Anda di halaman 1dari 17

Kantor Pusat VOC di Batavia

kini Museum Sejarah Jakarta


LITERATUR - REFERENSI

Pengarang: Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto,


Terbitan Balai Pustaka

Pengarang: Taufik Abdullah, dkk. Terbitan: Ichtiar Baru van Hoeve

Pengarang: R.P. Soejono, Terbitan: Grasindo.

Pengarang: Setio Widodo, dkk. Terbitan: Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan

Pengarang: Robert van Niel, Terbitan LP3ES.

Pengarang: Tim Hannigan, Terbitan: Kepustakaan Populer Gramedia


FAKTOR Renaisance & Revolusi Ilmu Perang Salib & Jatuhnya
FAKTOR
EKSTERNAL Reformasi Bangsa Pengetahuan Semangat Konstantinopel &
EKSTERNAL
Eropa (Aufklarung) Reconquesta Pencarian Rempah

mendorong
ABAD ABAD
Penjelajahan Misi 3D Imperialisme &
PENJELAJAHAN PENJELAJAHAN
Samudera Gold, Glory, Gospel Kolonialisme
DUNIA DUNIA
oleh bangsa-bangsa
Empat Bangsa Portugis Empat Bangsa
Belanda Spanyol Inggris
Penjelajah 1511 Penjelajah
1596 1521 1811
Nusantara Nusantara

Upaya Upaya
Kongsi Dagang Prancis-Belanda Inggris Kerajaan Belanda
Penguasaan Penguasaan
VOC Republik Bataaf Sir Thomas S. Raffles Hindia-Belanda
NUSANTARA NUSANTARA

Resistensi Rakyat PERLAWANAN RAKYAT NUSANTARA Resistensi Rakyat


NUSANTARA TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME NUSANTARA
• Imperialisme
paham dan sistem yang bertujuan untuk menguasai daerah,
wilayah, atau negara lain dalam memperoleh kekuasaan
atau keuntungan dari entitas yang dikuasainya.

• Kolonialisme
paham dan sistem penguasaan atas wilayah terutama
rakyat dan sumber daya ekonominya untuk dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kepentingan penjajahan. strategi
yang sering dilakukan adalah membangun koloni.
 Menghindari persaingan tidak sehat  Monopoli perdagangan;
antar pedagang Belanda;  Mengadakan perjanjian dengan
 Memperkuat kedudukan Belanda kerajaan setempat;
dalam persaingan dengan pedagang  Membentuk angkatan perang sendiri;
Eropa dan Asia;  Membuat mata uang sendiri;
 Membantu pemerintah Belanda  Mengangkat pegawai sendiri;
menghadapi Spanyol.
 Mengumumkan perang.

 Jan Pieter Both menjadi Gubernur  Budaya korupsi pegawai yang


Jenderal VOC yang pertama (1610- merajalela;
1640) berkedudukan di Jayakarta. (Vereenidge Oost Indische Compagnie)  Kekurang-cakapan pegawai
 Hubungan dagang VOC semakin memonopoli perdagangan;
memburuk setelah dipimpin oleh J.P  Adanya perlawanan terus-menerus
Coen (1619-1623) dan (1627-1629). dari rakyat Nusantara.
 Pemerintahan Kolonial terbentuk
pada 1800 setelah VOC mengalami
kebangkrutan parah.
▰ Belanda yang ketika itu dikuasai Prancis, kemudian membentuk Republik
Bataaf yang dipimpin oleh Louis Napoleon Bonaparte. Louis Napoleon
menunjuk Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
▰ Tugas utama Daendels adalah:
▻ Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris (saat itu Prancis
sedang bermusuhan dengan Inggris);
▻ Mengatur pemerintahan di Hindia Belanda.
▰ Usaha Daendels diantaranya: membangun pabrik senjata, benteng Herman Willem Daendels
pertahanan, jalan pertahanan Anyer-Panarukan, pangkalan armada laut, (1808-1811)
memungut pajak, kewajiban menanam kopi di Priangan. Semuanya
dijalankan secara paksa (kerja rodi) secar tangan besi, sehingga mendapat
banyak kritikan tajam.
Anyer- Serang- Tangerang- Jakarta- Bogor- Sukabumi- Cianjur-
Bandung- Sumedang- Cirebon- Brebes- Tegal- Pemalang-
Pekalongan- Kendal- Semarang- Demak- Kudus-Rembang-Tuban-
Gresik- Surabaya- Sidoarjo- Pasuruan- Probolinggo-Panarukan.
▰ Daendels yang banyak mendapat kritikan tajam, akhirnya digantikan oleh
Gubernur Jenderal Janssens, yang dalam praktiknya sangat lemah
sehingga Jawa dan Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris. Janssens
menyerah tanggal 18 September 1811.
▰ Perjanjian penyerahan itu dikenal dengan Kapitulasi Tuntang, yang berisi:
▻ Pulau Jawa yang dikuasai Belanda harus diserahkan kepada Inggris
▻ Semua tentara Belanda di Hindia Belanda ditawan oleh Inggris
Gubernur Jenderal Janssens
▻ Orang-orang sipil Belanda dapat dipekerjakan pada pemerintahan Inggris (1811)

▻ Semua utang piutang Belanda di Hindia Belanda tidak ditanggung oleh


Inggris
 Setelah dikuasai Inggris, Lord Minto selaku Gubernur
East India Company (EIC) yang berkedudukan di India
menugaskan Thomas Stamford Raffles untuk menjadi
penguasa baru di wilayah bekas Hindia Belanda.

 Selama di Hindia Belanda, Raffles banyak membuat


kebijakan baru yang sangat fundamental, baik di bidang
ekonomi, sosial, maupun budaya.

 Ketika Raffles mulai berkuasa, di Eropa terjadi


perubahan politik. Pada 1814 ditandatangani Konvensi
London dimana Inggris menyerahkan kembali Hindia
Belanda kepada Kerajaan Belanda, yang baru terealisasi
Sir Thomas Stamford Raffles
pada 19 Agustus 1816.
(1811-1816)
• Memberlakukan sistem • Menghapus sistem • Merintis pembangunan
pemungutan sewa tanah monopoli Kebun Raya Bogor
(landrent system) dengan cara • Menghapus sistem • Menulis buku ternama
pemungutan pajak perorangan. perbudakan “The History of Java”
• Mewajibkan petani membayar • Menghapus penyerahan • Menemukan bunga
sewa tanah dalam bentuk wajib dan tanam paksa endemik Rafflesia
uang.
• Membagi pulau Jawa Arnoldi di pedalaman
• Pemungutan pajak tanah untuk Bengkulu.
menjadi 16 karesidenan
semua hasil penanaman
sawah
• Mengangkat para Bupati
menjadi pegawai negeri untuk
memungut pajak tanah
 Hasil Konvensi London 1814;
 Kondisi keuangan Belanda kacau, kas negara kosong sebab
utang luar negeri Belanda membengkak:
• sejak warisan VOC;
• biaya perang di Eropa, ditambah
• biaya perang terhadap rakyat lokal di Nusantara, seperti
Perang Diponegoro, dst.
• Adanya tuntutan memenuhi kebutuhan kas negara.
Aturan Pelaksanaan

Definisi Pelaksanaan
Kebijakan di lapangan
Johannes van den Bosch
Dampak Dampak Pencetus Cultuur Stelsel
bagi Belanda bagi rakyat
• Undang-Undang Gula • Tahun 1870-1900 diberlakukan
(Suiker Wet) Politik Pintu Terbuka
Hasil tanaman tebu tidak boleh Era kebebasan, Hindia Belanda
dibawa ke luar Hindia Belanda, dan terbuka bagi pengusaha swasta asing
harus diolah di pabrik-pabrik dalam untuk menanamkan modalnya untuk
negeri. membuka usaha.
Pabrik swasta diberi kesempatan • Undang-Undang Agraria
mendirikan pabrik-pabrik gula. (Agrarische Wet)
Semua tanah milik pemerintah Hindia
Belanda, dan dapat disewakan dalam
jangka pendek 50 tahun, panjang 75
tahun.
Pihak swasta penyewa dapat
“Karte Verklaring” menggunakannya untuk perkebunan,
Sewa tanah jangka pendek atau 50 tahun perindustrian, perdagangan, dan
“Lang Verklaring” pertambangan.
Sewa tanah jangka panjang atau 75 tahun
CONTOH

Perkebunan Kelapa Sawit Bekri dikelola oleh


Internationale Crediet-en Handelsvereeniging Rotterdam
Berdiri sebagai implikasi dari Undang-Undang Agraria
di Hindia Belanda.
PERLAWANAN RAKYAT NUSANTARA

Tjut Njak Dien, Teuku Umar (1873-1915)

Sisingamangaraja XII (1878-1907)

Tuanku Imam Bondjol


(1803-1838) Sultan Mahmud Badaruddin II
(1819-1821)

1. Perlawanan Rakyat Abung (1738)


Perlawanan Batin Mangunang (1828- 2. Perlawanan Radin Inten II di
1833), dan Dalom Mangkunegara Kalianda (1850-1856)
(1843-1853) Teluk Semaka
PERLAWANAN RAKYAT SUMATERA
PERLAWANAN RAKYAT NUSANTARA

Sultan Agung menyerang VOC di Batavia


Peristiwa Perlawanan Tahun 1883

Perlawanan Puputan Margarana

Gerakan Ratu Adil;


Gerakan Samin;
Gerakan Sekte Keagamaan;
Pangeran Diponegoro (1825-1830)

PERLAWANAN RAKYAT JAWA DAN BALI


PERLAWANAN RAKYAT NUSANTARA

Thomas Matulessi/Pattimura (1817)

Pangeran Antasari
(1859-1863)

Kesultanan Bone (1859-1860)

Sultan Hasanuddin (1615-1669)

PERLAWANAN RAKYAT KALIMANTAN, SULAWESI, DAN MALUKU

Anda mungkin juga menyukai