Anda di halaman 1dari 39

Hidup itu

Bukan Sekedar
Media Sosial
• Pernah iri lihat
selebgram yang
kerjanya travelling ke
Luar Negeri setiap
minggu?

• Sirik dengan teman


yang pakai barang-
barang branded?

• Insecure karena melihat


wajah teman yang
glowing?
• “Enak ya jadi si A bisa
beli apa saja.”

• Orang sering menilai


kehidupan orang lain
lebih bahagia
dibandingkan
hidupnya sendiri.

• “Rumput tetangga
jauh lebih hijau”
• Mungkin kita ingin jadi orang
lain, biar bisa merasakan
kebahagiaan yang sama

• Tanpa sadar kita membuat


standar kebahagiaan kita
sendiri dari kehidupan orang
lain atau memakai standar
umum dari masyarakat
tertentu
• dan akhirnya kita jadi fokus
pada satu patokan saja yang
mungkin kita juga masih kurang
di sana.
Kita dan Media Sosial

•Bayangkan, jika kita


hidup tanpa Media
Sosial! Sepi?

•Atau malah hidup kita


akan lebih bahagia?

•Karena kita lebih


merasa “cukup”.
• Media Sosial sering membuat
kita terus menerus merasa
“tidak cukup”.
• Tidak cukup cantik, tidak
cukup ganteng, tidak cukup
kaya.
• Tapi Media Sosial adalah
dunia kita saat ini.

• Salah satu dampaknya :


mudah membandingkan diri
dengan orang lain (Social
Comparison)
• “Orang ini asik banget ya
hidupnya, nggak kayak aku!”
• Atau “Halah, apaan sih ni
orang? Cuma gitu aja diposting.
Yang saya punya lebih dari itu!“

• Mengapa membandingkan diri


dengan orang lain bisa jadi
buruk?
• Karena membandingkan diri
dengan orang lain, bisa
membuat seseorang menjadi
TIDAK PERCAYA DIRI.
• Ya udah tidak perlu
membandingkan diri!
• Tidak semudah itu guys.

• Studi dari Massweisler (2006)


• Social Comparison itu
otomatis.
• Ada nya medsos : Mendapat
”sarananya”.

• Ketika membuka Media Sosial


secara otomatis
membandingkan diri kita
dengan orang lain.
• Semakin sering buka Media
Sosial, semakin sering kita
membandingkan diri.
• Jadi rentan merasa iri,
bersalah, dan penuh
penyesalan.
• Mengapa saya tidak
melakukan ini itu dulu,
• Kita tidak puas dengan
kehidupan.
• Social Comparison :
otomatis. Tapi kita bisa
meminimalisir dampaknya.
Media Sosial : panggung

•Yang dilakukan orang di


panggung : acting.
•Orang akan membawa
pesona mereka yang terbaik,
aksesoris yang paling mahal,
baju yang paling baik, .... Dll
•Tapi, apakah hidup mereka
selalu begitu?
•Tidak!
• Setiap orang pasti
punya up and down
dalam kehidupannya

• Apa yang mereka


tampilkan di Media
Sosial buakn 100% real
kok.

• Kita hanya melihat


sekitar 20% dari
kehidupan mereka.
• Dunia Digital dan Dunia
Korporeal (nyata)
• Terjadi kolonisasi
(mencaplok) dunia
korporeal.
• Apa yang disebarkan di
dunia digital, bisa
menentukan, mengarahkan,
memodifikasi perilaku real.

• Contoh : Polarisasi Pilpres di


medsos, suami-istri cerai,
termakan hoax.
• Segala interpretasi
dalam dunia digital
menjadi imperatif,
menjajah, menentukan
dan membuat orang-
orang dalam dunia
digital ini
mendefinisikan
perilaku real mereka
sesuai standar internet
• Contoh : operasi plastik
karena pengaruh
internet
• Model-model hasil
operasi plastik tersebar
di sosial media

• Mereka pikir yang


namanya “tampan atau
cantik” sesuai dengan
standar internet
Ciri Hubungan Manusia dan
Dunia Digital

MANUSIA itu apa?

•Zoon logon echon


(Aristoteles) : mahkluk yang
memakai bahasa

•Manusia yang adaptif


(Darwin)

•Mahkluk hidup yang mampu


menyintas dengan berubah
bentuk (Canetti)
Manusia berubah bentuk lebih
cepat daripada dalam dunia
korporeal

•Seperti bunglon
•Sisiran, potong rambut
•Pakaian, lipstik, bulu mata, baju
berlengan atau tidak, sanggul
•Karier, kekuasaan (berubah
bentuk), bukan fisik saja
• Teknologi digital
memungkinkan manusia
menggandakan diri,
menyebarkan diri, dan
mengubah jati diri dalam
komunikasi.

• Manusia : mahkluk yang


mampu berubah bentuk.
• Dalam komunikasi digital
perubahan bentuk (mimikri,
metamorphosis, kamuflase)
difasilitasi secara teknologis
(dengan video editing,
photoshop, stickder, dst)
• Misal : orang gemuk
(obesitas) dalam dunia
korporeal.
• Bisa menampilkan diri
di medsos sixpack.
• Harus diedit, muncul
berkali-kali di medsos.
• Lama kelamaan orang
yang mengenali kita
„sixpack“ di Medsos
akan heran saat
bertemu.
• Dunia digital
memfasilitasi kita bisa
berubah lebih cepat.

• Obesitas atau
Sixpack? Siapakah
anda sesungguhnya?

• Hilangnya batas-batas
antara kesejatian dan
kepalsuan
Yang terjadi di Medsos :
Manipulasi Tanda

•Kita hidup didikte oleh obyek


atau barang, yang melahirkan
“standar kebahagiaan“.

•Sesuatu itu menarik karena


diinginkan oleh pihak lain, bukan
pertama-tama karena nilai atau
makna intrinsiknya.
•Fenomena : full-booked, waiting
list
•Misal : kategori “cantik”,
apakah segala-galanya dalam
hidup? Tidak!
•Tapi mengapa “kecantikan itu
dikejar“, karena diinginkan
oleh banyak pihak!

•Kategori “kaya”, apakah


segala-galanya?
•Tidak!
•Tapi di-desain supaya orang
terlihat kaya dengan konsumsi
sesuatu dan itu dipamerkan.
• Seorang gadis kecil dibelikan
boneka.
• Seminggu pertama dibawa ke
mana-mana.
• Minggu kedua dibiarkan
tergeletak di teras.
• Datang sepupunya yang
seumuran, lalu dia ingin
mengambilnya untuk dimainkan.
• Dengan spontan gadis kecil
pemilik boneka itu merebutnya
kembali : “Jangan ambil. Ini
punya saya!”
• Boneka itu jadi menarik
karena diinginkan oleh
pihak lain.

• Hasrat akan suatu


barang ditumbuhkan
dari meniru hasrat orang
lain (teori mimesis)

• MedSos : menjadi
corong ”agar orang
meniru”.
Iklan Parfum

Kita tahu nggak mungkin hanya karena parfum, laki-laki


dikejar-kejar wanita. “Kalau nggak punya kerjaan, ya
males tuk mengejar”. Tapi karena dicitrakan demikian ya
kita yakin juga
Kalau kecantikan/ketampanan adalah RESEP
langgengnya pernikahan, kita tidak akan melihat para
ARTIS bercerai tho?
Iklan bukan sekedar iklan,
tapi berpengaruh terhadap eksistensi.

Takut
penuaan?

Pakai make up
ini!!!

Orang jadi mikir : Oh iya ya, saya tua nggak ya?


Nanti kalau keriput gimana ya?
Sampah Visual
•Kayaknya murah!
•Buka dompet –nggak uang.
•Berarti aku miskin sekali.
•Ini kan soal eksistensi –
“wah…aku miskin..”
•Lihat apa-apa kita selalu
mengaitkan dengan diri
kita.
•Menegaskan : “ternyata
saya itu nggak berarti ya.
Saya nggak bisa
mengkonsumsi itu.”
LIHAT IKLAN
KECANTIKAN

•“Aku kok nggak


kayak gitu ya?
•Terus menyesali diri.
•Jadi mikir aneh-
aneh, “Tuhan nggak
adil”.
Kenapa kita Sulit bahagia?
•Ketidakmampuan seseorang
untuk melepaskan diri dari
“standar masyarakat“ : penyakit
akut saat ini.

•Dalam wabah ini, individu


sebagai subjek murni (yang
mampu memaknai diri sendiri)
tidak lagi ditemukan – karena
selamanya kita adalah objek
dari pandangan orang lain atau
“standar tertentu“.
• Memaknai Kebahagiaan
bersama Aristoteles (salah satu
pemikir terbesar di bidang sains
dan filsafat)

• “Kebahagiaan itu ditentukan


oleh diri kita sendiri“

• Hal yang membuat kita bahagia,


cara untuk bahagia, dan semua
hal tentang kebahagiaan ada
dalam kontrol kita, bukan pakai
standar kebahagiaan orang lain.
Kita harus punya standar
kebahagiaan sendiri

•Kebahagiaan kadang hilang


karena terlalu membandingkan
diri dengan orang lain.

•Kalau sudah punya standar


sendiri, tidak perlu mencari ke
mana-mana

•Apa yang membuat kita


bahagia? Uang? Teman?
Keluarga? Atau?
•Misal : “Uang“. Mengapa kita
menganggap itu penting?
• Itu pertanyaan yang jarang
kita kritisi.
•Kalau tidak pernah
mengkritisi, kita akan mudah
mengikuti standar masyarakat
yang mungkin tidak terlalu
sesuai dengan diri kita.
•Kritisi : apa benar itu
membuat bahagia?
• Kita punya kemampuan
untuk lepas dari standar
masyarakat dan kita bisa
menentukan kebahagiaan
versi kita sendiri.

• Banyak orang yang


hidupnya sederhana tapi
bahagia
• Sebagaimana banyak
orang kaya yang bahagia
• “Bukan kebahagiaan yang
menjadikan kita
bersyukur, tapi
bersyukurlah yang
membuat kita Bahagia”
• Kalau menunggu
“Bahagia”, kapan
bersyukurnya?
• Beli Motor, tetangga, beli
mobil
• Kebahagiaan itu kan
relatif, tergantung dgn
siapa kita
membandingkan diri.
• Semua manusia sama
di hadapan Allah.
• Manusia diciptakan
menurut GAMBAR dan
CITRA Allah (lih. Kej
1:26-27)
• Manusia menduduki
tempat khusus dalam
ciptaan.
• Hidup kita inilah YANG
PALING BERHARGA
• Apa lagi yang mau
dikejar?
• Karena ia diciptakan
menurut citra
Allah, manusia memiliki
martabat sebagai
pribadi:
• ia bukan hanya
“sesuatu” (menjadi objek
pertarungan gengsi),
melainkan “seorang”.
• Ia mampu mengenal diri
sendiri, menjadi tuan atas
dirinya, mengabdikan diri
dalam kebebasan.
Gambar dan Tulisan
siapakah ini?

•Gambar dan Tulisan Kaisar


: ya diberikan ke kaisar)
•Manusia : gambar Allah,
maka diberikan kepada
Allah.
•Uang berharga bukan
karena penampilan luarnya.
•Uang lusuh, kotor, sobek,
sama berharganya dengan
uang yang baru.
• Begitu pula kita, sekalipun
banyak kekurangan dan tak
punya penampilan menarik,
itu tak memengaruhi
berharganya kita di hadapan
Allah.
• Yang membuat uang
berharga adalah nominal-
nya, "nilai“-nya.
• Menghidupi nilai-nilai Injil
(cinta kasih, kebaikan,
kejujuran) itulah yang
membuat dirimu bernilai.
• Itulah yang menjadikanmu
berharga di hadapan Allah.

Anda mungkin juga menyukai