Anda di halaman 1dari 148

SESI I

MONETER.............
money??

2
JUMLAH UANG BEREDAR

• Uang dalam Arti Sempit ( Narrow Money )


‘Uang Kartal’ dan ‘Uang Giral’ yang dikuasai oleh masyarakat dan
siap dibelanjakan.
- ‘Uang Kartal’ merupakan uang tunai ( logam dan
kertas) yang dikeluarkan pemerintah ( BI ) yang berada ditangan
masyarakat untuk digunakan.
- ‘Uang Giral’ merupakan selurah saldo rekening koran
( giro ) milik masyarakat yang ada di bank-bank umum.
Ms = K + D
Ms = Uang beredar
K = Uang Kartal ( currency )
L = Uang Giral ( demand deposit )
• Uang dalam arti luas ( Quasi Money )

- Uang milik masyarakat yang disimpan di bank dalam


bentuk deposito berjangka ( time deposit ) atau
tabungan.
- deposito berjangka dan tabungan disebut juga
‘Quasi Money’ atau ‘Near Money’
- Jumlah uang beredar = Narrow Money + Quasi
Money

Ms = K + D + T
Ms = Jumlah uang beredar
K = Uang Kartal
L = Uang Giral
T = Deposito berjangka
Uang Inti (Reserve Money)

 Proses penciptaan uang beredar berawal dari timbulnya uang inti


(reserve money), uang inti adalah seluruh uang yang dikeluarkan oleh
pemerintah (bank sentral) ditambah saldo rekening koran milik bank-
bank (atau masyarakat) pada bank sentral. Uang inti bisa pula dilihat
sebagai penjumlahan antara uang kartal dengan cadangan bank (bank
reserve).

 Jumlah uang inti di masyarakat meningkat karena tiga sebab-sebab;


 Surplus neraca pembayaran,
 Defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru,
 Kenaikan kredit bank sentral kepada bank-bank dan kepada
lembaga-lembaga lain. Keadaan sebaliknya menyebabkan kondisi
jumlah uang inti berkurang.

 Dalam proses penciptaan uang, bagian dari uang inti yang dipegang
oleh masyarakat umum langsung menjadi uang kartal, sedangkan
sisanya yang dipegang oleh bank-bank umum sebagai cadangan bank
kemudian “melipatkan diri” menjadi uang giral.
Money Multiplier Process

Uang Inti (reserve money )

.
Uang yang dikeluarkan oleh Saldo Rekening Koran (Giro)
Bank Sentral (Pemerintah) +
Pada Bank Sentral

Di Masyarakat Umum Di Bank Umum + Milik Bank-Bank

Uang Kartal Cadangan Bank

Sebagai Jaminan

Rekening Giro pada Bank


Milik Masyarakat

Jumlah Uang Beredar (JUB)


Konsep dan Pengertian
• Kebijakan Moneter merupakan kebijakan otoritas moneter
atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran
moneter dan atau suku bunga untuk mencapai perkembangan
kegiatan perekonomian yang diinginkan
• Tujuan kebijakan moneter adalah dicapainya keseimbangan
interen (internal balance) dan keseimbangan ekstern (external
balance)
• Keseimbangan interen biasanya diwujudkan oleh terciptanya
kesempatan kerja yang tinggi, dan laju inflasi yang rendah.
• Sedangkan keseimbangan ekstern ditujukan agar neraca
pembayaran internasional seimbang.

7
Konsep dan Pengertian

• Kebijakan moneter dibagi dalam dua jenis, yaitu


kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter
kontraktif.
• Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter
yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi,
yang antara lain dilakukan melalui peningkatan jumlah
uang beredar.
• Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter
yang ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi,
yang antara lain dilakukan melalui penurunan jumlah
uang beredar.
8
Tenggang Waktu (Lag) Efek dari Kebijakan Moneter
• Jangka waktu antara perubahan kebijakan dengan perubahan kegiatan
ekonomi sering disebut tenggang waktu (lag).
• dua macam lag dalam kebijakan moneter, yaitu inside lag dan outside
lag. Yang dimaksud dengan
• Inside lag adalah jarak waktu dari timbulnya permasalahan di dalam
perekonomian sampai dengan dimulainya tindakan kebijakan untuk
mengatasinya.
– Recognition lag adalah jarak waktu mulai dari timbulnya masalah
sampai dengan saat para pembuat kebijakan menyadari bahwa
memang ada masalah.
– Decision lag adalah jarak waktu antara saat diketahuinya ada
masalah dan saat diputuskannya suatu tindakan.
– Action lag adalah jarak waktu antara saat keputusan kebijakn
diambil dan saat keputusan tersebut mulai dilaksanakan.
• outside lag adalah jarak waktu antara saat mulai dilaksanakannya
langkah kebijakan dan saat timbulnya akibat pada perekonomian. 9
Kerangka Strategis Kebijakan Moneter

• beberapa strategi dalam mencapai tujuan


kebijakan moneter
– Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate
Targeting)
– Penargetan Besaran Moneter (Monetary
Targeting)
– Penargetan Inflasi (Inflation Targeting)
– Strategi Kebijakan Moneter tanpa jangkar yang
tegas (implicit but not explicit anchor)

10
Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate Targeting)
• Strategi kebijakan moneter dengan penargetan nilai tukar mendasarkan
pada keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnya
terhadap pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter
• Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga alternatif yang dapat ditempuh:
– dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap harga
komoditas tertentu yang diakui secara internasional
– dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang
negara-negara besar yang mempunyai laju inflasi yang rendah
– dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang
negara tertentu ketika perubahan nilai mata uang diperkenankan
sejalan dengan perbedaan laju inflasi diantara kedua negara.

11
Penargetan Besaran Moneter (Monetary Targeting)

• Penargetan besaran moneter dilakukan dengan


menetapkan pertumbuhan jumlah uang beredar
sebagai sasaran antara, serta kredit
• Kelebihan utama dari penargetan besaran
moneter adalah dimungkinkannya kebijakan
moneter yang independen sehingga bank sentral
dapat memfokuskan pencapaian tujuan yang
ditetapkan.

12
Strategi Kebijakan Moneter tanpa jangkar yang tegas
(implicit but not explicit anchor)

• Dalam rangka mencapai kinerja perekonomian yang


memuaskan , beberapa Negara lebih memilih
strategi kebijakan moneter tanpa mengungkapkan
penargetan secara tegas. Akan tetapi, bank sentral
tetap memberikan perhatian dan komitmen untuk
mencapai tujuan akhir kebijakan moneter.

13
Penargetan Inflasi (Inflation Targeting)

• Penargetan inflasi dilakukan dengan


mengumumkan kepada publik mengenai target
inflasi jangka menengah dan komitmen bank
sentral
r
untuk mencapai stabilitas
r harga sebagai
tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter
• menargetkan inflasi sebagai jangkar nominal,
bank sentral dapat menjadi lebih kredibel dan
lebih fokus didalam mencapai kestabilan harga
sebagai tujuan akhir.

14
MACAM KEBIJAKAN MONETER
1. Kebijakan Pasar Terbuka (Open market
Operation)
Kebijakan ini dilaksanakan oleh Bank Sentral
dengan cara menjual belikan surat-surat
berharga. Tentu saja untuk dapat dilaksanakan
kebijakan ini dengan sukses harus tersedia
pasar surat berharga. Itu berarti harus ada
pihak-pihak atau agen ekonomi yang bertindak
sebagai peminta surat berharga dan pemasok
surat berharga.
2. Tingkat Suku Bunga (Tingkat Diskonto)
Yaitu tingkat bunga yang diberlakukan bank
sentral terhadap pinjaman-pinjaman bank-
bank umum yang membutuhkan likuiditas

16
3. Penentuan Cadangan Wajib (Reserves Requirement
Policy)
Bank-bank umum dapat memberikan kredit bila mereka
mempunyai cadangan yang cukup untuk itu. Sebagai lembaga
keuangan yang berorientasi untuk laba selayaknya bank umum
harus mengatur agar cadangan yang ada mampu
mendatangkan keuntungan dari kredit yang diberikan.
Berkaitan dengan itu Bank Sentral mempunyai kewenangan
untuk menentukan besarnya cadangan wajib minimum bank-
bank umum, dan ketentuan cadangan wajib minimum itu akan
berpengaruh terhdap besarnya kelebihan cadangan yang
merupakan dana potensial bagi terciptanya kredit. Jika
cadangan wajib meningkat maka akan mengurangi cadangan
yang dimiliki bank-bank umum sehingga akan menurunkan
jumlah kredit yang dikeluarkan dan dapat mengurangi laju
pertumbuhan uang beredar.
4. Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan ini biasanya diberlakukan untuk sector dan tujuan
tertentu. Misal kredit ekspor berarti kredit tersebut ditujukan
untuk menunjang ekspor. Dalam hal ini tujuan utama dari
kebijakan terkait bukanlah untuk mengawasi jumlah uang
beredar, tetapi lebih diarahkan untuk mengawasi apakah kredit
yang diberikan oleh bank-bank umum sesuai dengan keinginan
pemerintah.

5. Bujukan Moral/ Moral Suation


Kebijakan ini diambil oleh Bank Sentral bukan dengan
ketentuan-ketentuan tertulis tetapi dengan mengadakan
pertemuan, saran-saran dan himbauan.
EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER
Pada umumnya efektivitas kebijakan ekonomi
dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain :
1. Ada tidaknya tujuan yang saling bertentangan
Kemungkinan yang terjadi antara kebijakan mempunyai tujuan
bisa selaras atau searah, bisa bertentangan, bisa tumpang
tindih atau kembar. Jika yang terjadi tujuan kebijakan-kebijakan
tersebut searah maka sasaran aau tujuan tersebut dapat
dicapai.
2. Tingkat monetarisasi masyarakat
– Kebijakan moneter akan efektif bila masyarakat telah
menggunakan uang baik sebagai media pertukaran,
alat pengukur dan penyimpan kekayaan maupun
fungsi uang yang lain.
– Di Indonesia masih banyak kegiatan transaksi ekonomi yang
tidak dilakukan lewat pasar atau tidak menggunakan uang,
misalnya : pembayaran transaksi tenaga kerja dengan
mengguanakan barang atau hasil pertanian. Hal ini
menyebabkan kebijakan moneter yang berkaitan dengan
M1 tidak akan efektif bagi kelompok atau sector tersebut.
– Semakin tinggi tingkat monetarisasi masyarakat akan
semakin efektif kebijakan moneter yang diambil.
– Tingkat monetarisasi masyarakat dapat ditingkatkan melalui
berbagai cara seperti dikenalkannya atau dibukanya cabang-
cabang bank dan digunakannya uang sebagai alat
pembayaran.
3. Faktor Kelambanan (Time Lag)
– Salah satu keunggulan dari kebijakan moneter dibandingkan
dengan kebijakan fiscal adalah kecepatan otoritas moneter
dalam menetapkan kebijakan tersebut.
– Masalah kelambanan atau time lag ini sangat sering
dihadapi, karena memang tidak semua informasi dapat
dengan mudah diperoleh khususnya di negara-negara
berkembang. Adanya kelambatan dalam mengantisipasi
suatu gejolak ekonomi akan dapat mengurangi efektivitas
suatu kebijakan ekonomi.
4. Pengaruh Lembaga Keuangan
Perilaku lembaga keuangan bank pada prinsipnya dapat
diawasi oleh Bank Sentral, akan tetapi perilaku lembaga
keuangan bukan bank tidak sepenuhnya berada di bawah
pengawasan Bank Sentral. Dengan demikian adanya suatu
kebijakan moneter belum tentu berpengaruh terhadap
kegiatan atau kebijakan yang dijalankan oleh lembaga
keuangan bukan bank.
5. Harapan (Expectation) masyarakat
– Secara teoritis khususnya dalam analisis ekonomi dengan
pendekatan harapan nalar, kebijakan ekonomi akan efektiv
bila kebijakan tersebut merupakan suatu syok (shock) bagi
masyarakat. Dengan demikian bila informasi dapat
diperoleh dari perilaku otoritas moneter dan perekonomian
dapat diantisipasi oleh masyarakat, maka kebijakan moneter
tidak efektiv.
– Semakin rendah harapan atau ekspektasi masyarakat
terhadap keadaan ekonomi dan perilaku pemerintah, maka
semakin efektiv kebijakan moneter yang dijalankan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi variabel target
Jika target yang ingin dicapai adalah mengendalikan atau
mengurangi jumlah investasi swasta, untuk dapat
merumuskan kebijakan yang cocok perlu diamati faktor-
faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhi investasi.
Kesalahan dalam memilih atau menentukan variabel yang
mempengaruhi investasi akan mengurangi atau
menyebabkan tidak efektifnya suatu kebijakan ekonomi.
INFLASI
TEORI INFLASI

• PENGERTIAN DASAR
Yang dimaksud Inflasi adalah kecenderungan naiknya
harga secara umum dan terus menerus dalam waktu
dan tempat tertentu ( Nopirin, 1997. Boediono, 2001 ).

• Index harga yang biasa digunakan untuk mengukur


kenaikan harga:
- Index Biaya hidup ( consumer price index )
- Indek harga perdagangan besar ( wholesale
price index ).
- GNP deflator.
A. Berdasarkan sifatnya ( laju inflasi ) :
1. Inflasi merayap ( creeping inflation ) di bawah 10% setahun
2. Inflasi menengah ( galloping inflation )antara 10 - 30% setahun
3. Inflasi tinggi ( Hyper inflation ) di atas 100% setahun).

B. Berdasarkan penyebab dari Inflasi


1. Demand inflation / inflasi permintaan
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
macam barang terlalu kuat.
2. Cost inflation / inflasi penawaran.
Inflasi ini timbul karena kenaikan biaya produksi atau berkur­
angnya penawaran agregatif.

C. Berdasarkan asal dari inflasi


1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
• EFEK DARI INFLASI

- Efek terhadap pendapatan ( Equity Effect )


Efek ini tidak merata ada yang dirugikan dan ada yang
diuntungkan.
- Efek dari Efisiensi ( Efficiency Effect ).
Berubahnya alokasi faktor-faktor produksi, karena kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang.
- Efek terhadap Output ( output effect ).
Bisa menaikan output juga bisa menurunkan output tergantung
dari laju inflasi tersebut.
• CARA MENCEGAH INFLASI
- Kebijakan Moneter
- Kebijakan Fiskal
- Kebijakan yang berkaitan dengan output.
- Kebijakan dalam Penentuan Harga.

• INFLASI DAN PENGANGGURAN


Inggris  ( Kurva Philips ) AW Philips 1861 – 1958 hasil riset terdapat
hubungan yang negatif antara kenaikan tingkat upah dengan
pengangguran.
Amerika  Robert Solon, hasil riset terdapat hubungan negatif antara
inflasi dengan pengangguran.
MEKANISME TRANSMISI
KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

Sumber : Priadi Asmanto, 2006

1. Mekanisme Transmisi Jalur Uang.


2. Mekanisme Transmisi Jalur Kredit
3. Mekanisme Transmisi Jalur Suku Bunga
4. Mekanisme Transmisi Jalur Nilai Tukar.
5. Mekanisme Transmisi Jalur Harga Aset
6. Mekanisme Transmisi Jalur Ekpektasi
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia
Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Saluran Uang
Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Saluran Kredit
Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Saluran Suku Bunga
Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Saluran Nilai
Tukar.
Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Saluran Harg
a Aset
Mekanisme Transmisi Moneter Melalui Saluran Ekspektasi
BOP
BALANCE OF PAYMENT
NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL

• Pengertian
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang
transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan
negara lain dalam jangka waktu tertentu.

- Pengertian penduduk, meliputi : Orang perorangan / individu,


Badan Hukum, Pemerintah.

- Yang termasuk dalam neraca perdagangan internasional


hanyalah transaksi ekonomi internasional saja.
- Harus dibedakan : transaksi debet / kredit. Transaksi yang
sedang berjalan / transaksi kapital.
A. TRANSAKSI BARANG DAN JASA

• Meliputi ekspor maupun impor barang-barang dan jasa, disebut


juga transaksi yang sedang berjalan.
* Ekspor barang dan jasa merupakan transaksi kredit
karena menimbulkan hak untuk menerima pembayaran,
* Impor barang dan jasa merupakan transaksi debet
karena menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran kepada penduduk di negara lain.
 Surplus bila ekspor lebih besar impor
 Defisit bila ekspor lebih kecil impor.
B. TRANSAKSI MODAL
Yang termasuk transaksi Modal
1. Transaksi modal jangka pendek, meliputi :
- Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit)
Kredit perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara
lain.
- Deposito bank di luar negeri ( transaksi debet ) deposito
bank didalam negeri milik penduduk negara lain ( transaksi kredit ).
- Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (
transaksi debet ), Penjualan surat berharga dalam negeri jangka
pendek kepada penduduk negara lain. ( transaksi kredit ).
2. Transaksi modal jangka panjang.

- Investasi langsung ke luar negeri (transaksi debet ), Investasi asing


di dalam negari ( trasaksi kredit ).

- Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk


negara lain ( transaksi debet ) pembelian surat berharga jangka
panjang yang diterima dari penduduk negara lain ( transaksi kredit ).

- Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara


lain ( transaksi debet ), Pinjaman jangka panjang yang diterima dari
penduduk negara lain ( transaksi kredit )
C. TRANSAKSI SATU ARAH ( UNILATERAL TRANSFER )
Transaksi satu arah adalah transaksi yang tidak menimbulkan kewajiban
untuk melakukan pembayaran.
- hadiah ( gift )  transaksi debet
- Bantuan ( aid )  transaksi kredit

D. SELISIH PERHITUNGAN ( ERRORS AND OMISSIONS ) Rekening ini


merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit
tidak persis sama dengan transaksi-transaksi debet.
3. MASALAH DALAM ANALISIS NERACA PEMBAYARAN

• Sering mengabaikan saling hubungan antara transaksi internasional yang


satu dengan yang lain sehingga ketidakseimbangan dalam neraca
pembayaran diasosiasikan dengan satu transaksi saja tanpa melihat tanpa
melihat hunbungan dengan yang lain

• Surplus dalam transaksi yang sedang berjalan sering dianggap baik.


Anggapan ini tidak selalu benar.

• Keputusan untuk memberi bantuan ( aid ) seharusnya lebih didasarkan


pada kekuatan ekonomi negara secara keseluruhan bukan atas dasar
petimbangan neraca perdaganan.
SESI II
KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan


Bank Indonesia
OUTLINE
 Review Konsep dan Teori Moneter
 Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
 Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi 1997
 Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi 1997
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Mekanisme Pengendalian Moneter

 Paradigma Pengendalian Moneter Baru


Review Konsep dan Teori Moneter

 Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro


 Tujuan kebijakan ekonomi makro umumnya adalah mencapai kemakmuran masyarakat
(social welfare)

KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO:

KEBIJAKAN MONETER
TUJUAN AKHIR:
KEBIJAKAN FISKAL SOCIAL
WELFARE
KEBIJAKAN PERDAGANGAN

KEBIJAKAN TENAGA KERJA

KEBIJAKAN LAINNYA
Apa Tujuan Kebijakan Moneter?

Peran penting dari kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi;
 Mempengaruhi :
a. stabilitas harga
b. pertumbuhan ekonomi
c. perluasan kesempatan kerja
d. keseimbangan neraca pembayaran
 (a) – (d) menjadi sasaran akhir (objectives/ final targets) kebijakan moneter

Konflik pencapaian sasaran kebijakan :


- Secara ideal, semua sasaran akhir tersebut (multiple objectives) di atas
dapat dicapai secara bersamaan. Namun, seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir tsb mengandung
unsur-unsur yang kontradiktif.
- Misalnya: usaha untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negatif
terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran.
- Dalam perkembangannya, dewasa ini semakin disadari bahwa kebijakan
moneter semestinya lebih memfokuskan pada sasaran tunggal.
50

Kebijakan Moneter dengan Sasaran Tunggal


Sejalan dengan perkembangan ekonomi di dunia, Indonesia menganut hal yang sama dengan menetapkan
stabilisasi harga sebagai sasaran tunggal sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Bank Indonesia
yang baru (UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia – diamandemen UU No. 3 tahun 2004).

Tujuan Bank Indonesia adalah:


“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah” (Ps. 7)

3 Pilar pencapaian tujuan


Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas: (Ps. 8)
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c. Mangatur dan mengawasi Bank
Bagaimana Hubungan kebijakan Moneter dengan
Kebijakan Lainnya?

SEKTOR RIIL
Konsumsi
Investasi
Ekspor
Impor
SEKTOR EKSTERNAL
Transaksi Berjalan SEKTOR PEMERINTAH (FISKAL)
Ekspor
Impor Anggaran Negara (APBN)
Transfer Penerimaan, termasuk hibah
Penghasilan (Income) Pengeluaran
Transaksi Modal dan Keuangan Keseimbangan (overall)
Investasi Langsung Pembiayaan
Aliran Keuangan – Dalam Negeri
– Pemerintah
– Luar Negeri
– Swasta
Cadangan Devisa
SEKTOR MONETER

Otoritas Moneter
Aktiva Luar Negeri Bersih
Uang
Aktiva Domestik Bersih
Primer
Net Claim on Government
Bank Umum
Aktiva Luar Negeri Bersih
Uang
Aktiva Domestik Bersih
Beredar
Jenis Kerangka Kebijakan Moneter
Macam-macam Kerangka Kebijakan Moneter
Beberapa rezim berkembang dalam teori dengan mendasarkan pada berbagai
channels dalam transmisi moneter yang diyakini di dalam ekonomi :

1. Monetary targeting; mendasarkan pada pengendalian uang beredar (sbg.


Intermediate target) dan uang primer (sbg. Sasaran operasional) untuk
mencapai sasaran akhir, dengan berdasar kestabilan permintaan uang.
2. Exchange rate targeting; mendasarkan pada pengendalian nilai tukar (sbg
intermediate target) untuk mencapai sasaran akhir (inflasi dan pertumbuhan
ekonomi).
3. Inflation targeting; memfokuskan sasaran akhir pada target inflasi yang
diumumkan. Untuk intermediate targetnya menggunakan inflation forecast,
yang mendasarkan pada semua channel transmisi moneter. Biasanya
dikombinasikan dengan suku bunga untuk penentuan operating targetnya.
4. Implicit Nominal Anchor (No Anchor). Tidak menetapkan sasaran akhir dan
intermediate tertentu. Tergantung penilaian dan keyakinan boards of
governor. Untuk operating target biasanya menggunakan suku bunga.

Rezim mana yang tepat tergantung pada kondisi ekonomi dan moneter negara
ybs. Bahkan untuk suatu negara rezim yang diterapkan dapat saja berubah.
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter

Kerangka Operasional Kerangka Strategis

Instrumen Sasaran Sasaran Sasaran Akhir


Operasional Antara

- OPT - sk bunga jk. pd - sk. bunga jk. pj


- Inflasi
- Fas. Diskonto - uang primer -
M1, M2, kredit - Pertumbuhan Ek.
- Giro Wajib Min “Jangkar”
Nominal
- Imbauan, dll
- Nilai tukar

- Besaran moneter
Penargetan
- Inflasi (inflation targeting)
- Output nominal
-
Kerangka Operasi Kebijakan Moneter

ULTIMATE ECONOMIC OPERATIONAL


TARGET
Monetary
CAPACITY TARGET Instrument

s
I Y
1. OPEN MARKET
N MONEY SUPPLY
OPERATION
F OR 2. DISCOUNT FACILITY
INTEREST RATE 3. RESERVE
L REQUIREMENT
A Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
S
I
ECONOMIC
ACTIVITY

Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter

PENDEKATAN SISTEM OPERASI

Sasaran Sasaran
Pendekatan Harga Instrumen Operasional Akhir
Variabel-variabel Informasi
• Langsung
• Sk.bunga PUAB • Stabilitas harga
• Tidak langsung

Pendekatan Kuantitas Instrumen Sasaran Sasaran Sasaran


Operasional Antara Akhir

- Langsung - Monetary base - Agregat moneter Stabilitas harga


- Tidak langsung seperti: seperti: Pertumbuhan ekonomi
Kesempatan kerja
. Uang primer/M0 . M1, M2
Keseimbangan NP
. Reserve bank . Kredit pbk
. Sk.bunga

Sumber: Junggun Oh. “Inflation Targeting, Monetary Transmission Mechanism, and Policy Rules in Korea”,
Economic Pap er , Vol.2, No.1, March 1999, Bank of Korea (dimodifikasi).
Perbandingan Sistem Operasi Kebijakan Moneter

Mekanisme Quantity-based Approach vs Price-based Approach

Sasaran kuantitas uang Sasaran “harga” uang

Ms’ Ms* Ms
Ms
Tingkat Bunga, ”
Tingkat Bunga, i i “

i”
i”

i* Target Tingkat Bunga,


i*
i*
Md” i’ Md
i’ ”
Md* Md
*
Md’
Md’

M* Kuantitas Uang, M M’ M* M” Kuantitas Uang,


M
Kerangka Kerja Quantity Targeting

 Sebelum Juli 2005, Pendekatan kuantitas digunakan sebagai kerangka kebijakan


moneter
 Pendekatan harga mulai digunakan Juli 2005

Kerangka Kerja Quantity Targeting

ULTIMATE ECONOMIC MONEY MONETARY MONETARY


TARGET CAPACITY SUPPLY MANAGEMENT INSTRUMENT

Y s
1. OPEN MARKET
Inflasi s M OPERATION

2. DISCOUNT FACILITY
Pertumb.
Ekonomi 3. RESERVE
REQUIREMENT

Lapangan Yd M d 4. FOREIGN EXCHANGE


Kerja INTERVENTION

Dll ECONOMIC DEMAND FOR


ACTIVITY MONEY

Investment

Consumption

Government

Export

Import
Neraca Otoritas Moneter & Neraca Sistem Moneter

N era c a O to rita s M o n e te r
A k tiv a P a s iv a
A k tiv a L u a r N e g e ri B e rsih U a n g k a rta l
A k tiv a D alam N e g e ri B e rsih - d i m a sy a ra k a t (u a n g k a rta l )
- T a g iha n b e rsih p a d a p em e rinta h p us at - d i ba n k um um
- T a g iha n p a da se k to r sw a sta d o m es tik S a ld o g iro (c a d a n g a n b a n k )
- T a g iha n p a da b a n k um um - m ilik b an k um um
A k tiv a L a in n y a B e rsih - m ilik m a sy a ra k a t
-------------------------
U a n g P rim e r (M 0)

Neraca Sistem Moneter


Aktiva Pasiva
1. Aktiva Luar Negeri Bersih Uang Beredar (M2)/ Likuiditas Perekonomian
2. Tagihan Bersih pada Pemerintah Pusat 1. M1
3. Tagihan pada Lembaga - Uang Kartal
dan Perusahaan Pemerintah - Uang Giral
4. Tagihan pada Perusahaan 2. Uang Kuasi
dan Perorangan
5. Lainnya Bersih

Keterangan: format standar penyusunan neraca analitis ini adalah seperti yang dipublikasikan
kepada masyarakat dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter

Secara teoritis, merujuk pada:


Keberadaan Kurva Phillips :  =  (y – y*)
“trade-off jangka pendek antara inflasi dan pertumbuhan output”
Teori Kuantitas Klasik : M.V  P.T dan M/P = k. Y
Teori Penawaran Uang : Ms = mm. M0
Contoh kasus: […… Ilustrasi sederhana …….]
 Fungsi jangka panjang permintaan uang (M1):
logM1 = konstan + 1.1 logPDBr + 1.0 logIHK + kesalahan
Prediksi perkembangan money multiplier (M1/M0) berkisar antara 1.2 – 1.4
 Sasaran-sasaran sesuai Program Moneter:
Inflasi: 8%
Pertumbuhan ekonomi 6%
Pertumbuhan M1 : 14.6 %
(maka) Pertumbuhan M0 dalam kisaran: 10.4% – 12.2%  rata-rata 11.2%
Ilustrasi Teoritis Pelaksanaan Kebijakan Moneter
melalui quantity targeting

 Misalnya terjadi perubahan kondisi ekonomi:


Terjadi arus modal masuk (capital inflow) yang cukup besar sebagai
akibat cukup menariknya iklim usaha di Indonesia.

 Capital inflow   NFA otoritas moneter   uang primer  (di atas


kisaran atas)  NFA sistem moneter   uang beredar 

 Kegiatan ekonomi riil   kecenderungan overheating


- Pertumbuhan M1   14.6%, (Pertumbuhan M0   12.2%)
- Pertumbuhan ekonomi   6%
- Inflasi   8%,

 Kebijakan yang diterapkan (alternatif) : kontraksi moneter

 Pilihan instrumen (alternatif) :


- Operasi pasar terbuka (OPT)
- Cadangan wajib minimum (RR)
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT

Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing

1. Lelang SBI
 Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target
uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan
memperkirakan perkembangan uang primer dan, dengan membandingkan
target yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang
yang harus diserap.

 Hal ini dilakukan dengan menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapa
ekspansi/konstraksi dari sisi fiskal (rekening Pemerintah di Bank Indonesia),
mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi likuiditas di pasar uang.
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui
OPT

 Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan instrumen


moneter yang dapat berupa Operasi Pasar Terbuka (OPT), intervensi pasar valas,
reserve requirement, ataupun moral suasion.
 Berdasarkan sasaran M0 yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan Operasi
Pasar Terbuka (OPT).

OPERASI PASAR TERBUKA

i
Penjualan Surat
Mo
Berharga
M1 & M2
Harga
OPT
stabil
i
Pembelian Surat
Mo
Berharga

M1 & M2
Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT

Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing

2. Fasilitas Bank Indonesia


 Selain lelang SBI mingguan (yaitu tiap hari Rabu), Bank Indonesia juga melakukan
kegiatan secara langsung di pasar uang rupiah melalui Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi).
Hal ini dilakukan secara harian, terutama apabila terjadi perkembangan di luar
pehitungan yang dapat menyebabkan tidak tercapainya target uang primer melalui
lelang SBI.
 Caranya antara lain dapat dilakukan dengan secara langsung menawarkan kepada
bank-bank untuk menanamkan kelebihan likuiditasnya di Bank Indonesia (berjangka
waktu overnight hingga satu minggu) atau dengan cara membeli kembali SBI secara
repurchase agreement (repo) di pasar uang antar bank.
Mekanisme Pengendalian Moneter Melalui OPT

Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing

3. Sterilisasi/Intervensi Valuta Asing


 Terutama dilakukan apabila Pemerintah akan membiayai kegiatan suatu proyek
(membutuhkan rupiah) dengan cara menggunakan dana valuta asingnya yang disimpan
sebagai cadangan devisa di Bank Indonesia.
 Dengan cara ini, dapat dicapai dua tujuan sekaligus. Pertama, penyerapan kelebihan
likuiditas di pasar uang. Kedua, bahwa langkah ini sekaligus dapat membantu upaya
untuk menstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah di pasar.
 Intervensi di pasar valuta asing dapat pula dilakukan Bank Indonesia pada waktu
sedang terjadi gejolak nilai tukar rupiah di pasar valuta asing
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga

Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?

Asumsi yang digunakan dalam Pendekatan Kuantitas adalah sbb:

1. Kebijakan dan perkembangan sektor-sektor lain (fiskal, nilai tukar, dan riil) akan berjalan seperti
yang ditetapkan.
2. Adanya hubungan yang stabil antara uang beredar (sebagai sasaran antara) dengan kegiatan
ekonomi riil (sebagai sasaran akhir)  stabilitas fungsional income velocity dan demand for money
3. Adanya hubungan yang stabil antara uang primer (sebagai sasaran operasional) dengan uang
beredar (sebagai sasaran antara)  stabilitas fungsional angka pengganda uang (money multiplier)
Namun, hasil kajian empiris BI menyimpulkan bahwa:
 Income velocity, demand for money, dan money multiplier cenderung
“kurang” stabil.
 M0 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh Bank Indonesia. + 70% dari komponen M0
adalah uang kartal yang merupakan kebutuhan masyarakat akan alat pembayaran.
 Agregat moneter M1 relatif stabil dibandingkan dengan M2.
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga

Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?

Penyebab Ketidakstabilan Struktural tersebut adalah karena:

 Pesatnya perkembangan sektor keuangan dan majunya inovasi


produk keuangan yang menyebabkan kegiatan penciptaan uang
(money creation) oleh sistem keuangan menjadi berlipat ganda.

 Terjadinya proses decoupling antara sektor moneter dan sektor riil.

 Sulitnya mengidentifikasi arah kausalitas antara uang beredar dan


kegiatan ekonomi. Adanya kecenderungan kegiatan ekonomi
mempengaruhi uang beredar, bukan sebaliknya.
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga

Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?

 Sejalan dengan permasalahan dalam pengendalian moneter dengan menggunakan


agregat moneter, paradigma baru yang lebih meyakini “harga” uang, yaitu suku bunga
dan nilai tukar, sebagai jalur utama transmisi kebijakan moneter (price targeting) di
Indonesia semakin mendapatkan perhatian.

 Bond (1994) menunjukkan secara empiris bahwa hubungan antara suku bunga dengan
laju inflasi jauh lebih kuat dibandingkan dengan hubungan antara uang beredar dengan
inflasi.

 Di sisi lain, dalam ekonomi yang semakin terbuka dengan sistem nilai tukar yang
fleksibel, pergerakan nilai tukar rupiah juga dianggap sangat penting dalam
mempengaruhi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi, and inflasi.

 Isu pokok yang sedang dikaji adalah apakah apakah cukup relevan apabila manajemen
moneter di Indonesia dibangun atas dasar jalur mekanisme transmisi salah satu/kedua
variabel tersebut; ataukah berdasarkan jalur mekanisme transmisi kebijakan moneter
yang lain?
Pertimbangan BI Beralih ke Pendekatan Harga

Quantity-based Approach vs Price-based Approach ?

 Hasil kajian empiris tersebut merupakan pertimbangan utama bagi


Bank Indonesia untuk mengubah paradigma pengendalian
moneternya dari quantity-based approach menjadi price-based
approach pada Juli 2005.

 Penerapan price-based approach tidak terlepas dari upaya Bank


Indonesia yang menerapkan full-fledged inflation targeting framework
pada bulan Juli 2005. Pembahasan mengenai hal ini akan dijelaskan
setelah penjelasan umum pendekatan harga atau suku bunga sebagai
sasaran operasional kebijakan moneter.
Kerangka Kerja Pendekatan Harga

ULTIMATE ECONOMIC OPERATIONAL


TARGET
Monetary
CAPACITY TARGET Instrument

s
I Y
1. OPEN MARKET
N INTEREST RATE
OPERATION
F 2. DISCOUNT FACILITY
3. RESERVE
L REQUIREMENT
A Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
S
I
ECONOMIC
ACTIVITY

Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import
Mekanisme Transmisi Pendekatan Harga

Market
Interest rate

Credit
Domestic
demand
Domestic
Asset prices Total Inflationary
demand pressure
BI Interest Net external
Rate demand
Expectations/ Inflation
confidence
Import
prices
Exchange rate
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d Juli 2005:
Lite Inflation Targeting

 Sejak tahun 2000, dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999


BI telah menentukan dan mengumumkan sasaran inflasi sebagai
sasaran akhir kebijakan moneter.
 Dengan amandemen UU Bank Indonesia No. 3 Tahun 2004,
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah
menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun
2005, 2006, dan 2007.
 BI telah menempuh sejumlah langkah dalam memperkuat
persyaratan untuk penerapan ITF, termasuk:
 Pengembangan indikator, riset, pemodelan ekonomi untuk dasar
analisis, prakiraan, dan perumusan kebijakan.
 Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai proses
perumusankebijakan moneter.
 Pengembangan laporan dan strategi komunikasi untuk
transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter kepada
publik.
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter Indonesia s/d Juli 2005:
Lite Inflation Targeting

 Sebelum Juli 2005, operasi moneter masih menggunakan uang


primer uang primer (base money) sebagai sasaran operasional.
Cara ini dirasakan semakin tidak sejalan dengan penerapan
kebijakan moneter dengan ITF, terutama karena:
1. Hubungan antara uang primer dengan inflasi dan pertumbuhan
ekonomi semakin tidak stabil dan mengalami hubungan terbalik.
2. Sinyal kebijakan moneter kepada pasar dan masyarakat kurang efektif,
3. Respon kebijakan moneter cenderung mengarah ke belakang (backward
looking) dan lebih sulit dilakukan.
4. Uang primer lebih sulit dikendalikan oleh bank sentral karena perilaku
permintaan uang kartal masyarakat di Indonesia.
 Sejak 1999-Sebelum Juli 2005, dalam literature, Indonesia
dikategorikan sebagai negara yang menerapkan Inflation Targeting
Lite.
Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005

Pengertian dan Karakteristik ITF

 Sejak Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan ITF sebagai kerangka kebijakan Moneter.
 Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter yang
secara transparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun
ke depan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.

 Empat prinsip pokok rezim kebijakan moneter dengan ITF:


1. Memiliki sasaran utama, yaitu Sasaran Inflasi, yang dijadikan sebagai prioritas pencapaian
(overriding objective) dan acuan (nominal anchor) kebijakan moneter.
2. Bersifat antisipatif (preemptive atau forward looking) dengan mengarahkan respon
kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.
3. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidah kebijakan tertentu dalam menetapkan
pertimbangan respon kebijakan moneter (constrained discretion).
4. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (good governance), yaitu berkejelasan
tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.
Kerangka Kebijakan Moneter Sejak Juli 2005

 Secara rinci karakteristik Inflation Targeting Framework sbb:

Kriteria Bernanke et.al. Svensson


(1999) (2000)

1 Kestabilan harga sbg tujuan akhir kebijakan moneter Ya Ya


Pengumuman target inflasi
2 Ya Ya
Target inflasi jangka menengah
3 Tidak jelas Ya
Komunikasi intensip dg publik
4 Ya Ya
Penggunaan monetary policy rule secara spesifik
5 Tidak jelas Penargetan prakiraan
inflasi
Publikasi prakiraan inflasi dan output
6 Tidak perlu Ya
Target ditetapkan pemerintah (goal dependence)
7 Ya Tidak perlu
Penggunaan instrumen scr independen (instrument
8 independent)
Ya Ya, ttp tidak disebutkan
scr jelas
Mengapa Inflation Targeting …?

 IT fokus pada kestabilan harga (sehingga dapat digunakan sbg ‘anchor’ ekspektasi inflasi bagi
masyarakat).

 IT meningkatkan transparansi keb. Moneter.

 IT memberikan ukuran keberhasilan bank sentral (kejelasan akuntabilitas).

 IT bersifat forward looking dan memperhitungkan lag kebijakan moneter.

 IT tidak memerlukan asumsi stabilitas hubungan uang beredar, output dan harga.

 Pengalaman negara-negara lain yang menerapkan IT menunjukkan dengan inflasi yang rendah
dan stabil, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang lebih sustainable.
Kerangka Kerja Baru Kebijakan Moneter Indonesia:
Empat Langkah Penguatan Kebijakan Moneter Melalui ITF

 Empat elemen mendasar dalam langkah-langkah penguatan kerangka kerja


kebijakan moneter yang baru mulai Juli 2005 agar konsisten dengan penerapan ITF:
1. Penggunaan suku bunga (disebut BI Rate) sebagai reference rate dalam
pengendalian moneter, sebagai pengganti sasaran operasional uang primer.
2. Penguatan proses perumusan kebijakan moneter dengan strategi antisipatif
(forward looking strategy) dalam mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini
untuk pencapaian sasaran inflasi ke depan.
3. Strategi komunikasi yang lebih transparan untuk memperkuat sinyal kebijakan
moneter kepada pasar dan upaya pembentukan ekspektasi inflasi.
4. Penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk meminimalkan
tekanan inflasi dari kenaikan administered prices dan volatile foods maupun
untuk sinergi kebijakan ekonomi secara keseluruhan.
Inflation Targeting:
“A Framework, Not A Rule”

OPERASI RESPON INDIKATOR SASARAN


MONETER KEBIJAKAN KEBIJAKAN AKHIR

INSTRUMEN PRAKIRAAN SASARAN


BI RATE
MONETER INFLASI INFLASI

• Manajemen + PERTUMBUHAN OUTPUT


• Kesejahteraan Masy.
Likuiditas: OPT, RR, • Stabilisasi nilai tukar • Trade off yg optimal
Fasilitas Diskonto, • Kebijakan moneter lain antara Inflasi dan
• Determinan inflasi
Forex Intervention. • Kebijakan perbankan Output
• Koridor suku bunga • Keterkaitan antar • Pengaruh ekspektasi
• Struktur suku bunga
+ variabel ekonomi
• Transmisi moneter
Koordinasi Pemerintah
Model, riset, statistik,
expert opinion,
judgement KREDIBILITAS
KOMUNIKASI KEBIJAKAN KEBIJAKAN
• Komitmen & Konsistensi
• Pembentukan ekspektasi
Respon Kebijakan Moneter:
BI-Rate sebagai Sinyal Kebijakan

• BI Rate mencerminkan arah kebijakan moneter yaitu


indikasi level suku bunga jangka pendek yang
diinginkan bank sentral dalam upaya mencapai target
inflasi.
• Perubahan BI Rate – yang mencerminkan perubahan
stance kebijakan moneter – dilakukan dalam kelipatan
25 bps (perubahan dapat 25, 50 ataupun 75 bps sesuai
dengan situasi moneter yang terjadi).
• BI Rate diumumkan ke publik pada setiap awal bulan
setelah RDG Bulanan (baik berubah maupun tidak).
Kerangka Operasional

Penerbitan
PenerbitanSBI
SBI

Kontraksi FASBI/SWBI
FASBI/SWBI

OPT Reverse
ReverseRepo
RepoSUN
*)
SUN*)
OPTReguler
Reguler

Ekspansi SBI/SUN
SBI/SUNRepo
Repo
OPT
OPT
Fine
FineTune
TuneKontraksi
Kontraksi
(FTK),
(FTK), Outrightjual
Outright jualSUN
SUN
Kontraksi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(jual
(jualUSD/IDR)
USD/IDR)
OPT
OPTNon
NonReguler/
Reguler/
Fine Tune Operation
Fine Tune Operation Fine
FineTune
TuneEkspansi
Ekspansi
(FTE),
(FTE), OutrightBeli
Outright BeliSUN
SUN
Ekspansi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(beli
(beliUSD/IDR)
USD/IDR)
OPT: Lelang SBI

Prosedur dan mekanisme pelaksanaan lelang SBI:


1. Pelaksanaan lelang SBI 1 bulan dilakukan secara mingguan.
2. Untuk mendukung kredibilitas BI Rate, lelang diarahkan agar rate
hasil lelang sama dengan BI Rate.
3. Sistem lelang menggunakan Fixed Rate tender.
OPT: Lelang SBI
Sebelum Implementasi BI-Rate

• Bidding rates yang diajukan peserta lelang hari Rabu tergantung pada
interpretasi mereka terhadap indirect signal dari target indikatif yang
diumumkan hari Selasa.
Contoh:
Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang Rp 10 triliun, dengan
jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun.
Pasar akan menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect signal
bahwa BI menginginkan kenaikan bid rate.
• Sedikit perubahan pada RRT SBI diinterpretasikan sebagai perubahan sinyal
kebijakan moneter.
Contoh:
Pada hari Rabu, BI mengumumkan hasil lelang 12,27% dibandingkan
minggu sebelumnya 12,25%.
Pasar akan menginterpretasikan ini sebagai trend peningkatan suku bunga
yang diinginkan BI, sehingga mereka akan mengajukan bid yang lebih tinggi
pada lelang berikutnya.
OPT: Lelang SBI
Sinyal Suku Bunga dengan BI-Rate

• Bidding rates dari peserta lelang tergantung pada strategi mereka


sesuai dengan BI-Rate yang diumumkan.
Contoh:
Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang SBI Rp 10 triliun,
dari jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun. BI Rate diumumkan pada
level 12,25%
Pasar tidak menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect
signal bahwa BI menginginkan kenaikan BI-Rate. Pasar akan mem-
bid sekitar 12,25%, tanpa memperdulikan target.
• Perubahan sinyal kebijakan ditentukan oleh berubah/tidaknya BI-
Rate.
• SOR ditetapkan sebesar BI-Rate. Bidding rate yang masuk sebagian
besar (mendekati 99%) berada pada level BI-Rate.
OPT Lainnya

 OPT lainnya (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan FTE) diarahkan
untuk menjaga struktur suku bunga pasar uang jangka pendek yang
wajar. Hal ini untuk mewujudkan pasar uang yang efisien dan
mengurangi perilaku spekulatif (arbitrage).
 Suku bunga SBI 3 bulan diarahkan lebih tinggi dari suku bunga SBI 1
bulan.
 FASBI:
• 7 hari : BI-Rate – 200 bps
• O/N : BI-Rate – 500 bps
 Fine Tune Operation (FTO):
• FT Kontraksi (O/N – 6 hari) : rate antara FASBI O/N – 7 hari.
• FT Ekspansi (O/N – 14 hari): rate lebih tinggi dari BI-Rate
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG)

 Perumusan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia


dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG). Rapat ini dilakukan satu
kali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum bidang moneter.
Sementara, rapat sejenis juga dilakukan satu kali dalam seminggu untuk
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan moneter yang telah dilakukan.

 RDG bulanan dapat dihadiri oleh menteri kabinet atau wakil pemerintah
dengan hak bicara tanpa hak suara. Tujuannya adalah untuk mempererat
koordinasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan makro
ekonomi lainnya.

 RDG dapat dikategorikan menurut waktu pelaksanaannya menjadi RDG


bulanan awal tahun, RDG triwulanan, RDG bulanan, dan RDG mingguan.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter

RDG Bulanan Awal Tahun

 RDG bulanan awal tahun dilakukan untuk mengevaluasi perkembangan


ekonomi, moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu tahun
yang lalu dan prospeknya ke depan.
 Telaah mengenai prospek ekonomi makro dan moneter ke depan
dimaksudkan terutama dilakukan untuk menetapkan arah dan sasaran
kebijakan moneter untuk satu tahun ke depan sesuai dengan sasaran inflasi
yang ditetapkan.
 RDG ini jg sekaligus untuk membahas dan mensahkan laporan tertulis yang
akan disampaikan kpd DPR dan Pemerintah. Laporan ini memuat: (1)
pelaksanaan tugas & wewenang BI thn sebelumnya, (2) rencana kebijakan,
penetapan sasaran, dan langkah2 pelaksanaan tugas & wewenang BI utk
tahun y.a.d. dgn memperhatikan perkembangan laju inflasi & kondisi
ekonomi dan keuangan.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter

RDG Triwulanan

 Dilaksanakan awal April, Juli, Oktober, dan Desember.

 RDG ini dilaksanakan untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi,


moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu triwulan yg lalu
dan prospeknya utk periode ke depan.
 Telaah mengenai prospek ekonomi ke depan terutama dilakukan untuk
menentukan apakah sasaran inflasi yang telah ditetapkan masih dalam batas
kisaran yang aman, serta untuk menetapkan arah dan sasaran kebijakan
moneter untuk satu triwulan ke depan.

 RDG ini dimaksudkan juga untuk membahas dan mensahkan laporan


triwulanan tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenang BI yg akan
disampaikan kpd DPR dan pemerintah.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter

RDG Bulanan

 RDG bulanan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi perkembangan


inflasi, nilai tukar, moneter, dan perbankan.

 Lebih diarahkan utk memantau pencapaian target inflasi & arah kebijakan
satu bulan berikutnya.

 Penetapan BI Rate dan langkah pengendalian moneter satu bulan yang akan
datang, seperti OPT, dan sterilisasi/intervensi di pasar valas.

 Keputusan kebijakan moneter dalam RDG bulanan ini disampaikan ke


masyarakat melalui siaran pers.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter

RDG Mingguan

 RDG mingguan dilaksanakan atas dasar arahan dari RDG bulanan.

 RDG mingguan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan


pengendalian moneter pada minggu sebelumnya.

 Arahan pelaksanaan OPT, sterilisasi/intervensi di pasar valas, serta arah suku


bunga di minggu mendatang.

 Keputusan pengendalian moneter dalam bentuk OPT melalui lelang SBI


dalam RDG mingguan ini disampaikan ke masyarakat melalui siaran pers.
Proses Perumusan Kebijakan
Moneter

Laporan-Laporan

 Laporan tahunan dan triwulanan BI dievaluasi oleh DPR. Laporan ini


digunakan sebagai bahan penilaian kinerja Dewan Gubernur dan BI secara
keseluruhan.

 Laporan tahunan ke DPR dalam rangka akuntabilitas, sedangkan laporan


tahunan ke pemerintah dalam rangka informasi.

 Laporan tahunan ke masyarakat melalui media massa dalam rangka


informasi, cerminan transparansi, dan pemberitahuan arah kebijakan
moneter.
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1945 - 1952

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Mata uang Hindia Belanda & Jepang  BNI, BRI sebagai bank sirkulasi ORI yg
masih digunakan menggantikan peran uang Hindia Belanda
& Jepang
 Belum terdapat bentuk bank sentral
secara formal  ORI ditarik diganti dgn uang De Javasche
Bank yg ditunjuk sbg bank sirkulasi
 UUD 1945 Ps.23: perlunya dibentuk
sebuah bank yg disebut Bank Indonesia, yg  De Javasche Bank ditetapkan sebagai
mengeluarkan & mengatur uang kertas bank sentral pada pemerintah RIS
 UU nasionalisasi De Javasche Bank 6/12/51  Tindakan moneter sanering pada 1950
disahkan (Gunting Sjafruddin)
 Dominasi dinamika perkembangan politik
terhadap permasalahan ekonomi
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1953 - 1967

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Telah banyak mata uang yang beredar dan  Bank Indonesia sbg bank sirkulasi
berbeda-beda di berbagai wilayah di menerbitkan mata uang baru, rupiah, sbg
Indonesia satu2nya alat pembayaran yg sah di
wilayah negara Indonesia
 Lahir UU No.11/1953 tentang Pokok
Bank Indonesia sbg pengganti  Dibentuk Dewan Moneter tdr dr Menkeu
Javasche Bank Wet 1922 (ketua), Menteri Ekonomi, dan GBI.

 Pemerintah membangun proyek2  BI jg sbg bank komersial dgn memberi


‘mercu suar’ dan pengeluaran besar kredit kpd swasta, pemerintah, yayasan
untuk militer pem., dll.

 Jumlah uang beredar berlebihan  BI sbg agen pembangunan: (1). Cetak


menyebabkan hyperinflation (+/- 600%) uang u/ menutup defisit fiskal (2).
pada pertengahan tahun 1960-an. Pembiayaan scr lgs dlm keg. ekonomi
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1968 - 1972

- Periode Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi -

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Pemerintah sebelumnya kurang memegang  Kebijakan moneter difokuskan pada


prinsip kehati2an dalam pelaksanaan pengendalian inflasi. Pencetakan uang utk
kebijakan moneter dan fiskal pembiayaan defisit anggaran dihentikan
 Lahir UU No.13/1968 tentang Bank
 Koordinasi kebijakan fiskal-moneter
Sentral ditingkatkan shg stabilitas ekonomi cepat
 Laju inflasi turun drastis hingga di pulih
bawah 10%
 Kebijakan moneter dirumuskan oleh
 Kegiatan perekonomian nasional Dewan Moneter dan BI melakukan tugas
secara berangsur2 mulai tertata & kebijakan moneter sesuai dgn keputusan
mengalami peningkatan. Dewan Moneter
 Pengaturan kelembagaan, positif krn
 ∆M0 ke NCG dibatasi  JUB terkendali
kebijakan moneter-fiskal terintegrasi &
terkoordinir, tp negatif krn tdk ada
check & balance kebijakan2 ekonomi
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1973 - 1982

- Periode Pertumbuhan Ekonomi dengan Hasil Minyak -

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Awal dekade 70-an ditemukan ladang2  Penerimaan devisa hasil minyak


minyak baru secara signifikan shg menyebabkan ekspansi jumlah uang
penerimaan negara meningkat primer (M0) shg BI melakukan
penyerapan ekspansi moneter dari sisi
 Pengeluaran rutin dan pembangunan oleh fiskal tersebut utk meredam tekanan
pemerintah meningkat shg mendorong inflasi
kegiatan ekonomi riil  Kebijakan kredit selektif diluncurkan thn
1974 utk mengendalikan JUB terutama
 Kebijakan kredit selektif membuat sektor
dgn mengatur besarnya ekspansi kredit
perbankan kurang bergairah krn sumber
bank. Pagu kredit individual bank setiap
dana yang langka dan penyaluran kredit
tahun ditentukan oleh BI
sangat dibatasi
 ∆NFA  M0  Kredit dipagu

 RR diturunkan dr 30% mjd 15% thn


1978 terutama utk mendorong pemberian
kredit kpd sektor swasta
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1983 - 1997

- Periode Deregulasi, Debirokratisasi, dan Liberalisasi Ekonomi -

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Awal dekade 80-an harga minyak merosot  Stl Pakjun 1983, kebijakan moneter
krn kecenderungan tjdnya resesi dunia. langsung melalui selective credit policy
Penerimaan negara utk pembiayaan APBN diganti dgn kebijakan moneter tidak
semakin terbatas. Peran swasta dalam langsung melalui OPT. SBI diterbitkan
kehidupan ekonomi perlu ditingkatkan. thn 1984 sbg instrumen utama OPT
ditambah dgn intervensi di pasar uang
 Pakjun 1983 menandai era liberalisasi rupiah (1 s.d. 7 hari).
sektor perbankan dan keuangan. Jml bank,
mobilisasi dana, bentuk kredit, jenis  ∆M0 dikendalikan  M1& M2
pembiayaan, vol. transaksi dan jenis  Pakto 1988 menurunkan RR dr 15% mjd
produk keuangan meningkat.
2%, pelonggaran izin pendirian bank shg
 Pakto 1988 mendorong kegiatan ekonomi perbankan tumbuh pesat.
DN dlm menghadapi persaingan global.  RR ↓  ∆M0  M1 & M2
Scr umum mrp paket penyempurnaan
kebijakan di bidang keu., moneter, &
perbankan
Kebijakan Moneter Periode Pra Krisis Ekonomi 1997
Periode 1983 - 1997
(Lanjutan...)

- Periode Deregulasi, Debirokratisasi, dan Liberalisasi Ekonomi -

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Pengendalian JUB (M1& M2) makin sulit  Besar dan mobilitas aliran dana LN
krn operasi & produk perbankan makin mempersulit pelaksanaan kebijakan
beragam (CDs, CPs, promissory notes, moneter oleh BI shg BI melakukan
ATMs) . Produk pasar modal jg penyerapan likuiditas dlm perekonomian.
berkembang pesat baik dalam bentuk vol. Hal ini mendorong suku bunga naik.
transaksi maupun SSB yg diperdagangkan.
 Suku bunga tinggi semakin mendorong
Tjd decoupling (pemisahan) sektor
keuangan & sektor riil. aliran modal masuk khususnya dlm
bentuk SSB berjangka pendek.
 Liberalisasi sektor keuangan menyebabkan
 Prinsip good corporate governance tdk
aliran dana LN khususnya pinjaman LN
swasta jgk pendek semakin besar dan dijalankan dgn baik shg mjd penyebab
pesat. utama krisis thn 1997.

 Pinjaman ini tidak dilindungi dr risiko  ∆NFA  ∆M0  OPT  ∆M0 ↓ ,i 


nilai tukar, dimanfaatkan utk proyek jgk ∆NFA
panjang & tdk menghasilkan devisa.
Kebijakan Moneter Periode Selama Krisis Ekonomi 1997
Periode 1997 - 1998

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter


 Di bawah sistem NT managed floating pd
 Spekulasi thd Baht menjalar ke Rupiah
(contagion effect) shg investor asing saat itu, kebijakan2 yg diambil adl
menarik dananya scr tiba2. Timbul melakukan intervensi di pasar valas &
kepanikan di pasar valas dan tjd aksi melebarkan band (rentang) intervensi.
borong devisa yg menyebabkan Rupiah Tekanan begitu kuat & cadangan devisa
merosot tajam dlm wkt singkat. Ini mrp menurun shg sistem NT floating diadopsi.
awal dr krisis ekonomi thn 1997. Pemerintah memutuskan ikut program
IMF (awal 1998).
 Pemerintah menutup sejumlah bank
 Bank run & penutupan bank diatasi dgn
shg tjd krisis kepercayaan thd bank
dan rupiah, tjd bank run. penyediaan dana talangan oleh
pemerintah melalui BI di bawah program
 Tjd excess likuiditas, laju inflasi mencapai penjaminan pemerintah atas seluruh
77,63% tahun 1998, dan suku bunga SBI 1 kewajiban bank.
bulan mencapai 38,44% pd tahun yg sama.
 Kebijakan suku bunga tinggi untuk
menghadapi tekanan inflasi akibat
kelebihan likuitas dlm perekonomian.
Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi 1997
Periode 1999 - Sekarang

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter


 Stl berada di bawah program IMF, NT  Pengendalian JUB melalui pencapaian
rupiah masih rentan dan tekanan inflasi sasaran operasional uang primer yg
masih tinggi. ditetapkan sesuai dgn program yg
disepakati antara Pemerintah dan IMF
 Kebijakan yg diambil scr berangsur2
mampu menstabilkan nilai tukar rupiah  Suku bunga diturunkan stl NT rupiah
dan mengendalikan tekanan inflasi. NT stabil dan tekanan inflasi terkendali.
menguat dr rata2 Rp9.316/dolar thn 2002
 Tugas pokok BI menurut UU No.23/99 adl
mjd rata2 Rp8.572/dolar thn 2003. Inflasi
(1) menetapkan & melaksanakan
turun dr 10,03% thn 2002 mjd 5,06% thn
kebijakan moneter (2) mengatur &
2003. Suku bunga SBI turun dr 13,02% thn
menjaga kelancaran sistem pembayaran
2002 mjd 7.34% pd Juni 2004.
(3) mengatur & mengawasi sistem
 Lahir UU No.23/1999 tentang Bank perbankan. Ketiga tugas ini saling terkait
Indonesia sbg penguatan BI scr dalam upaya mencapai kestabilan rupiah.
kelembagaan sbg bank sentral, dgn fokus
 BI diberi wewenang utk melaksanakan
mencapai dan memelihara kestabilan nilai
kebijakan NT dan pengelolaan cad. devisa
rupiah. BI mrp bank sentral yg
sesuai dgn sistem NT dan sistem devisa yg
independen, namun transparan &
ditetapkan
accountable.
Kebijakan Moneter Periode Pasca Krisis Ekonomi 1997
Periode 1999 - Sekarang

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter


 Tugas pokok yg telah ditetapkan dalam  Munculnya paradigma baru kebijakan
UU, menuntut BI untuk juga responsif bank sentral di bidang moneter,
terhadap dinamika yg terjadi dalam perbankan dan sistem pembayaran yaitu
bidang tugasnya. Inflation Targeting Framework (ITF),
Arsitektur Perbankan Indonesia (API),
 Terdapat tuntutan untuk melakukan dan Real Time Gross Settlement (RTGS).
amandemen thd UU No.23/1999 ttg BI sbg
 Amandemen UU ttg BI dalam UU
upaya untuk menyesuaikan dengan
perkembangan kondisi ekonomi, sosial, No.3/2004, dgn pokok2 antara lain: (1)
dan politik. penetapan sasaran inflasi oleh pemerintah
stl berkoordinasi dgn BI, (2) pengalihan
fungsi pengawasan bank pada 2010, (3)
penyediaan Financial Safety Nets, (4)
pembentukan Badan Supervisi, (5)
Keanggotaan DG: internal/eksternal, dan
(6) Aspek2 transparansi, akuntabilitas,
dan pertanggungjawaban.
Questions and
Answers
KEBIJAKAN MONETER
POKOK
BAHASAN

 Kebijakan Moneter di Indonesia


 Kebijakan Moneter dengan Pengendalian Uang
Beredar
 Kebijakan Moneter dengan Sasaran Kestabilan
Harga
 Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa

101
Kebijakan Moneter di Indonesia

 Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro.


 Tujuan kebijakan ekonomi makro umumnya adalah mencapai kemakmuran
masyarakat (social welfare)

KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO:

KEBIJAKAN MONETER
TUJUAN AKHIR:
KEBIJAKAN FISKAL SOCIAL
WELFARE
KEBIJAKAN PERDAGANGAN

KEBIJAKAN TENAGA KERJA

KEBIJAKAN LAINNYA

102
Kebijakan Moneter di Indonesia
Kerangka Operasi Kebijakan
Moneter
ULTIMATE ECONOMIC OPERATIONAL
TARGET
Monetary
CAPACITY TARGET Instrument

s
Y
1. OPEN MARKET
Inflasi OPERATION
MONEY SUPPLY
Pertumb. OR 2. DISCOUNT FACILITY
Ekonomi INTEREST RATE 3. RESERVE
REQUIREMENT
Lapangan Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
Kerja INTERVENTION
Dll
ECONOMIC
ACTIVITY

Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import

103
Kebijakan Moneter di Indonesia

Peran penting dari kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi;
 Mempengaruhi :
a. stabilitas harga
b. pertumbuhan ekonomi
c. perluasan kesempatan kerja
d. keseimbangan neraca pembayaran
 (a) – (d) menjadi sasaran akhir (objectives / final targets) kebijakan moneter

Konflik pencapaian sasaran kebijakan :


- Secara ideal, semua sasaran akhir tersebut (multiple objectives) di atas
dapat dicapai secara bersamaan. Namun, seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir
tsb.mengandung unsur-unsur yang kontradiktif.
- Misalnya: usaha untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
memperluas kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negatif
terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca pembayaran.
- Dalam perkembangannya, dewasa ini semakin disadari bahwa kebijakan
moneter semestinya lebih memfokuskan pada sasaran tunggal.
104
Kebijakan Moneter di Indonesia

Kebijakan Moneter dengan Sasaran Tunggal


Sejalan dengan perkembangan ekonomi di dunia, Indonesia menganut hal yang sama dengan menetapkan
stabilisasi harga sebagai sasaran tunggal sebagaimana tercermin dalam Undang-Undang Bank Indonesia
yang baru (UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia – diamandemen UU No. 3 tahun 2004).

Tujuan Bank Indonesia adalah:


“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah” (Ps. 7)

3 Pilar pencapaian tujuan


Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas: (Ps. 8)
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
c. Mangatur dan mengawasi Bank

105
POKOK
BAHASAN

 Kebijakan Moneter di Indonesia


 Kebijakan Moneter dengan Pengendalian Uang
Beredar
 Kebijakan Moneter dengan Sasaran Kestabilan
Harga
 Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa

106
Kebijakan Moneter dengan
Pengendalian Uang Beredar
 Misalnya terjadi perubahan kondisi ekonomi:
Terjadi arus modal masuk (capital inflow) yang cukup besar sebagai
akibat cukup menariknya iklim usaha di Indonesia.

 Capital inflow   NFA otoritas moneter   uang primer  (di atas


kisaran atas)  NFA sistem moneter   uang beredar 

 Kegiatan ekonomi riil   kecenderungan overheating


- Pertumbuhan M1   14.6%, (Pertumbuhan M0   12.2%)
- Pertumbuhan ekonomi   6%
- Inflasi   8%,

 Kebijakan yang diterapkan (alternatif) : kontraksi moneter

 Pilihan instrumen (alternatif) :


- Operasi pasar terbuka (OPT)
- Cadangan wajib minimum (RR)

107
Kebijakan Moneter dengan
Pengendalian Uang Beredar
Kerangka Kerja Quantity Targeting

ULTIMATE ECONOMIC MONEY MONETARY MONETARY


TARGET CAPACITY SUPPLY MANAGEMENT INSTRUMENT

Y s 1. OPEN MARKET
Inflasi s M OPERATION
Pertumb. 2. DISCOUNT FACILITY
Ekonomi 3. RESERVE
REQUIREMENT
Lapangan Yd M d
4. FOREIGN EXCHANGE
Kerja INTERVENTION

Dll ECONOMIC DEMAND FOR


ACTIVITY MONEY

Investment
Consumption
Government
Export
Import

108
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
 Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan instrumen
moneter yang dapat berupa Operasi Pasar Terbuka (OPT), intervensi pasar valas,
reserve requirement, ataupun moral suasion.
 Berdasarkan sasaran M0 yang telah ditetapkan, Bank Indonesia melakukan Operasi
Pasar Terbuka (OPT).
OPERASI PASAR TERBUKA

i
Penjualan Surat
Mo
Berharga
M1 & M2
Harga
OPT
stabil
i
Pembelian Surat
Mo
Berharga

M1 & M2

109
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing

1. Lelang SBI
 Besarnya lelang SBI (mingguan) dimaksudkan untuk mencapai besarnya target
uang primer yang ditetapkan. Untuk itu, tiap minggu Bank Indonesia akan
memperkirakan perkembangan uang primer dan, dengan membandingkan
target yang ditetapkan, menentukan besarnya kelebihan likuiditas pasar uang
yang harus diserap.

 Hal ini dilakukan dengan menghitung berapa SBI yang jatuh tempo, berapa
ekspansi/konstraksi dari sisi fiskal (rekening Pemerintah di Bank Indonesia),
mutasi cadangan devisa, serta bagaimana kondisi likuiditas di pasar uang.

110
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing

2. Fasilitas Bank Indonesia


 Selain lelang SBI mingguan (yaitu tiap hari Rabu), Bank Indonesia juga melakukan
kegiatan secara langsung di pasar uang rupiah melalui Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi).
Hal ini dilakukan secara harian, terutama apabila terjadi perkembangan di luar
pehitungan yang dapat menyebabkan tidak tercapainya target uang primer melalui
lelang SBI.
 Caranya antara lain dapat dilakukan dengan secara langsung menawarkan kepada
bank-bank untuk menanamkan kelebihan likuiditasnya di Bank Indonesia (berjangka
waktu overnight hingga satu minggu) atau dengan cara membeli kembali SBI secara
repurchase agreement (repo) di pasar uang antar bank.

111
Mekanisme Pengendalian M0 Melalui OPT
Operasi Pasar Terbuka dilakukan Bank Indonesia dengan tiga cara, yaitu :
1. Melalui lelang SBI
2. Melalui penggunaan FASBI/FTK di pasar uang rupiah, dan
3. Melalui sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing

3. Sterilisasi/Intervensi Valuta Asing


 Terutama dilakukan apabila Pemerintah akan membiayai kegiatan suatu proyek
(membutuhkan rupiah) dengan cara menggunakan dana valuta asingnya yang disimpan
sebagai cadangan devisa di Bank Indonesia.
 Dengan cara ini, dapat dicapai dua tujuan sekaligus. Pertama, penyerapan kelebihan
likuiditas di pasar uang. Kedua, bahwa langkah ini sekaligus dapat membantu upaya
untuk menstabilkan perkembangan nilai tukar rupiah di pasar.
 Intervensi di pasar valuta asing dapat pula dilakukan Bank Indonesia pada waktu
sedang terjadi gejolak nilai tukar rupiah di pasar valuta asing

112
POKOK
BAHASAN

 Kebijakan Moneter di Indonesia


 Kebijakan Moneter dengan Pengendalian Uang
Beredar
 Kebijakan Moneter dengan Sasaran Kestabilan
Harga
 Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa

113
Kebijakan Moneter dengan Sasaran
Kestabilan Harga
 Mulai diterapkan sejak tahun 2000, dengan berlakunya UU 23/1999. Namun
karena berada dalam program IMF, operating targetnya masih base money.
Karenanya disebut “Inflation Targeting Lite Country”.
 Baru mulai 2004 BI menerapkan “full-fledged inflation targeting” dengan suku
bunga sebagai operating target.

114
Kerangka Kerja Pendekatan Harga

ULTIMATE ECONOMIC OPERATIONAL


TARGET
Monetary
CAPACITY TARGET Instrument

s
I Y
1. OPEN MARKET
N INTEREST RATE
OPERATION
F 2. DISCOUNT FACILITY
3. RESERVE
L REQUIREMENT
A Yd 4. FOREIGN EXCHANGE
INTERVENTION
S
I
ECONOMIC
ACTIVITY

Investment
Consumption
Government Ex
Export
Import

115
Mekanisme Transmisi Pendekatan Harga

Interest rate

Credit
Domestic
demand
Domestic
Asset prices Total Inflationary
demand pressure
Interest Net external
Rate demand
Expectations/ Inflation
confidence
Import
prices
Exchange rate

116
BI-Rate sebagai Sinyal Kebijakan
• BI Rate mencerminkan arah kebijakan moneter yaitu indikasi
level suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank sentral
dalam upaya mencapai target inflasi.
• Perubahan BI Rate – yang mencerminkan perubahan stance
kebijakan moneter – dilakukan dalam kelipatan 25 bps
(perubahan dapat 25, 50 ataupun 75 bps sesuai dengan situasi
moneter yang terjadi).
• BI Rate diumumkan ke publik pada setiap awal bulan setelah
RDG Bulanan (baik berubah maupun tidak).

117
Kerangka Operasional
Penerbitan
PenerbitanSBI
SBI

Kontraksi FASBI/SWBI
FASBI/SWBI

OPT Reverse
ReverseRepo
RepoSUN
*)
SUN*)
OPTReguler
Reguler

Ekspansi SBI/SUN
SBI/SUNRepo
Repo
OPT
OPT
Fine
FineTune
TuneKontraksi
Kontraksi
(FTK),
(FTK), Outrightjual
Outright jualSUN
SUN
Kontraksi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(jual
(jualUSD/IDR)
USD/IDR)
OPT
OPTNon
NonReguler/
Reguler/
Fine Tune Operation
Fine Tune Operation Fine
FineTune
TuneEkspansi
Ekspansi
(FTE),
(FTE), OutrightBeli
Outright BeliSUN
SUN
Ekspansi Sterilisasi/Intervensi
Sterilisasi/Intervensi
(beli
(beliUSD/IDR)
USD/IDR)
118
OPT: Lelang SBI
Prosedur dan mekanisme pelaksanaan lelang SBI:
1. Tidak berbeda dengan praktik yang berjalan selama ini (termasuk
besarnya incremental bid rate lelang).
2. Pelaksanaan lelang SBI 1 bulan dilakukan secara mingguan. Untuk
mendukung kredibilitas BI Rate, lelang diarahkan agar rate hasil lelang
memiliki deviasi yang minimal dari BI Rate termasuk agar incoming bid
rates semakin konvergen ke level BI Rate.
3. Sistem lelang menggunakan:
- Variable rate tender  SOR ditentukan sekitar BI-Rate.
- Fixed rate tender  SOR ditentukan pada BI-Rate

119
OPT: Lelang SBI
Sinyal Suku Bunga dengan BI-Rate:
• Bidding rates dari peserta lelang tergantung pada strategi mereka sesuai
dengan BI-Rate yang diumumkan.
Contoh:
Pada hari Selasa, BI mengumumkan target lelang SBI Rp 10 triliun, dari
jumlah jatuh waktu Rp 9 triliun. BI Rate diumumkan pada level 12,25%
Pasar tidak menginterpretasikan pengumuman ini sebagai indirect signal
bahwa BI menginginkan kenaikan BI-Rate. Pasar akan mem-bid sekitar
12,25%, tanpa memperdulikan target.
• Perubahan sinyal kebijakan ditentukan oleh berubah/tidaknya BI-Rate.
• SOR ditetapkan sebesar BI-Rate. Bidding rate yang masuk sebagian besar
(mendekati 99%) berada pada level BI-Rate.

120
OPT: Lainnya
 OPT lainnya (lelang SBI 3 bulan, FASBI, FTK dan FTE) diarahkan untuk
menjaga struktur suku bunga pasar uang jangka pendek yang wajar. Hal
ini untuk mewujudkan pasar uang yang efisien dan mengurangi perilaku
spekulatif (arbitrage).
 Suku bunga SBI 3 bulan diarahkan lebih tinggi dari suku bunga SBI 1
bulan.
 FASBI:
• 7 hari : BI-Rate – 200 bps
• O/N : BI-Rate – 500 bps
 Fine Tune Operation (FTO):
• FT Kontraksi (O/N – 6 hari) : rate antara FASBI O/N – 7 hari.
• FT Ekspansi (O/N – 14 hari): rate lebih tinggi dari BI-Rate

121
Kebijakan Moneter dengan Sasaran
Kestabilan Harga
Proses perumusan kebijakan moneter
 Pada setiap awal tahun (minggu I Januari) dilakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG)
untuk:
1. Evaluasi kebijakan moneter pada tahun sebelumnya
2. Penentuan sasaran inflasi serta arah kebijakan dan sasaran kebijakan moneter pada
tahun yang akan datang.
 Pada setiap triwulan diadakan RDG triwulanan (awal April, Juli, Oktober, Januari) untuk
menetapkan arah dan sasaran kebijakan moneter triwulanan.
 Pada setiap bulanan diadakah RDG bulanan untuk menetapkan sasaran kebijakan dan
pedoman operasi moneter bulan ybs.
 Pada setiap minggu diadakan RDG mingguan untuk menetapkan operasi moneter pada
minggu ybs.

122
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Rapat Dewan Gubernur (RDG)
 Perumusan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dilakukan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG). Rapat ini dilakukan satu
kali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum bidang moneter.
Sementara, rapat sejenis juga dilakukan satu kali dalam seminggu untuk
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan moneter yang telah dilakukan.

 RDG bulanan dapat dihadiri oleh menteri kabinet atau wakil pemerintah
dengan hak bicara tanpa hak suara. Tujuannya adalah untuk mempererat
koordinasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan makro
ekonomi lainnya.

 RDG dapat dikategorikan menurut waktu pelaksanaannya menjadi RDG


bulanan awal tahun, RDG triwulanan, RDG bulanan, dan RDG mingguan.

123
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Bulanan Awal Tahun

 RDG bulanan awal tahun dilakukan untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi,


moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu tahun yang lalu dan
prospeknya ke depan.

 Telaah mengenai prospek ekonomi makro dan moneter ke depan dimaksudkan


terutama dilakukan untuk menetapkan arah dan sasaran kebijakan moneter untuk
satu tahun ke depan sesuai dengan sasaran inflasi yang ditetapkan.

 RDG ini jg sekaligus untuk membahas dan mensahkan laporan tertulis yang akan
disampaikan kpd DPR dan Pemerintah. Laporan ini memuat: (1) pelaksanaan tugas &
wewenang BI thn sebelumnya, (2) rencana kebijakan, penetapan sasaran, dan
langkah2 pelaksanaan tugas & wewenang BI utk tahun y.a.d. dgn memperhatikan
perkembangan laju inflasi & kondisi ekonomi dan keuangan.

124
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Triwulanan

 Dilaksanakan awal April, Juli, Oktober, dan Desember.

 RDG ini dilaksanakan untuk mengevaluasi perkembangan ekonomi,


moneter, perbankan, dan sistem pembayaran selama satu triwulan yg lalu
dan prospeknya utk periode ke depan.
 Telaah mengenai prospek ekonomi ke depan terutama dilakukan untuk
menentukan apakah sasaran inflasi yang telah ditetapkan masih dalam batas
kisaran yang aman, serta untuk menetapkan arah dan sasaran kebijakan
moneter untuk satu triwulan ke depan.

 RDG ini dimaksudkan juga untuk membahas dan mensahkan laporan


triwulanan tertulis tentang pelaksanaan tugas dan wewenang BI yg akan
disampaikan kpd DPR dan pemerintah.

125
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Bulanan

 RDG bulanan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi


perkembangan inflasi, nilai tukar, moneter, dan perbankan.

 Lebih diarahkan utk memantau pencapaian target inflasi & arah


kebijakan satu bulan berikutnya.

 Dibahas jg pencapaian target operasional (uang primer & suku


bunga) utk diputuskan langkah pengendalian moneter satu bulan
yang akan datang, seperti OPT, sterilisasi/intervensi di pasar valas,
dan arah suku bunga yg wajar.

 Keputusan kebijakan moneter dalam RDG bulanan ini disampaikan


ke masyarakat melalui siaran pers.
126
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
RDG Mingguan

 RDG mingguan dilaksanakan atas dasar arahan dari RDG bulanan.

 RDG mingguan dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi


pelaksanaan pengendalian moneter pada minggu sebelumnya.

 Arahan pelaksanaan OPT, sterilisasi/intervensi di pasar valas, serta


arah suku bunga di minggu mendatang.

 Keputusan pengendalian moneter dalam bentuk OPT melalui lelang


SBI dalam RDG mingguan ini disampaikan ke masyarakat melalui
siaran pers.

127
Proses Perumusan Kebijakan Moneter
Laporan-Laporan

 Laporan tahunan dan triwulanan BI dievaluasi oleh DPR. Laporan


ini digunakan sebagai bahan penilaian kinerja Dewan Gubernur dan
BI secara keseluruhan.

 Laporan tahunan ke DPR dalam rangka akuntabilitas, sedangkan


laporan tahunan ke pemerintah dalam rangka informasi.

 Laporan tahunan ke masyarakat melalui media massa dalam rangka


informasi, cerminan transparansi, dan pemberitahuan arah
kebijakan moneter.

128
Kebijakan Moneter dengan Sasaran
Kestabilan Harga
Target inflasi
 BI menetapkan sasaran inflasi jangka menengah, dimana strategi penurunan inflasi
dilakukan secara gradual utk minimalkan dampak negatif thd pertumbuhan ekonomi.
 Sasaran inflasi IHK digunakan untuk memudahkan pemahaman masyarakat. Utk keperluan
perumusan kebijakan moneter, dimonitor inflasi inti yang diukur dg metode exclusion, yaitu
dg mengeluarkan komponen administered prices dan volatile food prices dari IHK
 Misalnya untuk tahun 2003, sasaran inflasi ditetapkan 9% (+/-1%) dengan realisasi inflasi
IHK 5,06% menurun dibandingkan dg 10,03% tahun 2002. Inflasi inti juga sedikit menurun,
dari 6,96% tahun 2002 menjadi 6,93% tahun 2003. Untuk tahun 2004, inflasi IHK
diperkirakan 5,5 % sementara inflasi inti diperkirakan 6,9%.
 Sesuai dengan kesepakatan bersama antara Pemerintah dan BI ditetapkan sasaran inflasi
tahun 2005 sebesar 6% (+/-1%), tahun 2006 sebesar 5,5% (+/-1%) dan tahun 2007 5% (+/-
1%)
 Koordinasi erat BI dan Pemerintah merupakan kunci keberhasilan.

129
POKOK
BAHASAN

 Kebijakan Moneter di Indonesia


 Kebijakan Moneter dengan Pengendalian Uang
Beredar
 Kebijakan Moneter dengan Sasaran Kestabilan
Harga
 Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa

130
Kebijakan Nilai Tukar dan Devisa

Tujuan Kebijakan Nilai tukar dan Devisa


• Mendukung kesinambungan pelaksanaan pembangunan
• Mendukung efektifitas pelaksanaan kebijakan moneter
Wewenang BI atas Cadangan Devisa
• Pengelolaan Cadangan Devisa
• Pengembangan Pasar Valuta Asing
• Pengelolaan Nilai Tukar
Sistem Nilai Tukar dan Lalu Lintas Devisa diatur dalam UU No. 24
24 tahun 1999 – tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar.

131
Sistem Nilai Tukar
Rp Rp BIASA
Fixed
1200

1000
Revaluasi

800

1000 Depresiasi
0
W

0
Rp Free
W
Rp
Apresias
i

Manage
1200
1000
1000 Depresiasi
800
pelebaran
band

0
W 0
132
Sejarah Sistem Nilai Tukar
Sistem Nilai Tukar Tetap Bank Sentral menetapkan nilai tukar
terhadap mata uang tertentu sebagai
(1971 – Maret 1983)
“anchor”. Dalam sistem ini, excess demand
dan supply akan dipenuhi/ diserap oleh
Bank Indonesia melalui intervensi.
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
scr ketat
(April 1983 – Sep 1986)

Sistem Nilai Tukar Mengambang Fleksible Nilai tukar ditentukan tidak hanya pada
mekanisme pasar, tetapi juga dipengaruhi
(Sep. 1986 – Agt. 1997)
oleh unsur “managed” dari bank Sentral
melalui intervensi.

Sistem Nilai Tukar Mengambang bebas Nilai tukar dibiarkan bebas, tergantung
pada mekanisme pasar.
(14 Agustus 1997)

133
Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar
Periode Nilai Tukar Mengambang Ketat
• Nopember 1978 dari Rp425 per dolar menjadi Rp625 per dolar
• Maret 1983 dari Rp625 per dolar menjadi Rp825 per dolar
• September 1986 dari Rp1134 per dolar menjadi Rp1644 per dolar

Periode Nilai Tukar mengambang Flexible


Bank Indonesia melakukan 8 x pelebaran pita intervensi yaitu
• September 1992 dari Rp6 (0,25%) menjadi Rp10(0,50%)
• Januari 1994 dari Rp10 (0,50%) menjadi Rp20 (1%)
• September 1994 dari Rp20 (1%) menjadi Rp30 (1,5%)
• Mei 1995 dari Rp30 (1,5%) menjadi Rp44 (2%)
• Desember 1995 dari Rp44 (2%) menjadi Rp66 (3%)
• Juni 1996 dari Rp66 (3%) menjadi Rp118 (5%)
• September 1996 dari Rp118 (5%) menjadi Rp192 (8%)
• Juli 1997 dari Rp192 (8%) menjadi Rp304 (12%)
• Selain itu dalam periode nilai tukar mengambang flexible ini Bank Indonesia
• Setiap hari mengeluarkan nilai tukar (kurs) tengah harian
• Melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga agar nilai tukar bergerak dalam
koridor yang telah ditetapkan.
134
Sejarah Sistem Devisa

Sistem Devisa Kontrol, Seluruh devisa wajib diserahkan kepada


negara (cq Bank Indonesia ).
UU No. 32/1964
Devisa dikelompokan :
- DHE (Devisa Hasil Ekspor)
- DU (Devisa Umum)
Sistem Devisa Semi Kontrol,
PP No. 64/1970 Devisa ekspor wajib diserahkan kepada
Bank Indonesia, sementara DU bebas
digunakan.

Sistem Devisa Bebas, Seluruh devisa bebas digunakan oleh


PP No. 1/1982 penduduk

Penegasan Sistem Devisa Bebas,


Penegasan sistem devisa bebas dan
UU No. 24/1999
monitoring lalu lintas devisa

135
Hal penting menurut UU No. 24/1999
Pasal 2
 Ayat (1), Setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa.
 Ayat (2), Penggunaan Devisa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk keperluan
transaksi di dalam negeri, wajib memperhatikan ketentuan mengenai alat pembayaran
yang sah sebagaimana diatur dalam UU tentang Bank Indonesia.

Pasal 3
 Ayat (1), BI berwenang meminta keterangan dan data mengenai kegiatan Lalu Lintas
Devisa yang dilakukan oleh penduduk.
 Ayat (2), Setiap penduduk wajib memberikan keterangan dan data mengenai kegiatan
Lalu Lintas Devisa yang dilakukannya, secara langsung atau melalui pihak lain yang
ditetapkan oleh BI.

Pasal 4
 Ayat (1), Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia menetapkan
ketentuan atas berbagai jenis transaksi devisa yang dilakukan oleh Bank.
 Ayat (2), Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Bank Indonesia.

136
Wewenang BI atas Cadangan Devisa
Pengelolaan Cadangan Devisa :
 Pengelolaan dilakukan dengan diversifikasi menurut jenis valuta dan jenis penempatan.
 Pengelolaan dilakukan berdasarkan prinsip keamanan dan kesiagaan untuk memenuhi
kewajiban segera tanpa mengabaikan prinsip pendapatan yang optimal.

Pengembangan Pasar Valuta Asing


Melalui penyempurnaan berbagai ketentuan di bidang transaksi
devisa, yaitu :
• Menetapkan ketentuan transaksi devisa yang dilakukan oleh bank dalam rangka menetapkan
prinsip kehati- hatian :
a. Ketentuan mengenai Transaksi Derivatif
b. Pembatasan Transaksi rupaih dan pemberian kredit valas
Pengelolaan Nilai Tukar
 Sterilisasi/Intervensi di pasar valuta asing.
 Penentuan Kurs Jual / beli yang terdiri dari;
 Kurs Transaksi
 Kurs Uang Kertas Asing.

137
Kebijakan BI terhadap Nilai Tukar
 Menjaga kondisi fundamental makro ekonomi yang sehat.

 Melakukan intervensi ke pasar valas.

 Pengawasan langsung pada bank pelaku terbesar.

 Pemantauan rekening vostro.

 Non-internasionalisasi Rupiah, dengan membatasi akses non residen terhadap


rupiah untuk menekan tindakan spekulasi

138
KEBIJAKAN FISKAL
DEFINISI
• Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
• Kebijakan ini mirip dengan kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar, namun kebijakan fiskal lebih
menekankan pada pengaturan pendapatan dan
belanja pemerintah.
• Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
• Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi.
• Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat
akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah
output.
• Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli
masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
PAJAK
Secara hukum Pajak didefinisikan sebagai iuran wajib
kepada pemerintah yang bersifat memaksa dan legal
( berdasarkan undang-undang ), sehingga pemerintah
mempunyai kekuatan hukum ( misalnya denda atau
kurungan penjara ) untuk menindak wajib pajak yang
tidak memenuhi kewajiban.
Secara Ekonomi Pajak didefinisikan sebagai pemindahan
sumber daya yang ada di sektor rumah tangga dan
perusahaan ( dunia usaha ) ke sektor pemerintah melalui
mekanisme pemungutan tanpa memberi balas jasa
langsung.
Besarnya pajak yang diterima pemerintah dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, sebaliknya pajak dapat
mempengaruhi pola laku produksi atau konsumsi.
KLASIFIKASI
PAJAK
A. Pajak Objektif
Adalah pajak yang dikenakan berdasarkan
aktivitas ekonomi para wajib pajak. Misalnya
pajak pertambahan nilai ( PPN )

B. Pajak Subjektif
Adalah pajak yang dipungut dengan melihat
kemampuan wajib pajak. Biasanya bila
kemampuan wajib pajak makin besar, beban
pajaknya makin besar.
C. Pajak Langsung
Adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat
digeser kepada wajib pajak yang lain. Misalnya
pajak penghasilan ( PPh ) serta pajak bumi dan
bangunan ( PBB )

D. Pajak Tidak Langsung


Adalah pajak yang beban pajaknya dapat digeser
kepada wajib pajak yang lain Misalnya : pajak
penjualan ( PPn atau PPnBM )
TARIF PAJAK
Tarif pajak di bagi menjadi 2 yaitu :

a. Pajak Nominal
Adalah pajak yang pengenaannya berdasarkan sejumlah nilai nominal
tertentu. Misalnya bila pengenaan pajak pendapatan sebesar 50, maka
cukup ditulis T=50

b. Pajak Persentase
Adalah pajak yang ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari dasar
pengenaan pajak.

Pajak persentase dapat dibedakan menjadi :


1. Pajak Proporsional, tarif presentasenya tetap.
2. Pajak Progresif, tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan pajaknya
makin tinggi.
3. Pajak Regresif, tarif pajak makin rendah pada saat penghasilan
meningkat.
Kebijakan Anggaran

1. Anggaran Defisit. Pengeluaran>pemasukan. Ekonomi


sedang resesi.
2. Anggaran Surplus.Pemasukan>pengeluaran. Ekonomi
kondisi ekspansi untuk menurunkan tekanan permintaan.
3. Balanced Budget. Pengeluaran=pemasukan. Tujuan
politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin.
POLITIK ANGGARAN
Politik anggaran dibagi menjadi :
a. Anggaran Defisit ( Deicit Budget )
Adalah anggaran yang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran
pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah
( T<G atau G<T )
b. Anggaran Surplus ( Surplus Budget )
Adalah anggaran pemerintah bila penerimaan lebih besar dari
pengeluaran ( T>G atau G>T ).
Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang dalam
tahap memanas. Melalui anggaran ini pemerintah mengerem
pengeluarannya untuk menurunkan tekanan pemerintah atau
mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak.
c. Anggaran Berimbang ( Balance Budget )
Adalah anggaran yang apabila pengeluaran sama dengan penerimaan
(G=T atau T=G )
o f
n d
e ssio n
se

148

Anda mungkin juga menyukai