MONETER.............
money??
2
JUMLAH UANG BEREDAR
Ms = K + D + T
Ms = Jumlah uang beredar
K = Uang Kartal
L = Uang Giral
T = Deposito berjangka
Uang Inti (Reserve Money)
Dalam proses penciptaan uang, bagian dari uang inti yang dipegang
oleh masyarakat umum langsung menjadi uang kartal, sedangkan
sisanya yang dipegang oleh bank-bank umum sebagai cadangan bank
kemudian “melipatkan diri” menjadi uang giral.
Money Multiplier Process
.
Uang yang dikeluarkan oleh Saldo Rekening Koran (Giro)
Bank Sentral (Pemerintah) +
Pada Bank Sentral
Sebagai Jaminan
7
Konsep dan Pengertian
10
Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate Targeting)
• Strategi kebijakan moneter dengan penargetan nilai tukar mendasarkan
pada keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnya
terhadap pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter
• Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga alternatif yang dapat ditempuh:
– dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap harga
komoditas tertentu yang diakui secara internasional
– dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang
negara-negara besar yang mempunyai laju inflasi yang rendah
– dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang
negara tertentu ketika perubahan nilai mata uang diperkenankan
sejalan dengan perbedaan laju inflasi diantara kedua negara.
11
Penargetan Besaran Moneter (Monetary Targeting)
12
Strategi Kebijakan Moneter tanpa jangkar yang tegas
(implicit but not explicit anchor)
13
Penargetan Inflasi (Inflation Targeting)
14
MACAM KEBIJAKAN MONETER
1. Kebijakan Pasar Terbuka (Open market
Operation)
Kebijakan ini dilaksanakan oleh Bank Sentral
dengan cara menjual belikan surat-surat
berharga. Tentu saja untuk dapat dilaksanakan
kebijakan ini dengan sukses harus tersedia
pasar surat berharga. Itu berarti harus ada
pihak-pihak atau agen ekonomi yang bertindak
sebagai peminta surat berharga dan pemasok
surat berharga.
2. Tingkat Suku Bunga (Tingkat Diskonto)
Yaitu tingkat bunga yang diberlakukan bank
sentral terhadap pinjaman-pinjaman bank-
bank umum yang membutuhkan likuiditas
16
3. Penentuan Cadangan Wajib (Reserves Requirement
Policy)
Bank-bank umum dapat memberikan kredit bila mereka
mempunyai cadangan yang cukup untuk itu. Sebagai lembaga
keuangan yang berorientasi untuk laba selayaknya bank umum
harus mengatur agar cadangan yang ada mampu
mendatangkan keuntungan dari kredit yang diberikan.
Berkaitan dengan itu Bank Sentral mempunyai kewenangan
untuk menentukan besarnya cadangan wajib minimum bank-
bank umum, dan ketentuan cadangan wajib minimum itu akan
berpengaruh terhdap besarnya kelebihan cadangan yang
merupakan dana potensial bagi terciptanya kredit. Jika
cadangan wajib meningkat maka akan mengurangi cadangan
yang dimiliki bank-bank umum sehingga akan menurunkan
jumlah kredit yang dikeluarkan dan dapat mengurangi laju
pertumbuhan uang beredar.
4. Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan ini biasanya diberlakukan untuk sector dan tujuan
tertentu. Misal kredit ekspor berarti kredit tersebut ditujukan
untuk menunjang ekspor. Dalam hal ini tujuan utama dari
kebijakan terkait bukanlah untuk mengawasi jumlah uang
beredar, tetapi lebih diarahkan untuk mengawasi apakah kredit
yang diberikan oleh bank-bank umum sesuai dengan keinginan
pemerintah.
• PENGERTIAN DASAR
Yang dimaksud Inflasi adalah kecenderungan naiknya
harga secara umum dan terus menerus dalam waktu
dan tempat tertentu ( Nopirin, 1997. Boediono, 2001 ).
• Pengertian
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang
transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan
negara lain dalam jangka waktu tertentu.
KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO:
KEBIJAKAN MONETER
TUJUAN AKHIR:
KEBIJAKAN FISKAL SOCIAL
WELFARE
KEBIJAKAN PERDAGANGAN
KEBIJAKAN LAINNYA
Apa Tujuan Kebijakan Moneter?
Peran penting dari kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi;
Mempengaruhi :
a. stabilitas harga
b. pertumbuhan ekonomi
c. perluasan kesempatan kerja
d. keseimbangan neraca pembayaran
(a) – (d) menjadi sasaran akhir (objectives/ final targets) kebijakan moneter
SEKTOR RIIL
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
SEKTOR EKSTERNAL
Transaksi Berjalan SEKTOR PEMERINTAH (FISKAL)
Ekspor
Impor Anggaran Negara (APBN)
Transfer Penerimaan, termasuk hibah
Penghasilan (Income) Pengeluaran
Transaksi Modal dan Keuangan Keseimbangan (overall)
Investasi Langsung Pembiayaan
Aliran Keuangan – Dalam Negeri
– Pemerintah
– Luar Negeri
– Swasta
Cadangan Devisa
SEKTOR MONETER
Otoritas Moneter
Aktiva Luar Negeri Bersih
Uang
Aktiva Domestik Bersih
Primer
Net Claim on Government
Bank Umum
Aktiva Luar Negeri Bersih
Uang
Aktiva Domestik Bersih
Beredar
Jenis Kerangka Kebijakan Moneter
Macam-macam Kerangka Kebijakan Moneter
Beberapa rezim berkembang dalam teori dengan mendasarkan pada berbagai
channels dalam transmisi moneter yang diyakini di dalam ekonomi :
Rezim mana yang tepat tergantung pada kondisi ekonomi dan moneter negara
ybs. Bahkan untuk suatu negara rezim yang diterapkan dapat saja berubah.
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter
- Besaran moneter
Penargetan
- Inflasi (inflation targeting)
- Output nominal
-
Kerangka Operasi Kebijakan Moneter
s
I Y
1. OPEN MARKET
N MONEY SUPPLY
OPERATION
F OR 2. DISCOUNT FACILITY
INTEREST RATE 3. RESERVE
L REQUIREMENT
A Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
S
I
ECONOMIC
ACTIVITY
Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter
Sasaran Sasaran
Pendekatan Harga Instrumen Operasional Akhir
Variabel-variabel Informasi
• Langsung
• Sk.bunga PUAB • Stabilitas harga
• Tidak langsung
Sumber: Junggun Oh. “Inflation Targeting, Monetary Transmission Mechanism, and Policy Rules in Korea”,
Economic Pap er , Vol.2, No.1, March 1999, Bank of Korea (dimodifikasi).
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter
Ms’ Ms* Ms
Ms
Tingkat Bunga, ”
Tingkat Bunga, i i “
i”
i”
Y s
1. OPEN MARKET
Inflasi s M OPERATION
2. DISCOUNT FACILITY
Pertumb.
Ekonomi 3. RESERVE
REQUIREMENT
Investment
Consumption
Government
Export
Import
Neraca Otoritas Moneter & Neraca Sistem Moneter
N era c a O to rita s M o n e te r
A k tiv a P a s iv a
A k tiv a L u a r N e g e ri B e rsih U a n g k a rta l
A k tiv a D alam N e g e ri B e rsih - d i m a sy a ra k a t (u a n g k a rta l )
- T a g iha n b e rsih p a d a p em e rinta h p us at - d i ba n k um um
- T a g iha n p a da se k to r sw a sta d o m es tik S a ld o g iro (c a d a n g a n b a n k )
- T a g iha n p a da b a n k um um - m ilik b an k um um
A k tiv a L a in n y a B e rsih - m ilik m a sy a ra k a t
-------------------------
U a n g P rim e r (M 0)
Keterangan: format standar penyusunan neraca analitis ini adalah seperti yang dipublikasikan
kepada masyarakat dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
1. Lelang SBI
Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target
uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan
memperkirakan perkembangan uang primer dan, dengan membandingkan
target yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang
yang harus diserap.
Hal ini dilakukan dengan menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapa
ekspansi/konstraksi dari sisi fiskal (rekening Pemerintah di Bank Indonesia),
mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi likuiditas di pasar uang.
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui
OPT
i
Penjualan Surat
Mo
Berharga
M1 & M2
Harga
OPT
stabil
i
Pembelian Surat
Mo
Berharga
M1 & M2
Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
1. Kebijakan dan perkembangan sektor-sektor lain (fiskal, nilai tukar, dan riil) akan berjalan seperti
yang ditetapkan.
2. Adanya hubungan yang stabil antara uang beredar (sebagai sasaran antara) dengan kegiatan
ekonomi riil (sebagai sasaran akhir) stabilitas fungsional income velocity dan demand for money
3. Adanya hubungan yang stabil antara uang primer (sebagai sasaran operasional) dengan uang
beredar (sebagai sasaran antara) stabilitas fungsional angka pengganda uang (money multiplier)
Namun, hasil kajian empiris BI menyimpulkan bahwa:
Income velocity, demand for money, dan money multiplier cenderung
“kurang” stabil.
M0 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh Bank Indonesia. + 70% dari komponen M0
adalah uang kartal yang merupakan kebutuhan masyarakat akan alat pembayaran.
Agregat moneter M1 relatif stabil dibandingkan dengan M2.
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
Bond (1994) menunjukkan secara empiris bahwa hubungan antara suku bunga dengan
laju inflasi jauh lebih kuat dibandingkan dengan hubungan antara uang beredar dengan
inflasi.
Di sisi lain, dalam ekonomi yang semakin terbuka dengan sistem nilai tukar yang
fleksibel, pergerakan nilai tukar rupiah juga dianggap sangat penting dalam
mempengaruhi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi, and inflasi.
Isu pokok yang sedang dikaji adalah apakah apakah cukup relevan apabila manajemen
moneter di Indonesia dibangun atas dasar jalur mekanisme transmisi salah satu/kedua
variabel tersebut; ataukah berdasarkan jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter
yang lain?
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga
s
I Y
1. OPEN MARKET
N INTEREST RATE
OPERATION
F 2. DISCOUNT FACILITY
3. RESERVE
L REQUIREMENT
A Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
S
I
ECONOMIC
ACTIVITY
Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
Mekanisme Transmisi Pendekatan Harga
Market
Interest rate
Credit
Domestic
demand
Domestic
Asset prices Total Inflationary
demand pressure
BI Interest Net external
Rate demand
Expectations/ Inflation
confidence
Import
prices
Exchange rate
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d Juli 2005:
Lite Inflation Targeting
Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan ITF sebagai kerangka kebijakan Moneter.
Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter yang
secara transparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun
ke depan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.
IT fokus pada kestabilan harga (sehingga dapat digunakan sbg ‘anchor’ ekspektasi inflasi bagi
masyarakat).
IT tidak memerlukan asumsi stabilitas hubungan uang beredar, output dan harga.
Pengalaman negara-negara lain yang menerapkan IT menunjukkan dengan inflasi yang rendah
dan stabil, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang lebih sustainable.
Kerangka Kerja Baru Kebijakan Moneter Indonesia:
Empat Langkah Penguatan Kebijakan Moneter Melalui ITF
Penerbitan
PenerbitanSBI
SBI
Kontraksi FASBI/SWBI
FASBI/SWBI
OPT Reverse
ReverseRepo
RepoSUN
*)
SUN*)
OPTReguler
Reguler
Ekspansi SBI/SUN
SBI/SUNRepo
Repo
OPT
OPT
Fine
FineTune
TuneKontraksi
Kontraksi
(FTK),
(FTK), Outrightjual
Outright jualSUN
SUN
Kontraksi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(jual
(jualUSD/IDR)
USD/IDR)
OPT
OPTNon
NonReguler/
Reguler/
Fine Tune Operation
Fine Tune Operation Fine
FineTune
TuneEkspansi
Ekspansi
(FTE),
(FTE), OutrightBeli
Outright BeliSUN
SUN
Ekspansi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(beli
(beliUSD/IDR)
USD/IDR)
OPT: Lelang SBI
• Bidding rates yang diajukan peserta lelang hari Rabu tergantung pada
interpretasi mereka terhadap indirect signal dari target indikatif yang
diumumkan hari Selasa.
Contoh:
Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang Rp 10 triliun, dengan
jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun.
Pasar akan menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect signal
bahwa BI menginginkan kenaikan bid rate.
• Sedikit perubahan pada RRT SBI diinterpretasikan sebagai perubahan sinyal
kebijakan moneter.
Contoh:
Pada hari Rabu, BI mengumumkan hasil lelang 12,27% dibandingkan
minggu sebelumnya 12,25%.
Pasar akan menginterpretasikan ini sebagai trend peningkatan suku bunga
yang diinginkan BI, sehingga mereka akan mengajukan bid yang lebih tinggi
pada lelang berikutnya.
OPT: Lelang SBI
Sinyal Suku Bunga dengan BI-Rate
OPT lainnya (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan FTE) diarahkan
untuk menjaga struktur suku bunga pasar uang jangka pendek yang
wajar. Hal ini untuk mewujudkan pasar uang yang efisien dan
mengurangi perilaku spekulatif (arbitrage).
Suku bunga SBI 3 bulan diarahkan lebih tinggi dari suku bunga SBI 1
bulan.
FASBI:
• 7 hari : BI-Rate – 200 bps
• O/N : BI-Rate – 500 bps
Fine Tune Operation (FTO):
• FT Kontraksi (O/N – 6 hari) : rate antara FASBI O/N – 7 hari.
• FT Ekspansi (O/N – 14 hari): rate lebih tinggi dari BI-Rate
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter
RDG bulanan dapat dihadiri oleh menteri kabinet atau wakil pemerintah
dengan hak bicara tanpa hak suara. Tujuannya adalah untuk mempererat
koordinasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan makro
ekonomi lainnya.
RDG Triwulanan
RDG Bulanan
Lebih diarahkan utk memantau pencapaian target inflasi & arah kebijakan
satu bulan berikutnya.
Penetapan BI Rate dan langkah pengendalian moneter satu bulan yang akan
datang, seperti OPT, dan sterilisasi/intervensi di pasar valas.
RDG Mingguan
Laporan-Laporan
Mata uang Hindia Belanda & Jepang BNI, BRI sebagai bank sirkulasi ORI yg
masih digunakan menggantikan peran uang Hindia Belanda
& Jepang
Belum terdapat bentuk bank sentral
secara formal ORI ditarik diganti dgn uang De Javasche
Bank yg ditunjuk sbg bank sirkulasi
UUD 1945 Ps.23: perlunya dibentuk
sebuah bank yg disebut Bank Indonesia, yg De Javasche Bank ditetapkan sebagai
mengeluarkan & mengatur uang kertas bank sentral pada pemerintah RIS
UU nasionalisasi De Javasche Bank 6/12/51 Tindakan moneter sanering pada 1950
disahkan (Gunting Sjafruddin)
Dominasi dinamika perkembangan politik
terhadap permasalahan ekonomi
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1953 - 1967
Telah banyak mata uang yang beredar dan Bank Indonesia sbg bank sirkulasi
berbeda-beda di berbagai wilayah di menerbitkan mata uang baru, rupiah, sbg
Indonesia satu2nya alat pembayaran yg sah di
wilayah negara Indonesia
Lahir UU No.11/1953 tentang Pokok
Bank Indonesia sbg pengganti Dibentuk Dewan Moneter tdr dr Menkeu
Javasche Bank Wet 1922 (ketua), Menteri Ekonomi, dan GBI.
Awal dekade 80-an harga minyak merosot Stl Pakjun 1983, kebijakan moneter
krn kecenderungan tjdnya resesi dunia. langsung melalui selective credit policy
Penerimaan negara utk pembiayaan APBN diganti dgn kebijakan moneter tidak
semakin terbatas. Peran swasta dalam langsung melalui OPT. SBI diterbitkan
kehidupan ekonomi perlu ditingkatkan. thn 1984 sbg instrumen utama OPT
ditambah dgn intervensi di pasar uang
Pakjun 1983 menandai era liberalisasi rupiah (1 s.d. 7 hari).
sektor perbankan dan keuangan. Jml bank,
mobilisasi dana, bentuk kredit, jenis ∆M0 dikendalikan M1& M2
pembiayaan, vol. transaksi dan jenis Pakto 1988 menurunkan RR dr 15% mjd
produk keuangan meningkat.
2%, pelonggaran izin pendirian bank shg
Pakto 1988 mendorong kegiatan ekonomi perbankan tumbuh pesat.
DN dlm menghadapi persaingan global. RR ↓ ∆M0 M1 & M2
Scr umum mrp paket penyempurnaan
kebijakan di bidang keu., moneter, &
perbankan
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1983 - 1997
(Lanjutan...)
Pengendalian JUB (M1& M2) makin sulit Besar dan mobilitas aliran dana LN
krn operasi & produk perbankan makin mempersulit pelaksanaan kebijakan
beragam (CDs, CPs, promissory notes, moneter oleh BI shg BI melakukan
ATMs) . Produk pasar modal jg penyerapan likuiditas dlm perekonomian.
berkembang pesat baik dalam bentuk vol. Hal ini mendorong suku bunga naik.
transaksi maupun SSB yg diperdagangkan.
Suku bunga tinggi semakin mendorong
Tjd decoupling (pemisahan) sektor
keuangan & sektor riil. aliran modal masuk khususnya dlm
bentuk SSB berjangka pendek.
Liberalisasi sektor keuangan menyebabkan
Prinsip good corporate governance tdk
aliran dana LN khususnya pinjaman LN
swasta jgk pendek semakin besar dan dijalankan dgn baik shg mjd penyebab
pesat. utama krisis thn 1997.
101
Kebijakan Moneter di Indonesia
KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO:
KEBIJAKAN MONETER
TUJUAN AKHIR:
KEBIJAKAN FISKAL SOCIAL
WELFARE
KEBIJAKAN PERDAGANGAN
KEBIJAKAN LAINNYA
102
Kebijakan Moneter di Indonesia
Kerangka Operasi Kebijakan
Moneter
ULTIMATE ECONOMIC OPERATIONAL
TARGET
Monetary
CAPACITY TARGET Instrument
s
Y
1. OPEN MARKET
Inflasi OPERATION
MONEY SUPPLY
Pertumb. OR 2. DISCOUNT FACILITY
Ekonomi INTEREST RATE 3. RESERVE
REQUIREMENT
Lapangan Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
Kerja INTERVENTION
Dll
ECONOMIC
ACTIVITY
Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
103
Kebijakan Moneter di Indonesia
Peran penting dari kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi;
Mempengaruhi :
a. stabilitas harga
b. pertumbuhan ekonomi
c. perluasan kesempatan kerja
d. keseimbangan neraca pembayaran
(a) – (d) menjadi sasaran akhir (objectives / final targets) kebijakan moneter
105
POKOK
BAHASAN
106
Kebijakan Moneter dengan
Pengendalian Uang Beredar
Misalnya terjadi perubahan kondisi ekonomi:
Terjadi arus modal masuk (capital inflow) yang cukup besar sebagai
akibat cukup menariknya iklim usaha di Indonesia.
107
Kebijakan Moneter dengan
Pengendalian Uang Beredar
Kerangka Kerja Quantity Targeting
Y s 1. OPEN MARKET
Inflasi s M OPERATION
Pertumb. 2. DISCOUNT FACILITY
Ekonomi 3. RESERVE
REQUIREMENT
Lapangan Yd M d
4. FOREIGN EXCHANGE
Kerja INTERVENTION
Investment
Consumption
Government
Export
Import
108
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan instrumen
moneter yang dapat berupa Operasi Pasar Terbuka (OPT), intervensi pasar valas,
reserve requirement, ataupun moral suasion.
Berdasarkan sasaran M0 yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan Operasi
Pasar Terbuka (OPT).
OPERASI PASAR TERBUKA
i
Penjualan Surat
Mo
Berharga
M1 & M2
Harga
OPT
stabil
i
Pembelian Surat
Mo
Berharga
M1 & M2
109
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
1. Lelang SBI
Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target
uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan
memperkirakan perkembangan uang primer dan, dengan membandingkan
target yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang
yang harus diserap.
Hal ini dilakukan dengan menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapa
ekspansi/konstraksi dari sisi fiskal (rekening Pemerintah di Bank Indonesia),
mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi likuiditas di pasar uang.
110
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
111
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing
112
POKOK
BAHASAN
113
Kebijakan Moneter dengan Sasaran
Kestabilan Harga
Mulai diterapkan sejak tahun 2000, dengan berlakunya UU 23/1999. Namun
karena berada dalam program IMF, operating targetnya masih base money.
Karenanya disebut “Inflation Targeting Lite Country”.
Baru mulai 2004 BI menerapkan “full-fledged inflation targeting” dengan suku
bunga sebagai operating target.
114
Kerangka Kerja Pendekatan Harga
s
I Y
1. OPEN MARKET
N INTEREST RATE
OPERATION
F 2. DISCOUNT FACILITY
3. RESERVE
L REQUIREMENT
A Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
S
I
ECONOMIC
ACTIVITY
Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
115
Mekanisme Transmisi Pendekatan Harga
Interest rate
Credit
Domestic
demand
Domestic
Asset prices Total Inflationary
demand pressure
Interest Net external
Rate demand
Expectations/ Inflation
confidence
Import
prices
Exchange rate
116
BI-Rate sebagai Sinyal Kebijakan
• BI Rate mencerminkan arah kebijakan moneter yaitu indikasi
level suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank sentral
dalam upaya mencapai target inflasi.
• Perubahan BI Rate – yang mencerminkan perubahan stance
kebijakan moneter – dilakukan dalam kelipatan 25 bps
(perubahan dapat 25, 50 ataupun 75 bps sesuai dengan situasi
moneter yang terjadi).
• BI Rate diumumkan ke publik pada setiap awal bulan setelah
RDG Bulanan (baik berubah maupun tidak).
117
Kerangka Operasional
Penerbitan
PenerbitanSBI
SBI
Kontraksi FASBI/SWBI
FASBI/SWBI
OPT Reverse
ReverseRepo
RepoSUN
*)
SUN*)
OPTReguler
Reguler
Ekspansi SBI/SUN
SBI/SUNRepo
Repo
OPT
OPT
Fine
FineTune
TuneKontraksi
Kontraksi
(FTK),
(FTK), Outrightjual
Outright jualSUN
SUN
Kontraksi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(jual
(jualUSD/IDR)
USD/IDR)
OPT
OPTNon
NonReguler/
Reguler/
Fine Tune Operation
Fine Tune Operation Fine
FineTune
TuneEkspansi
Ekspansi
(FTE),
(FTE), OutrightBeli
Outright BeliSUN
SUN
Ekspansi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(beli
(beliUSD/IDR)
USD/IDR)
118
OPT: Lelang SBI
Prosedur dan mekanisme pelaksanaan lelang SBI:
1. Tidak berbeda dengan praktik yang berjalan selama ini (termasuk
besarnya incremental bid rate lelang).
2. Pelaksanaan lelang SBI 1 bulan dilakukan secara mingguan. Untuk
mendukung kredibilitas BI Rate, lelang diarahkan agar rate hasil lelang
memiliki deviasi yang minimal dari BI Rate termasuk agar incoming bid
rates semakin konvergen ke level BI Rate.
3. Sistem lelang menggunakan:
- Variable rate tender SOR ditentukan sekitar BI-Rate.
- Fixed rate tender SOR ditentukan pada BI-Rate
119
OPT: Lelang SBI
Sinyal Suku Bunga dengan BI-Rate:
• Bidding rates dari peserta lelang tergantung pada strategi mereka sesuai
dengan BI-Rate yang diumumkan.
Contoh:
Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang SBI Rp 10 triliun, dari
jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun. BI Rate diumumkan pada level 12,25%
Pasar tidak menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect signal
bahwa BI menginginkan kenaikan BI-Rate. Pasar akan mem-bid sekitar
12,25%, tanpa memperdulikan target.
• Perubahan sinyal kebijakan ditentukan oleh berubah/tidaknya BI-Rate.
• SOR ditetapkan sebesar BI-Rate. Bidding rate yang masuk sebagian besar
(mendekati 99%) berada pada level BI-Rate.
120
OPT: Lainnya
OPT lainnya (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan FTE) diarahkan untuk
menjaga struktur suku bunga pasar uang jangka pendek yang wajar. Hal
ini untuk mewujudkan pasar uang yang efisien dan mengurangi perilaku
spekulatif (arbitrage).
Suku bunga SBI 3 bulan diarahkan lebih tinggi dari suku bunga SBI 1
bulan.
FASBI:
• 7 hari : BI-Rate – 200 bps
• O/N : BI-Rate – 500 bps
Fine Tune Operation (FTO):
• FT Kontraksi (O/N – 6 hari) : rate antara FASBI O/N – 7 hari.
• FT Ekspansi (O/N – 14 hari): rate lebih tinggi dari BI-Rate
121
Kebijakan Moneter dengan Sasaran
Kestabilan Harga
Proses perumusan kebijakan moneter
Pada setiap awal tahun (minggu I Januari) dilakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG)
untuk:
1. Evaluasi kebijakan moneter pada tahun sebelumnya
2. Penentuan sasaran inflasi serta arah kebijakan dan sasaran kebijakan moneter pada
tahun yang akan datang.
Pada setiap triwulan diadakan RDG triwulanan (awal April, Juli, Oktober, Januari) untuk
menetapkan arah dan sasaran kebijakan moneter triwulanan.
Pada setiap bulanan diadakah RDG bulanan untuk menetapkan sasaran kebijakan dan
pedoman operasi moneter bulan ybs.
Pada setiap minggu diadakan RDG mingguan untuk menetapkan operasi moneter pada
minggu ybs.
122
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG)
Perumusan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG). Rapat ini dilakukan satu
kali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum bidang moneter.
Sementara, rapat sejenis juga dilakukan satu kali dalam seminggu untuk
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan moneter yang telah dilakukan.
RDG bulanan dapat dihadiri oleh menteri kabinet atau wakil pemerintah
dengan hak bicara tanpa hak suara. Tujuannya adalah untuk mempererat
koordinasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan makro
ekonomi lainnya.
123
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Bulanan Awal Tahun
RDG ini jg sekaligus untuk membahas dan mensahkan laporan tertulis yang akan
disampaikan kpd DPR dan Pemerintah. Laporan ini memuat: (1) pelaksanaan tugas &
wewenang BI thn sebelumnya, (2) rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan
langkah2 pelaksanaan tugas & wewenang BI utk tahun y.a.d. dgn memperhatikan
perkembangan laju inflasi & kondisi ekonomi dan keuangan.
124
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Triwulanan
125
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Bulanan
127
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Laporan-Laporan
128
Kebijakan Moneter dengan Sasaran
Kestabilan Harga
Target inflasi
BI menetapkan sasaran inflasi jangka menengah, dimana strategi penurunan inflasi
dilakukan secara gradual utk minimalkan dampak negatif thd pertumbuhan ekonomi.
Sasaran inflasi IHK digunakan untuk memudahkan pemahaman masyarakat. Utk keperluan
perumusan kebijakan moneter, dimonitor inflasi inti yang diukur dg metode exclusion, yaitu
dg mengeluarkan komponen administered prices dan volatile food prices dari IHK
Misalnya untuk tahun 2003, sasaran inflasi ditetapkan 9% (+/-1%) dengan realisasi inflasi
IHK 5,06% menurun dibandingkan dg 10,03% tahun 2002. Inflasi inti juga sedikit menurun,
dari 6,96% tahun 2002 menjadi 6,93% tahun 2003. Untuk tahun 2004, inflasi IHK
diperkirakan 5,5 % sementara inflasi inti diperkirakan 6,9%.
Sesuai dengan kesepakatan bersama antara Pemerintah dan BI ditetapkan sasaran inflasi
tahun 2005 sebesar 6% (+/-1%), tahun 2006 sebesar 5,5% (+/-1%) dan tahun 2007 5% (+/-
1%)
Koordinasi erat BI dan Pemerintah merupakan kunci keberhasilan.
129
POKOK
BAHASAN
130
Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa
131
Sistem Nilai Tukar
Rp Rp BIASA
Fixed
1200
1000
Revaluasi
800
1000 Depresiasi
0
W
0
Rp Free
W
Rp
Apresias
i
Manage
1200
1000
1000 Depresiasi
800
pelebaran
band
0
W 0
132
Sejarah Sistem Nilai Tukar
Sistem Nilai Tukar Tetap Bank Sentral menetapkan nilai tukar
terhadap mata uang tertentu sebagai
(1971 – Maret 1983)
“anchor”. Dalam sistem ini, excess demand
dan supply akan dipenuhi/ diserap oleh
Bank Indonesia melalui intervensi.
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
scr ketat
(April 1983 – Sep 1986)
Sistem Nilai Tukar Mengambang Fleksible Nilai tukar ditentukan tidak hanya pada
mekanisme pasar, tetapi juga dipengaruhi
(Sep. 1986 – Agt. 1997)
oleh unsur “managed” dari bank Sentral
melalui intervensi.
Sistem Nilai Tukar Mengambang bebas Nilai tukar dibiarkan bebas, tergantung
pada mekanisme pasar.
(14 Agustus 1997)
133
Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar
Periode Nilai Tukar Mengambang Ketat
• Nopember 1978 dari Rp425 per dolar menjadi Rp625 per dolar
• Maret 1983 dari Rp625 per dolar menjadi Rp825 per dolar
• September 1986 dari Rp1134 per dolar menjadi Rp1644 per dolar
135
Hal penting menurut UU No. 24/1999
Pasal 2
Ayat (1), Setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa.
Ayat (2), Penggunaan Devisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk keperluan
transaksi di dalam negeri, wajib memperhatikan ketentuan mengenai alat pembayaran
yang sah sebagaimana diatur dalam UU tentang Bank Indonesia.
Pasal 3
Ayat (1), BI berwenang meminta keterangan dan data mengenai kegiatan Lalu Lintas
Devisa yang dilakukan oleh penduduk.
Ayat (2), Setiap penduduk wajib memberikan keterangan dan data mengenai kegiatan
Lalu Lintas Devisa yang dilakukannya, secara langsung atau melalui pihak lain yang
ditetapkan oleh BI.
Pasal 4
Ayat (1), Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia menetapkan
ketentuan atas berbagai jenis transaksi devisa yang dilakukan oleh Bank.
Ayat (2), Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Bank Indonesia.
136
Wewenang BI atas Cadangan Devisa
Pengelolaan Cadangan Devisa :
Pengelolaan dilakukan dengan diversifikasi menurut jenis valuta dan jenis penempatan.
Pengelolaan dilakukan berdasarkan prinsip keamanan dan kesiagaan untuk memenuhi
kewajiban segera tanpa mengabaikan prinsip pendapatan yang optimal.
137
Kebijakan BI terhadap Nilai Tukar
Menjaga kondisi fundamental makro ekonomi yang sehat.
138
KEBIJAKAN FISKAL
DEFINISI
• Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
• Kebijakan ini mirip dengan kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar, namun kebijakan fiskal lebih
menekankan pada pengaturan pendapatan dan
belanja pemerintah.
• Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
• Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi.
• Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat
akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah
output.
• Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
PAJAK
Secara hukum Pajak didefinisikan sebagai iuran wajib
kepada pemerintah yang bersifat memaksa dan legal
( berdasarkan undang-undang ), sehingga pemerintah
mempunyai kekuatan hukum ( misalnya denda atau
kurungan penjara ) untuk menindak wajib pajak yang
tidak memenuhi kewajiban.
Secara Ekonomi Pajak didefinisikan sebagai pemindahan
sumber daya yang ada di sektor rumah tangga dan
perusahaan ( dunia usaha ) ke sektor pemerintah melalui
mekanisme pemungutan tanpa memberi balas jasa
langsung.
Besarnya pajak yang diterima pemerintah dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, sebaliknya pajak dapat
mempengaruhi pola laku produksi atau konsumsi.
KLASIFIKASI
PAJAK
A. Pajak Objektif
Adalah pajak yang dikenakan berdasarkan
aktivitas ekonomi para wajib pajak. Misalnya
pajak pertambahan nilai ( PPN )
B. Pajak Subjektif
Adalah pajak yang dipungut dengan melihat
kemampuan wajib pajak. Biasanya bila
kemampuan wajib pajak makin besar, beban
pajaknya makin besar.
C. Pajak Langsung
Adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat
digeser kepada wajib pajak yang lain. Misalnya
pajak penghasilan ( PPh ) serta pajak bumi dan
bangunan ( PBB )
a. Pajak Nominal
Adalah pajak yang pengenaannya berdasarkan sejumlah nilai nominal
tertentu. Misalnya bila pengenaan pajak pendapatan sebesar 50, maka
cukup ditulis T=50
b. Pajak Persentase
Adalah pajak yang ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari dasar
pengenaan pajak.
148