Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN DENGAN PENYAKIT
PERTUSIS

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
NAMA:HARI SETIAWAN ( 2021.026 )
HENY SIHOMBINHG ( 2021.028 )
JAMIATUL ULWANI ( 2021.030 )
KELAS: II B
DEFENISI
APA SIH
PERTUSIS ITU

TINJAUAN
TEORITIS
MEDIS

Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri


bordetella pertusis. Nama lain penyakit ini adalah tussis quinta,
whooping cough, batuk rejan (Arif manjoer,2000). Pertusis adalah
infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh berdettelah
pertusis (Nursalam ddk. 2005). Pertusis adalah penyakit infeksi yang
ditandai dengan radang saluran nafas yang menimbulkan serangan
batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising
(Ramali, 2003).

NEXT
Pertusis adalah suatu penyakit, suatu oinfeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri bordotella pertussis.
Pertussis sering juga disebut dengan tussis quinta, whooping, cough
atau batuk rejan. Penyakit ini ditandai dengan demam dan
perkembangan batuk semakin berat. Penyakit ini dapat menyerang
segala umur, namun kebanyakan menyerang pada anak-anak. Infeksi
dari penyakit ini akan sangat berbahaya ( Tozzi et al, 2015 ).

ETIOLOGI

Secara umum pertussis disebabkan oleh bordetella pertussis. Namun


kadang pula disebabkan oleh boedetella parapertussis. Dua pathogen
tersebut adalah pathogen manusia sendiri sedangkan B.bronchiseptica
merupakan pathogen yang lazim pada binatang. Walaupun pada
umumnya pertussis ditularkan langsung pada manusia melalui
percikan ludah penderita, penularan pada binatang bisa saja terjadi.
Hal ini ditemukan pada orang yang system imunnya sedang mengalami
penurunan ataupun pada anak-anak yang bermain-main dengan
binatang dan belum menerima imunisasi ( Afif manjoer, 2000).
PATOFISIOLOGI

Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung bakteri bordetella


pertusis. Perubahan inflamasi dipandang sebagai organisme proliferasi
dimukosa sepanjang saluran pernafasan, terutama didalam bronkus dan
bronkiolus, mukosa yang padat dan disusupi dengan neutrofil, dan ada
akumulasi lender lengket dalam silia epitel trakea dan bronchial,
dibawahnya yang ada nekrosis dari apithelium basiliar. Obstruksi parsial
oleh plak lendir disaluran pernafasan (Wong,2009).
PATHWAY

Bordetella pertusis

Saluran Napas Menghasilkan Trachea

Melekat pada silia mukosa cytotoxin dan toxin

Produksi mucus meningkat Munculnya Lesi

Bersihan jalan napas tidak efektif

Fase kataralis Fase spasmodik Fase konvalesen


MANIFESTASI
KLINIS

Menurut Guinto-Ocampo H. ( 2006 ), periode inkubasi pertusis berkisar


antara 3-12 hari. pertussis merupakanpenyakit 6 minggu ( a 6 Week
disease ) yang dibagi menjadi sebagai: stadium catarrhal, paroxysmal, dan
colvalescent.

a.Stadium 1
b.Stadium 2
Stadium ini berlangsung 1-2
Stadium ini berlangsung selama
minggu stadium ini disebut juga
2-4 minggu atau lebih. Stadium
stadium catarrhal phase, stadium
ini disebut juga paroxysmal
kataralis, stadium prodromal,
phase, stadium akut paroxysmal,
stadium pre-paroksismal.. pada
stadium paroksimal, stadium
stadium ini, pasien sangat
spasmodic. Penderita stadium ini
infesius ( menular ) namu
disertai batuk berat yang tiba-tiba
pertussis dapat tetap menular
dan tak terkontrol ( paroxysmal of
selama tiga minggu atau lebih
intense coyghing ) yang
setelah onset batuk. Kuman
berlangsung selama beberapa
paling mudah di isolasi juga pada
menit.
stadium ini.
KOMPLIKASI
c.Stadium 3
Stadium ini berlangsung 1-2 ,inggu
stadium ini disebut juga stadium
konvalesns. Menurut Guinto-Ocampo 1. Alat Pernafasan
H. (2008) dan Garna H., et., al.(2005), Tozzi et al (2005) menyatakan 6%
pada stadium konvalesns, batuk dan kasus pertussis pada anak
muntah menurun. Namun batuk yang berkembang dengan munculnya
terjadi merupakan batuk kronis yang pneumonia. Dapat pula terjadi
dapat berlangsung selama brminggu- otitis media (sering pada bayi),
minggu. bronchitis, bronkopneumonia,
atelektasis yang disebabkan
sumbatan mucus, emfisema
(dapat terjadi emfisema
mediastinum,leher, kulit pada
2. Alat Pencernaan kasus yang berat), bronkiektasis,
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan sedangkan tuberculosis yang
emisiasi (anak menjadi kurus sekali) serta sebelumnya yang telah ada dapat
gangguan nutrisi berat, proplas rectum atau menjadi lebih berat.
hernia yang mungkin timbul karena tingginya
tekanan intraabdominal, uklkus pada ujuang
lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit
waktu serangan batuk, juga stomatitis.
NEXT
3. Susunan Saraf
Kejang dapat timbul karena gangguan
keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah.
Kadang-kadang terdpat kongesti dan edema
pada otak, mungkin pula terjadi pendarahan
otak. Tozzi et all (2005).

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1.Pembiakan lendir hidung dan mulut


2.Pembiakan apus tenggorokan
3.Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel
darah putih yang ditandai sejumlah besar limfosit, LEE
tinggi, jumlah leukosit antara 20.000-50.000 sel darah)
4.PemerIksaan serologi untuk Bordetella pertusis
5.Tes ELISA (Enzyne – Linked Serum Assay) untuk mengukur
kadar secret Ig A
6.Foto rotgen dada memperlihatkan adanya infiltrate
perihilus, atelaktasis atau emphysema
Penatalaksanaan Keperawatan

a.Pembersihan jalan nafas


b.Pemberian oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat yang disertai
sianosis
c.Pemberian makanan dan obat, hindari makanan yang sulit ditelan dan
makanan yang bentuk cair
d.Pemberian terapi suportif
a) Dengan memberikan lingkungan perawatan yang tenang atasi dehidrasi
berikan nutrisi
b) Bila pasien muntah-muntah sebaiknya diberikan cairan dan elektrolit secara
parental.
TINJAUAN
TEORITIS
KEPERAWATA
N
3) Riwayat Kesehatan
Sekarang
Keletihan, kelemahan, malaise
umum, kebutuhan untuk tidur dan
1. Pengkajian istirahat lebih banyak, sesak napas,
1) Identitas pasien depresi, sakit kepala, nyeri mulut dan
Nama pasien, alamat, umur, TTL, pekerjaan, lidah, kesulitan menelan, gelisah,
riwayat pendidikan terakhir, agama, nama takikardi, dyspepsia, anoreksia, BB
ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu. menurun, nyeri kepala, sulit
2) Keluhan Utama berkonsentrasi, penurunan
Biasanya klien dengan pertusis datang ke penghlihatan, penurunan kesadaran
Rumah Sakit dengan keluhan pusing, lelah, dan aktivitas menurun.
lemas, pucat, akral dingin, mual dan muntah, 4) Riwayat Kesehatan Dahulu
badan terasa letih. Riwayat penyakit pertusis
sebelumnya, riwayat imunisasi,
riwayat trauma, perdarahan, riwayat
demam tinggi, dan riwayat ISPA.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat pertusis dalam keluarga, kanker, jantung, hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernafasan.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: Tampak lemah atau sakit berat.
b.. Kesadaran: Composmentis kooperatif, apatis, somnolen, spoor,
coma.
c. Tanda – tanda vital: Tekanan darah menurun, frekuensi nadi
meningkat, nadi kuat sampai lemah, suhu meningkat atau menurun,
pernafasan singkat.
d. TB dan BB pasien.
e. Kepala: Kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, bentuk
rambut, sakit kepala, pusing.
f . Mata: Kesimetrisan, konjungtiva anemis, kondisi sklera, perdarahan
subkonjungtiva, pupil isokor/anisokor, refleks cahaya.
g . Hidung: Kesimetrisan, mukosa hidung, fungsi penciuman.
h. Telinga: Kesimetrisan, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.
i. Mulut: Kesimetrisan, mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi,
kebersihan gigi, stomatitis.
j. Leher: Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar getah bening, pemvesaran
tiroid, distensi vena jugularis.
k. Thoraks: Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dipsnea (kesulitan
bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani
merupajan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
a) Taktil premitus simetris
b) Sonor
c) Bunyi napas vesikuler, bunyi napas tambahan.
l. Abdomen: Pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias dibawah normal.
a) Kesimetrisan, diare, muntah, melena atau hematesis.
b) Suara bising usus
c) Terdapat bunyi timpani
d) Pembesaran hepar, nyeri tekan.
m. Genetalia: Pada laki – laki apaah testus turun ke dalam skrotum dan pada
perempuan apakah labia minora tertuntun ke labia mayora.
n. Integumen: Akral, mukosa terlihat pucat dan kering, kulit kering.
o. Ekstremitas: Warna kuku, membran mukosa, nyeri ekstremitas, tonus otot.
Diangnosa Kepertawatan

1) Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan secret yang tertahan ditandai
dengan batuk tidak efektif
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditandai
dengan pola napas abnormal
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
tampak meringis
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1 Bersihan jalan tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan secret yang tindakan Identifikasi
tertahan ditandai dengan batuk keperawatan kemampuan batuk
tidak efektif selama 3x24 jam Monitor adanya
bersihan jalan retensi sputum
napas meningkat Monitor tanda
Kriteria Hasil: dan gejala infeksi
•Batuk efektif saluran nafas
meningkat Teraupetik
•Produksi sputum
menurun Atur posisi semi
•Mengi menurun fowler atau fowler
•Frekuensi napas Pasang perlak
membaik dan bengkok
•Pola napas dipangkuan pasien
membaik
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan

Buang secret
pada tempat
sputum

Edukasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
 Anjurkan tarik
nafas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan

 Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam hingga
3 kali
 Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke-3

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspetoran
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
V Keperawatan Keperawatan

 Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam hingga
3 kali
 Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke-3

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspetoran
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan

2 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan Observasi


berhubungan dengan hambatan tindakan  Monitor
upaya nafas ditandai dengan pola keperawatan pola nafas
napas abnormal selama 3x24 jam  Monitor
diharapkan: jalan nafas
membaik  Monitor
Kriteria Hasil: sputum
• Pola
napas membaik Teraupetik
•  Posisikan
Kedalaman napas semi fowler dan
• Kapasitas semi fowler
vital meningkat  Berikan
• Dispnea minum hangat
menurun  Berikan
oksigen
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan

Edukasi
 Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/ hari
 Ajarkan
teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspeotran,
mukolitik jika perlu
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan

3 Nyeri akut berhubungan dengan Selama dilakukan Observasi


agen pencedera fisiologis ditandai tindakan 
dengan tampak meringis keperawatan 3x24 Identifikasi skala
jam diharapkan nyeri
tngkat nyeri  Monitor
menurun efek samping
Kriteria Hasil: penggunaan
• Keluhan analgetik
nyeri menurun
• Meringis Teraupetik
menurun  Berikan
• Gelisah teknik
menurun nonfarmakologis
• Kesulitan untuk mengurangi
tidur menurun rasa nyeri (mis:
• kompres hangat/
Kemampuan dingin, terapi
menuntaskan bermain)
aktivitas  Fasilitasi
meningkat istirahat tidur
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan

•  Kontrol
Frekuensi nadi lingkungan yang
membaik memperberat rasa
• Pola nyeri
napas membaik Edukasi
• Tekanan  Jelaskan
darah membaik strategi
• Pola meredahkan nyeri
tidur membaik  Ajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan


dan merupakan tahap dimana perawat merealisasikan rencana
keperawatan kedalam tindakan keperawatan nyata, langsung pada
klien. Tindakan keperawatan itu sendiri merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar
kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang mendadak seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai