Anda di halaman 1dari 4

Rencana Pembelajaran PB.

11

MONITORING, EVALUASI
SPB. 11
DAN PENYUSUNAN RKTL

Tujuan Umum
Peserta mampu melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi.
Tujuan Khusus

1. Peserta mampu menjelaskan pengertian monitoring dan evaluasi.


2. Peserta mampu menjelaskan aspek-aspek yang dimonitor.
3. Peserta mampu menjelaskan indikator keberhasilan dari kegiatan
analisis dan advokasi kewenangan dan peraturan Desa sebagai
dasar melakukan evaluasi.
4. Berdasarkan indicator keberhasilan tersebut peserta mampu
menyusun RKTL untuk mencapai target dari indicator keberhasilan
kegiatan advokasi kewenangan dan peraturan Desa.

Waktu

1 JPL (1 x 45 menit) = 45 menit

Metode

Curah Pendpat, Pemaparan Media Tayang, Tanya Jawab, Kerja Kelompok,


Penyampaian Hasil Diskusi Kelompok

Media /Alat Bantu

Media Tayang, Bahan Bacaan, Format RKTL untuk diskusi kelompok

Referensi
 Pedoman Teknis Analisis dan Advokasi Kewenangan Desa (Kerangka Kerja
Advokasi Kewenangan dan Peraturan Desa)
|1
Proses Penyajian
1. Bukalah pertemuan dengan salam untuk menyemangati peserta, sehingga
akan membantu peserta fokus pada sub pokok bahasan.
2. Terangkan maksud dan tujuan serta capaian yang diharapkan dari sesi ini.
3. Jelaskan kembali tentang kerangaka kerja (Logical Frame Work) Kegiatan
Advokasi Kewenangan dan Peraturan Desa.
4. Tegaskan mengenai target pencapaian dari indicator keberhasila kegiatan
Advokasi Kewenangan dan Peraturan Desa.
5. Berdasarkan Indikator Keberhasilan yang harus dicapai, susunlah RKTL
melalui diskusi kelompok per Desa dan kabupaten. Camat dan PD masuk
ke kelompok desanya sedangkan untuk TA masuk ke kelompok kabupaten.
6. Terakhir, tariklah pembelajaran dari sesi pokok bahasan ini.

Bahan Bacaan SPB. 6.2


Langkah-langkah dalam Melakukan Advokasi Kewenangan Desa
a. Pemetaan Pelaku Advokasi
Kebutuhan dalam melakukan kegiatan advokasi kewenangan desa salah satunya adalah
adanya pelaku advokasi. Pelaku advokasi adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya
melakukan rekognisi dan penataan terhadap kewenangan Desa sebagai amanat UU Desa
serta pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa pada umumnya, dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari
kalangan pemerintah seperti Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Bappeda, para
tenaga ahli bidang pemberdayaan masyarakat desa dan para pendamping Desa, swasta,
perguruan tinggi, organisasi profesi, LSM, dan tokoh berpengaruh.
Pelaku advokasi memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

2|
 Memiliki jumlah anggota aktif yang memadai.
 Mampu menjangkau ke banyak kelompok massa.
 Mampu membangun aliansi dengan kelompok lain yang kuat.
 Memiliki kelompok inti yang terdiri dari orang-orang yang berpengaruh dan dikenal
luas.
 Memiliki kredibilitas.
 Mempunyai legitimasi.
 Memiliki informasi yang cukup dan memadai.
 Mampu merumuskan issu.
 Memiliki kemampuan dan kewenangan yang diakui dan dihormati.
 Memiliki keteguhan moral.

Selain itu, mereka juga diharapkan memahami permasalahan kewenangan desa dan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa pada umumnya, mempunyai
kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya, dan
sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya di depan kelompok
sasaran.
Pemetaan pelaku advokasi dilakukan terutama untuk membentuk lingkar inti, yaitu
kumpulan orang atau organisasi yang menjadi penggagas serta pengendali utama seluruh
kegiatan advokasi. Sedemikian pentingnya posisi ini, sehingga orang atau organisasi yang
berada didalamnya haruslah memiliki kesamaan visi dan analisis (bahkan ideologi) yang
jelas terhadap isu-isu yang terkait dengan kewenangan desa khususnya dan dengan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa pada umumnya. Tugas pertama dari
lingkar inti adalah merumuskan isu terkait kewenangan Desa dan menyebarkan isu itu
sehingga menjadi isu strategis dan menjadi topik dalam diskusi-diskusi tentang desa. Isu
yang dirumuskan tersebut dapat dikatakan menjadi suatu isu strategis jika:
 aktual, penting dan mendesak,
 sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat,
 berdampak positif pada perubahan sosial yang lebih baik,
 sesuai dengan visi dan agenda perubahan sosial yang lebih besar.

b. Pemetaan Sasaran Advokasi


Sasaran advokasi peraturan Desa adalah berbagai pihak yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa, khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintah, lembaga
perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media
masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan. Semuanya bukan hanya berpotensi
mendukung, tetapi juga bisa menentang atau berlawanan/merugikan upaya pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Merancang Strategi Advokasi Kewenangan Desa
Aspek-aspek Strategi Advokasi
1. Menentukan target yang jelas. Kewenangan desa yang mejadi fokus/target advokasi
harus ditentukan terutama disesuaikan dengan kriteria dan kondisi/kemampuan Desa.
2. Menentukan prioritas. Hal ini penting mengingat tidak semua kewenangan bisa
mendapatkan pengakuan.
3. Realistis. Artinya bahwa tidak semua Desa dapat melaksanakan seluruh kewenangan
yang sama pada saat yang sama. Hal ini sangat tergantung hasil analisis yang

|3
dilakukan oleh Desa pada saat memilah dan memilih dari Perbup Daftar Kewenangan
Desa disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan Desa.
4. Batas waktu yang jelas. Alokasi waktu yang jelas akan menuntun kita dalam melakukan
tahap-tahap kegiatan advokasi, kapan dimulai dan kapan akan selesai.
5. Dukungan logistik. Dukungan sumber daya manusia dan dana sangat dibutuhkan
dalam melakukan kegiatan advokasi.
6. Analisis ancaman dan peluang.
Kendala-kendala Dalam Melakukan Advokasi
Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya masyarakat atau kelompok masyarakat untuk
memainkan peran advokasi akan menghadapi empat kendala pokok, sebagai berikut:
1. Konflik nilai antara etika dan estetika.
2. Konflik antara etika dan ekonomi.
3. Kondisi masyarakat sipil yang tidak terintegrasi secara baik.
4. Kondisi demokrasi dalam kehidupan ketatatanegaraan kita yang belum mapan.
Bentuk-bentuk Kegiatan dalam rangka Strategi Advokasi
Bentuk-bentuk kegiatan yang merupakan bagian dari strategi advokasi diantaranya: lobi,
negoisasi, mediasi, tawar menawar, kolaborasi dan sebagainya.
Selain itu, proses-proses sosialisasi, diseminasi dan mobilisasi, atau segala suatu kegiatan yang
ditujukan untuk membentuk pendapat umum dan pengertian yang lebih luas melalui kampanye,
siaran pers, unjuk rasa, pengorganisasian basis, pendidikan politik, diskusi publik, seminar,
pelatihan dan sebagainya, dapat juga dilakukan sebagai bentuk dari pelaksanaan strategi
advokasi. 

4|

Anda mungkin juga menyukai