsultasi, diharapkan bahwa keputusan yang diambil akan lebih
mencerminkan kepentingan dan aspirasi masyarakat secara luas, sejalan dengan prinsip-prinsip
demokrasi dan keadilan.
3.KONSULTASI PUBLIK
Konsultasi publik adalah suatu proses dimana pihak-pihak yang terkait, termasuk
masyarakat umum, diundang untuk memberikan pendapat, masukan, atau
tanggapan terhadap suatu kebijakan, program, atau rencana yang sedang
dipertimbangkan oleh pemerintah, lembaga, atau organisasi tertentu. Tujuan dari
konsultasi publik adalah untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil
mencerminkan kepentingan dan pandangan seluas mungkin dari masyarakat yang
terkena dampak atau terlibat.
2. Pemberian Informasi:
Memberikan informasi yang cukup dan jelas kepada masyarakat terkait
kebijakan atau rencana yang akan diambil keputusan. Pemberian
informasi ini memungkinkan masyarakat untuk memahami konteks dan
implikasi dari keputusan yang akan diambil.
4.FORA PARTISIPATIF
1. Inklusivitas:
Menyediakan kesempatan bagi berbagai kelompok, pemangku
kepentingan, atau individu untuk berpartisipasi tanpa diskriminasi. Ini
dapat mencakup perwakilan dari berbagai lapisan masyarakat.
2. Dialog Terbuka:
Mendorong dialog terbuka dan pertukaran informasi antara peserta.
Peserta diundang untuk menyuarakan pendapat, menyampaikan
pemikiran, dan berdiskusi secara konstruktif.
Kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara berbagai
lapisan masyarakat dikenal sebagai kebijakan redistribusi atau kebijakan inklusif. Kesetaraan
ekonomi menjadi fokus utama, dan tujuannya adalah menciptakan lingkungan ekonomi yang
lebih merata dan adil bagi seluruh masyarakat. Beberapa strategi atau kebijakan yang dapat
diimplementasikan untuk mencapai tujuan ini melibatkan:
1. Pajak:
2. Transfer Pendapatan:
3. Redistribusi Kekayaan:
Prinsip redistribusi kekayaan sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang
menekankan keadilan sosial. Pemerintah dapat menggunakan pajak
sebagai alat untuk mengambil sebagian dari keuntungan kelompok
ekonomi yang lebih makmur untuk kemudian dialokasikan kembali
melalui program transfer pendapatan kepada kelompok yang lebih
membutuhkan.
4. Peran Negara:
. keadilan Pendidikan
Keadilan Pendidikan:
Prinsip keadilan sosial dalam Pancasila menuntut agar pendidikan dapat diakses oleh
seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Program pendidikan dan pelatihan
harus dirancang untuk memastikan bahwa setiap warga negara memiliki kesempatan
yang sama untuk mengakses pendidikan berkualitas.
Program pendidikan dan pelatihan harus bersifat inklusif dan terbuka bagi semua
lapisan masyarakat, termasuk kelompok yang mungkin rentan atau terpinggirkan.
Hal ini mencerminkan semangat keadilan sosial dan partisipasi aktif semua warga
negara dalam proses pendidikan.
Pendidikan dan pelatihan dirancang untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja dan
menghasilkan lulusan yang siap terjun ke pasar kerja. Keterkaitan antara kurikulum
pendidikan dan kebutuhan industri merupakan aspek penting dalam program ini.
Pengembangan Kapasitas:
1. Bantuan Keuangan:
Penyediaan bantuan keuangan kepada kelompok masyarakat yang
membutuhkan, seperti tunjangan keluarga, bantuan langsung tunai,
atau subsidi untuk kelompok rentan seperti lansia, penyandang
disabilitas, atau keluarga miskin.
2. Pelayanan Kesehatan:
Program yang menyediakan akses terhadap pelayanan kesehatan yang
terjangkau, termasuk asuransi kesehatan, program vaksinasi, dan
bantuan kesehatan.
3. Perumahan dan Lingkungan:
Program yang berfokus pada perumahan yang layak dan terjangkau, serta
inisiatif peningkatan lingkungan hidup. Ini dapat mencakup pembangunan
rumah bagi keluarga miskin, perbaikan infrastruktur perumahan, atau proyek
lingkungan berkelanjutan.
4. Perlindungan Anak dan Keluarga:
Program perlindungan anak dan keluarga yang melibatkan pencegahan
kekerasan, penanganan kasus kekerasan domestik, dan dukungan bagi anak-
anak yang terpinggirkan atau terancam kehidupannya.
5. Jaminan Sosial:
Sistem jaminan sosial yang mencakup asuransi kesehatan, asuransi pensiun,
dan program jaminan sosial lainnya untuk memberikan perlindungan ekonomi
kepada masyarakat.
6. Bantuan Pangan:
Program bantuan pangan yang menyediakan akses ke makanan yang cukup
dan bergizi bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu.
Program Kesejahteraan Sosial dapat mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan sesuai
dengan kebutuhan spesifik masyarakat yang dilayani. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menciptakan kondisi yang mendukung kehidupan yang layak
bagi semua warga.
KESIMPULAN
1. Kesimpulannya, partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan pembangunan di Indonesia bukan hanya mewujudkan
prinsip demokrasi dan keadilan sosial, Melibatkan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan menciptakan legitimasi bagi kebijakan pemerintah.
Partisipasi masyarakat membantu mewujudkan prinsip demokrasi dan
mendukung penerimaan dan implementasi kebijakan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
_________ , 2017, Pancasila: Idealitas dan Realitas, (Pidato Pengukuhan) Jakarta: Asosiasi
Madjid, Nurcholish, 2004, Indonesia Kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Universitas
Emilia, S., Andini, M., & Asbari, M. (2022). Pancasila as a Paradigm of Legal Development
https://jisma.org/index.php/jisma/article/view/6
4113. http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/3658
Setyorini, I. (2018). Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Iptek.
Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum, 4(02), 213–
222. https://doi.org/10.32699/syariati.v4i02.1178