Pancasila Sebagai Pradigma Pembangunan Bangsa Indonesia
Pancasila Sebagai Pradigma Pembangunan Bangsa Indonesia
INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 6:
1.ELATERSIA FITRIANI SEMBIRING
2.HAMDI RIZAL
3.KARTIKA SARI
4.RAMADHAN NAHAMPUN SIMBOLON
5.SALIK IMAN YUZAKI
6.M.RAZAN
7.M.SYAHRIL
PENDAHULUAN
Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru
yang mana pembangunan dilaksanakan secara sentralistik yang berarti pembangunan dari
atas kebawah. Saat era reformasi paradigma tersebut berubah menjadi pembangunan yang
berazaskan desentralisasi yang berarti pembangunan dilakukan dari bawah ke atas (bottom-
Up). Hal ini disahkan melalui undang-undang otonomi daerah yang direvisi sebanyak 2 kali
memiliki hak untuk mengurusi rumah tangganya sendiri dengan memanfaatkan sumber-
sumber daya yang ada untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (welfare society). Dengan
kebutuhan daerah serta yang terintegrasi dengan pembangunan nasional. Berbeda dengan
yang dilaksanakan kurang sesuai atau tidak dibutuhkan oleh daerah tersebut. Tentu saja
(Gbi) Yang Tidak Mengalami Pahitnya Perang Kemerdekaan Indonesia Tersebut. Patut
Dicatat Bahwa Pengalaman Perjuangan Yang Dikenal Dengan Pancasila Sebagai Paradigma.
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
Dalam konteks Pancasila sebagai pradigma, musyawarah dan konsultasi memiliki peran
penting dalam menjalankan nilai-nilai dasar Pancasila. Pancasila adalah dasar negara
Republik Indonesia yang terdiri dari lima sila, dan salah satunya adalah sila keempat,
"Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Dalam konteks Pancasila sebagai pradigma, musyawarah dan konsultasi memiliki peran
penting dalam menjalankan nilai-nilai dasar Pancasila. Pancasila adalah dasar negara
Republik Indonesia yang terdiri dari lima sila, dan salah satunya adalah sila keempat,
"Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Musyawarah:
Musyawarah merujuk pada proses pengambilan keputusan yang melibatkan dialog, diskusi,
dan pertukaran pendapat antara berbagai pihak yang terlibat. Dalam konteks Pancasila,
musyawarah mencerminkan semangat demokrasi dan keterlibatan aktif masyarakat dalam
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
Prinsip musyawarah di dalam Pancasila menekankan pada pentingnya mencapai mufakat atau
kesepakatan bersama melalui perbincangan yang bersifat terbuka dan adil.
Konsultasi:
Konsultasi mencakup proses mendengarkan pendapat dan saran dari berbagai pihak yang
memiliki kepentingan atau keahlian tertentu dalam suatu masalah. Konsultasi dapat menjadi
cara untuk menggali masukan dan pandangan yang lebih luas sebelum mengambil keputusan.
Kedua konsep ini menunjukkan bahwa Pancasila mendorong partisipasi aktif masyarakat
dalam mengambil keputusan yang berdampak pada kehidupan bersama. Dengan melibatkan
musyawarah dan konsultasi, diharapkan bahwa keputusan yang diambil akan lebih
mencerminkan kepentingan dan aspirasi masyarakat secara luas, sejalan dengan prinsip-
prinsip demokrasi dan keadilan.
2. KONSULTASI PUBLIK
Konsultasi publik adalah suatu proses dimana pihak-pihak yang terkait, termasuk masyarakat
umum, diundang untuk memberikan pendapat, masukan, atau tanggapan terhadap suatu
kebijakan, program, atau rencana yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah, lembaga,
atau organisasi tertentu. Tujuan dari konsultasi publik adalah untuk memastikan bahwa
keputusan yang diambil mencerminkan kepentingan dan pandangan seluas mungkin dari
masyarakat yang terkena dampak atau terlibat.
1. Keterlibatan Masyarakat:
2. Pemberian Informasi:
Memberikan informasi yang cukup dan jelas kepada masyarakat terkait
kebijakan atau rencana yang akan diambil keputusan. Pemberian informasi ini
memungkinkan masyarakat untuk memahami konteks dan implikasi dari
keputusan yang akan diambil.
3. FORA PARTISIPATIF
Fora partisipatif" mengacu pada forum-forum atau pertemuan-pertemuan yang dirancang
untuk memfasilitasi partisipasi aktif dan berkontribusi dari berbagai pihak atau kelompok
dalam suatu proses keputusan atau diskusi. Fora partisipatif berfungsi sebagai platform di
mana berbagai pandangan, ide, dan masukan dari peserta yang berbeda dapat disampaikan
dan didiskusikan untuk mencapai pemahaman bersama atau kesepakatan.
1. Inklusivitas:
Menyediakan kesempatan bagi berbagai kelompok, pemangku kepentingan,
atau individu untuk berpartisipasi tanpa diskriminasi. Ini dapat mencakup
perwakilan dari berbagai lapisan masyarakat.
2. Dialog Terbuka:
Mendorong dialog terbuka dan pertukaran informasi antara peserta. Peserta
diundang untuk menyuarakan pendapat, menyampaikan pemikiran, dan
berdiskusi secara konstruktif.
Fora partisipatif dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di tingkat pemerintahan,
organisasi masyarakat sipil, perusahaan, atau inisiatif komunitas. Tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa suara dan kontribusi dari berbagai pihak dapat diakomodasi dan
dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan atau perencanaan.
Kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara berbagai
lapisan masyarakat dikenal sebagai kebijakan redistribusi atau kebijakan inklusif. Kesetaraan
ekonomi menjadi fokus utama, dan tujuannya adalah menciptakan lingkungan ekonomi yang
lebih merata dan adil bagi seluruh masyarakat. Beberapa strategi atau kebijakan yang dapat
diimplementasikan untuk mencapai tujuan ini melibatkan:
Dalam konteks Pancasila sebagai pradigma pembangunan di Indonesia, prinsip pajak dan
transfer pendapatan mencerminkan semangat keadilan sosial ekonomi sebagaimana yang
diamanatkan oleh Sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat." Pajak dan transfer
pendapatan diarahkan untuk mencapai tujuan distribusi ekonomi yang lebih merata dan
mengurangi kesenjangan sosial.Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1. Pajak:
Pancasila menekankan pada keadilan sosial, dan sistem pajak dapat menjadi
instrumen untuk mencapai tujuan ini. Pajak yang diterapkan diharapkan
memberikan kontribusi yang adil dari seluruh lapisan masyarakat sesuai
dengan kemampuan ekonomi masing-masing. Prinsip ini tercermin dalam Sila
kelima yang menyatakan "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
2. Transfer Pendapatan:
3. Redistribusi Kekayaan:
Prinsip redistribusi kekayaan sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang
menekankan keadilan sosial. Pemerintah dapat menggunakan pajak sebagai
alat untuk mengambil sebagian dari keuntungan kelompok ekonomi yang
lebih makmur untuk kemudian dialokasikan kembali melalui program transfer
pendapatan kepada kelompok yang lebih membutuhkan.
4. Peran Negara:
. Keadilan Pendidikan
Keadilan Pendidikan:
Prinsip keadilan sosial dalam Pancasila menuntut agar pendidikan dapat diakses oleh seluruh
lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Program pendidikan dan pelatihan harus dirancang
untuk memastikan bahwa setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk
mengakses pendidikan berkualitas.
Pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek keterampilan teknis dan non-teknis
yang diperlukan dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.
Program pendidikan dan pelatihan harus bersifat inklusif dan terbuka bagi semua lapisan
masyarakat, termasuk kelompok yang mungkin rentan atau terpinggirkan. Hal ini
mencerminkan semangat keadilan sosial dan partisipasi aktif semua warga negara dalam
proses pendidikan.
Pengembangan Kapasitas:
Program pendidikan dan pelatihan harus memiliki fokus pada pengembangan kapasitas
individu dan masyarakat. Ini mencakup peningkatan keterampilan, pengetahuan, dan
kemampuan untuk berkontribusi pada pembangunan nasional.
Pendidikan dan pelatihan mencakup pengembangan sumber daya manusia yang berbasis
teknologi untuk menjawab tuntutan perkembangan teknologi dan industri.Pendidikan dan
pelatihan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif terhadap pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya negara, serta membentuk generasi
penerus yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan dan keadilan sosial.
1. Bantuan Keuangan:
2. Pelayanan Kesehatan:
5. Jaminan Sosial:
Sistem jaminan sosial yang mencakup asuransi kesehatan, asuransi pensiun, dan
program jaminan sosial lainnya untuk memberikan perlindungan ekonomi
kepada masyarakat.
6. Bantuan Pangan:
Program bantuan pangan yang menyediakan akses ke makanan yang cukup dan
bergizi bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu.
Program Kesejahteraan Sosial dapat mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan sesuai
dengan kebutuhan spesifik masyarakat yang dilayani. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menciptakan kondisi yang mendukung kehidupan yang layak
bagi semua warga.
KESIMPULAN
1. Kesimpulannya, partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
kebijakan pembangunan di Indonesia bukan hanya mewujudkan prinsip demokrasi
dan keadilan sosial, Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
menciptakan legitimasi bagi kebijakan pemerintah. Partisipasi masyarakat
membantu mewujudkan prinsip demokrasi dan mendukung penerimaan dan
kebijakan oleh implementasi masyarakat.
tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kebijakan dan hasil pembangunan secara
keseluruhan. Partisipasi masyarakat dapat mendukung pembangunan berkelanjutan
karena masyarakat yang terlibat secara aktif memiliki kepentingan yang lebih besar
dalam menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Masyarakat yang terlibat
memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan positif dalam upaya keberlanjutan
pembangunan. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok yang
rentan, dapat membantu mengatasi ketidaksetaraan dan ketidakadilan sosial.
Partisipasi yang inklusif dapat memberikan suara kepada mereka yang mungkin
terabaikan dalam proses pembangunan.
_________ , 2017, Pancasila: Idealitas dan Realitas, (Pidato Pengukuhan) Jakarta: Asosiasi Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Madjid, Nurcholish, 2004, Indonesia Kita, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Universitas
Paramadina, Perkumpulan Membangun Kembali Indonesia
Emilia, S., Andini, M., & Asbari, M. (2022). Pancasila as a Paradigm of Legal Development
in Indonesia. Journal of Information Systems and Management (JISMA), 01(01), 29–32.
https://jisma.org/index.php/jisma/article/view/6
Muin, F. (2022). Tektualitas dan Kontektualitas Pancasila dalam Paradigma Kehidupan
Berbangsa. Jurnal Kewarganegaraan, 6(2), 4109–
4113. http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/3658
Sawitri, N. M., Naibaho, Y. P. C., & Asbari, M. (2022). Pancasila as a Paradigm of
Development in Indonesia Government. Journal of Information Systems and Management
(JISMA), 01(04), 1–6. https://jisma.org/index.php/jisma/article/view/111/19
Setyorini, I. (2018). Urgensi Penegasan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Iptek.
Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum, 4(02), 213–
222. https://doi.org/10.32699/syariati.v4i02.1178