Anda di halaman 1dari 5

I. A.

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam


masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara.

B. 1. Negara (state); menurut Miriam Budiarjo Negara adalah suatu organisasi


dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan yang
ditaati moleh rakyatnya. Menurut Thomas Aquinas: Negara merupakan lembaga
sosial manusia yang paling tinggi dan luas yang berfungsi menjamin manusia
memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya yang melampaui kemampuan
lingkungan sosial lebih kecil seperti desa dan kota.

2. Kekuasaan (power); menurut Miriam Budiarjo kekuasan adalah kemampuan


seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok
lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.

3. Pengambilan Keputusan(decision making); menurut Miriam Budiarjo


keputusan adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan
istilah pengambilan keputusanmenunjukkan pada proses yang terjadi sampai
keputusan itu tercapai. Pengambilan keputusan sebagai konsep pokok dari politik
menyangkut keputusan-keputusan yang diambil secara kolektif dan yang
mengikat seluruh masyarakat.

4. Kebijakan (policy); menurut Miriam Budiarjo kebijakan adalah suatu kumpulan


keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam
usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Pada
prinsipnya pihak yang membuat kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk
melaksanakannya.

5. Pembagian (distribution); menurut Miriam Budiarjo yang dimaksud dengan


pembagian adalah pembagian dan penjatahan niali-nilai dalam masyarakat.

II. Asal muasalnya adalah Pecahnya revolusi AS (1765-1783) dan Prancis (1789-1799)
mengawali hadirnya tatanan dunia baru yang melahirkan nation-state (negara-
bangsa). Negara-bangsa inilah yang kemudian menggantikan segala bentuk
pengelompokan masyarakat dunia saat itu.

Unsur-unsur Terbentuknya Bangsa


1. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial khusus yang bersifat askriptif (ada sejak
lahir) yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin.
2. Agama
Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha, dan Konghuchu.

3. Kebudayaan
Unsur terbentuknya bangsa yang ketiga adalah kebudayaan.

4. Bahasa
Bahasa adalah unsur pendukung identitas bangsa. Bahasa adalah sistem lambang
yang dibentuk dari unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai
sarana berinteraksi antar manusia.

Unsur Unsur Terbentuknya Negara

1. Rakyat
Rakyat dalam suatu negara adalah semua orang yang secara nyata berada
dalam wilayah suatu negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan dalam
negara tersebut. Rakyat dibagi menjadi dua yaitu penduduk yang merupakan
warga negara tersebut dan bukan penduduk yaitu mereka yang tinggal
sementara waktu.

2. Wilayah
Wilayah adalah unsur mutlak dari suatu negara. Wilayah adalah landasan
material atau landasan fisik negara. Luas wilayah suatu negara ditentukan oleh
perbatasannya. Di dalam batas tersebut, negara wajib menjalankan yuridiksi
territorial tersebut.
Secara umum wilayah suatu negara dapat dibedakan atas wilayah daratan,
wilayah lautan, wilayah udara, dan wilayah ekstrateritorial.

3. Pemerintahan yang Berdaulat


Unsur-unsur terbentuknya negara yang ketiga adalah pemerintahan yang
berdaulat. Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya
dan segenap rakyatnya merupakan syarat mutlak keberadaan negara.
Kekuasaan itu disebut sebagai kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan
segenap rakyat negara itu.
Kedaulatan negara bersifat asli, tertinggi, dan tidak dapat dibagi-bagi.

4. Pengakuan dari Negara Lain


Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang memperkuat terbentuknya
sebuah negara. Pengakuan dari negara lain merupakan unsur yang
menerangkan bahwa suatu negara telah berdiri sehingga negara tersebut
dikenal oleh negara-negara lain.

Negara yang bukan negara bangsa adalah


Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara yang tersedia. Oleh
karena itu, kedaulatan rakyat membawa konsekuensi, bahwa rakyat adalah
pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral


pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan politik.

III. Pendekatan Tradisional (Tradisional Approach)


Negara menjadi focus utama dengan menonjolkan segi konstitusional dan yuridis.
Bahasan pendekatan ini menyangkut, misalnya : Sifat Undang-Undang Dasar serta
kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan lembaga-lembaga kenegaraan formal, badan
yudikatif, badan eksekutif,dsb. Karenanya pendekatan ini disebut juga pendekatan
institusional atau legal-institusional.

Contoh Pendekatan Tradisional:


Dengan pendekatan ini, dalam mempelajari parlemen, maka yang diperhatikan
adalah kekuasaan serta wewenang yang dimilikinya seperti tertuang dalam naskah
(UUD,UU, atau Peraturan Tata Tertib); hubungan formal dengan badan eksekutif;
struktur oranisasi serta hasilnya.

Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Approach)


Salah satu pemikiran pokok dari pelopor-pelopor pendekatan perilaku adalah bahwa
tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak
banyak memberi informasi mengenai proses politik yang sebenarnya. Sebaliknya,
lebih bermanfaat bagi peneliti untuk mempelajari manusia itu sendiri serta perilaku
politiknya, sebagai gejala yang benar-benar dapat diamati.

Contoh Pendekatan Perilaku:


Dalam mempelajari parlemen, maka yang dibahas adalah perilaku anggota
perlemen, yaitu: bagaimana pola pemberian suaranya (voting behavior) terhadap
rancangan UU, giat atau tidaknya memprakarsai UU, kegiatan lobbying, dsb.
Tabel Perbandingan ciri-ciri Pendekatan

Pendekatan Tradisional Pendekatan Tingkah Laku

1. Pendekatan ini tidak meneliti apakah lembaga 1. Pendekatan ini cenderung bersifat
kenegaraan memang terbentuk dan berfungsi interdisipliner, maksudnya tidak saja mempelajari
seperti yang diuraikan dalam naskah-naskah dampak faktor pribadi tetapi juga dampak dari
resmi kenegaraan. faktor sosial, ekonomi, dan budaya.
2. cenderung kurang menyoroti organisasi- 2. Merupakan suatu orientasi kuat untuk lebih
organisasi yang tidak formal, seperti kelompok mengilmiahkan ilmu politik. Orientasi ini
kepentingan dan media massa. mencakup beberapa konsep pokok (David Easton
dan Albert Somit), antara lain:
3. Bahasan lebih deskriptif daripada analitis.
a. Perilaku politik menampilakan keteraturan
4. Lebih banyak menggunakan ulasan sejarah,
(regularities).
seperti menelusuri perkembangan parlemen.
b. Generalisasi-generalisasi ini pada dasarnya
5. Lebih bersifat normative karena fakta dan
harus dapat dibuktikan keabsahan atau
norma kurang dibedakan, bahkan seringkali
kebenarannya (verification).
saling berkaitan.
c. Teknik-teknik penelitian yang cermat harus
digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis
data.
3. Pandangan bahwa masyarakat dapat dilihat
sebagai suatu sistem sosial dan negara sebagai
suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari
sistem sosial. Dalam suatu sistem, bagian-bagian
saling berinteraksi serta saling bergantungan dan
semua bagian bekerjasama untuk menunjang
terselengaranya sistem tersebut.
4. Sumbangan pendekatan perilaku pada usaha
untuk memajukan Ilmu Perbandingan Politik

IV. Pendekatan Behavioral


Post Behavioralisme muncul pada era pertengahan 1960-an, sebagai bentuk
penolakan sebagian ilmuwan politik terhadap Behavioralisme. Pendekatan ini
diprakarsai oleh sekelompok teoritisi muda, yang didukung oleh salah seorang
ilmuwan politik senior, yaitu : David Easton. Post Behavioralisme muncul juga
dipengaruhi oleh perang Vietnam, kemajuan teknologi di bidang persenjataan,
deskriminasi ras yang melahirkan gejolak sosial. Post Behavioralisme sebagai
gerakan protes dipengaruhi oleh tulisan : Herbert Marcuse, C. Wright Mills, Jean
Paul Sartre.
Post Behavioralisme berpendapat, semakin ilmiah ilmu politik, justru ia akan
semakin kehilangan relevansinya. Penekanan pentingnya empirisme, mendasarkan
semua statemen kepada hasil observasi, mengkuantifikasikan semua kasus, akan
menjebak behavioralisme mengkaji masalah masalah yang bersifat trivial. Topik
topik yang sangat penting seperti penyebab perang, hanya memperoleh sedikit
perhatian, sementara itu persoalan persoalan yang sebenarnya lebih mudah (seperti
voting behaviour) ternyata malah memperoleh perhatian yang sangat berlebihan.

V. 1. United Kindom/Britania Raya ( Ibukota London )


2. Spain ( Ibukota Madrid )
3. Prancis ( Ibukota Paris )
4. Jerman ( Ibukota Berlin )
5. Italia ( Ibukota Roma )
6. Norwegia ( Ibukota Oslo )
7. Swedia ( Ibukota Stockholm )
8. Polandia ( Ibukota Warsawa )
9. Ukraina ( Ibukota Kiev )
10. Portugal ( Ibukota Lisboa )

Anda mungkin juga menyukai