Anda di halaman 1dari 61

PUISI

S. O. Simbolon, S. Pd
EMPAT POKOK BAHASAN

Elemen Puisi
Modal Menulis Puisi
Model Menulis Puisi
Praktik Menulis Puisi
ELEMEN-ELEMEN
PUISI
PENGANTAR
• Bahasa adalah media pengucapan karya sastra
• Poetry is the best word in the best order (puisi adalah
kata-kata terbaik dalam susunan yang terbaik
• Bahasa dalam sastra tidak sekadar media, tetapi juga
tujuan
• Penyair bergelut dengan bahasa dan tidak sekadar
menjumput kata-kata begitu saja
• Kata-kata adalah segalanya dalam puisi
• Kata-kata sebagai penghubung ide, intuisi, dan imaji
antara pembaca dan penyair
Bahasa Keilmuan Bahasa Sastra
• Bersifat mengajar (to • Bersifat menggerakkan
teach) (to move) perasaan
• Murni denotatif • Tidak hanya menerang-
• Korespondensi tanda kan, juga ekspresif
dan arti • diresapi air peristiwa
• Sistem tanda sejarah, kenangan
(matematika/logika) • Mengandung asosiasi
• Ragam resmi • Penuh homonim dan
• Meniadakan nada bersifat personal
personal • Simbolisasi bunyi
ELEMEN-ELEMAN
PEMBENTUK PUISI
Struktur Fisik Struktur Batin
(Bentuk/Metode) (Makna/Hakikat)
• Diksi • Tema
• Citraan (Imaji) • Nada
• Kata Konkret • Perasaan
• Bahasa Figuratif • Amanat
(Majas)
• Versifikasi
• Tipografi
DIKSI
• Diction (pilihan kata)
• Choise and use of words
• Kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna sesuai gagasan yang akan
disampaikan
• Kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh banyaknya penguasaan sejumlah
CITRAAN
• Bahasa yang mampu membangkitkan gambaran
angan, gambaran pikiran, kesan mental atau
bayangan visual
• Untuk memberi gambaran yang jelas, menimbul-kan
suasana khusus, membuat lebih hidup gam-baran
dalam pikiran dan pengindraan, menarik perhatian
• Imaji berguna untuk mengintensifkan, menjer-
nihkan, dan memperkaya pikiran
• Ide-ide abstrak dalam puisi dikonkretkan dengan
menggunakan alat-alat keindraan
• Ide-ide yang semula abstrak dapat ditangkap atau
seolah-olah dapat dilihat, didengar, dicium, diraba,
dan dipikirkan
JENIS CITRAAN

• Citraan Penglihatan: dihasilkan dengan memberi


rangsangan indra penglihatan, berupa sumber dan kualitas
cahaya
• Citraan Pendengaran: dihasilkan dengan menyebutkan atau
menguraikan sumber dan kualitas bunyi
• Citraan Penciuman: dihasilkan dengan menyebutkan dan
menguraikan sumber dan kualitas bau
• Citraan Pencecapan: dihasilkan dengan
menyebutkan dan menguraikan sumber dan kualitas
rasa
• Citraan Perabaan: berupa rangsangan kepada
perasaan atau sentuhan, biasanya berupa kualitas
dan permukaan bahan
• Citraan Pikiran: dihasilkan oleh adanya asosiasi dan
analogi pikiran
• Citraan Gerak: dihasilkan dengan cara
menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang
tidak bergerak menjadi bergerak
DEWA TELAH MATI
(Subagio Sastrowardojo)

Tak ada dewa di rawa-rawa ini


Hanya gagak yang mengakak malam hari
Dan siang terbang mengitari bangkai
Pertapa yang terbunuh dekat kuil
-----------
• Baris pertama = citraan visual (tak ada)
• Baris kedua = citraan auditif (mengakak)
• Baris ketiga = citraan kinestetik (terbang) dan
penciuman (bangkai)
• Baris keempat = citraan visual (dekat kuil)
KATA KONKRET
• Kata-kata yang digunakan penyair untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau
suasana batin dengan maksud membangkitkan imaji
pembaca
• Kata-kata diupayakan agar dapat menyaran kepada
arti yang menyeluruh
• Kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadi
pencitraan (pengimajian dalam puisi)
• Dengan kata konkret pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan
yang dilukiskan penyair
Beberapa Contoh

• Pengemis/gembel: gadis kecil berkaleng kecil daripada gadis


peminta-minta
• Dunia penuh kemayaan: hidup dari kehidupan angan-angan
yang gemerlapan
• Kedukaan: bulan di atas itu tak ada yang punya // kotaku
hidupnya tak punya tanda
• Penuh dosa: aku hilang bentuk/ remuk
• Perjalanan ke surga: kuketuk pintu langit
Bahasa Figuratif
• Bahasa yang mempergunakan kata-kata yang
susunan dan artinya sengaja disimpangkan
• Bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik
dari segi makna maupun rangkaian kata-katanya
• Bertujuan untuk mencapai efek estetis, kesegaran
dan kekuatan ekspresi
• Memudahkan pembaca dalam menikmati sesuatu
yang disampaikan penyair
Kategori Bahasa Figuratif
• Kategori Perbandingan
a. Simile: perbandingan bersifat eksplisit,
dengan kata-kata pembanding langsung
Contoh: bagai, laksana, seperti, bak
b. Metafora: perbandingan dua benda atau
hal secara implisit, tanpa kata
pembanding ekplisit
Contoh: kami kejar cahaya, tatkala
bertiup sepi
Kategori Perwakilan

a. Sinekdoki: menyebutkan suatu bagian penting


dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu
sendiri, sebagian untuk keseluruhan (pars pro
toto), keseluruhan untuk sebagian (totem pro
parte)
b. Metonimia: pemindahan istilah atau nama suatu
hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya
yang mempunyai kaitan rapat
Pengertian yang satu dipergunakan sebagai
pengganti pengertian lain karena adanya unsur-
unsur yang berdekatan
Kaitan itu karena: hubungan kausalitas, logika,
hubungan waktu dan ruang
Kategori Pemberian Ciri Insani

• Personifikasi: mempersamakan benda atau hal dengan


manusia
Benda atau hal yang digambarkan dapat bertindak dan
mempunyai kegiatan seperti manusia
Benda atau hal yang bernyawa seolah-olah memiliki sifat
kemanusiaan
VERSIFIKASI
• Versifikasi berkenaan dengan karakteristik karya puisi, yakni
persajakan
• Versifikasi meliputi: (a) ritma, (b) rima, dan (c) metrum
• Ritma (rhythm), yaitu pergantian turun naik, keras lembut,
panjang pendek, tinggi rendah ucapan bunyi bahasa dengan
teratur
• Rima (rhyme), yakni pengulangan bunyi dalam baris atau
larik, berupa aliterasi, asonansi, persamaan bunyi
awal/tengah/akhir
• Metrum adalah irama yang tetap menurut pola tertentu,
karena (i) jumlah suku kata, (ii) tekanan yang tetap, dan (iii)
alunan suara menaik dan menurun tetap
TIPOGRAFI
• Tipografi berkenaan dengan bentuk lahir, yang
langsung dikenali
• Pembeda (sementara) antara puisi dan prosa/drama
• Baris-baris puisi tidak selalu di awali dari tepi kiri dan
berakhir di tepi kanan
• Mengenal adanya enjabement (lompatan baris)
• Baris kata atau kalimat dalam puisi membentuk
periodisitet yang disebut bait
• Sesuatu yang menjadi TEMA
pikiran pengarang,
• Sesuatu yang menjadi dasar bagi penulisan puisi
• Dapat berupa “segala permasalahan hidup”
• Permasalahan tersebut disusun dan diperkaya
dengan ide, gagasan, cita-cita, dan sikap (pendirian)
penyair
• Dalam tema selain sesuatu yang dipikirkan penyair,
juga terbayang pandangan hidup penyair,
bagaimana penyair melihat permasalahan ang
dipikirkannya itu
• Penyair tidak pernah menyebut apa tema puisi yang
ditulisnya
NADA

• Sikap penyair kepada pembaca


• Dalam menulis puisi, penyair bisa jadi bersikap menggurui,
menasehati, mengejek, menyindir kepada pembaca
• Adakalanya penyair hanya bersikap lugas, sekedar
menceritakan sesuatu
• Adakalnya penyair hanya bersikap “main-main”
SUASANA

• Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca


puisi
• Artinya, sebuah puisi dapat membawa akibat psikologis pada
pembacanya
• Akibat psikologis ini terjadi karena nada yang dituangkan
penyair dalam puisi
AMANAT
• Amanat atau tujuan adalah hal-hal yang mendorong
penyair untuk menciptakan puisinya
• Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan di
balik tema yang diungkapkan
• Dalam puisi tema berkaitan dengan arti, sedangkan
amanat berkaitan dengan makna karya sastra
• Arti puisi bersifat kias, subjektif, dan umum
• Makna berhubungan dengan individu, konsep
seseorang, situasi, tempat penyair mengimajinasikan
puisinya
MODAL
MENULIS PUISI
MODAL MENULIS PUISI

• FAKTA EMPIRIK (event)


• FAKTA INDIVIDUAL (momentum)
• FAKTA IMAJINATIF (kontemplatif)
Bagaimana cara memberi makna pada setiap pengalaman?

Salah satu caranya


“memutus rutinitas”
memberi “makna” pada
setiap pengalaman
Jika ingin bisa
menulis puisi,
sebaiknya Anda
jatuh cinta dulu ....?
HUMANISME
• Cinta Kasih
• Keindahan
• Penderitaan
• Keadilan
• Tanggung Jawab
• Pandangan Hidup
• Harapan
• Kecemasan
LATIHAN
MENULIS
PUISI
Pengantar
• Kata orang kalau kita mau belajar melukis, maka menurut cara
Barat kita harus belajar garis dan bentuk dulu, kemudian
anatomi, perspektif, warna dan sebagainya menurut urut-
urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar.
• Konon di Cina pada zaman dahulu tidak demikian halnya.
• Orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi sebuah lukisan
yang sudah jadi dan baik.
• Biasanya lukisan itu dibuat oleh seorang master, yaitu orang
yang ahli melukis yang terkenal.
• Calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi, sebisa-
bisanya, semirip mungkin.
• Sesudah sepuluh-duapuluh kali mencoba, sang calon akan
mendapat master baru untuk ditiru.
• Metode ini biasanya dinamakan copy the master, yang artinya
meniru lukisan seorang ahli.
• Metode ini menuntut banyak latihan sesuai dengan master
( sebut saja contoh) yang diberikan.
• Model-model ini harus dibacakan terlebih dulu dan dilihat
apakah unsur-unsurnya sudah ada ataukah belum, baru sesudah
itu siswa disuruh menulis.
• Tentu saja yang dituliskan tidak persis seperti modelnya: ini
namanya menyalin, menjiplak, atau bahkan membajak.
• Dalam latihan menulis itu yang di-copy adalah ‘unsur-unsurnya’,
‘idenya’, atau bahkan ‘teknik’ dan ‘caranya
LATIHAN SATU: KEINGINAN
• Setiap kita manusia pasti mempunyai banyak keinginan, baik
keinginan yang dapat dijangkau maupun yang tidak
terjangkau oleh kemampuan kita.
• Pada acara-acara tertentu, misalnya pada acara pesta atau
perayaan ulang tahun, kita mengungkapkan keinginan-
keinginan kita.
• Dan semua yang hadir dalam acara itu turut mendo’akan
demi terkabulnya keinginan kita itu.
• Nah, pada kesempatan ini mintalah siswa untuk menuangkan
keinginannya dalam bentuk puisi.
Caranya:

1. Siswa menyiapkan selembar kertas.


2. Siswa menulis minimal satu baris, maksimal tiga baris puisi.
3. Baris puisi itu dimulai dengan aku ingin …
4. Masukkan ke dalam baris itu:
a. sebuah warna
b. seorang manusia,
c. sebuah tempat (jalan, desa, kota, negara, benua)
5. Guru membacakan model.
6. Waktu menulis 10’ (menit)
7. Puisi dikumpulkan pada guru.
8. Guru membacakan semua puisi yang dibuat siswa secara
berurutan.
9. Nah, demikianlah puisi itu telah jadi, yaitu puisi gabungan atau
puisi bersama yang dibuat oleh siswa.
Model 1

• Aku ingin menjadi switer ketat warna merah kalau


hari dingin aku dipakai cewek cantik untuk
menghangatkan badan dan dibawa jalan-jalan ke
puncak.
• Aku ingin menjadi penerjun melompat dari
ketinggian 3.000 meter dengan payung udara biru
tua dan mendarat tepat di pekarangan bagian
depan rumah calon mertua.
LATIHAN KEDUA: SIMILE

• Kalau kita menerangkan sesuatu kepada seseorang, lalu seseorang itu


tidak mengerti-mengerti juga, apa yang kita lakukan agar orang itu
mengerti?
• Kita akan menggunakan perbandingan antara sesuatu itu dengan sesuatu
yang lain yang sudah diketahuinya bukan?
• Perbandingan itu disebut juga simile.
• Perbandingan dalam puisi sama dengan perbandingan dalam kehidupan
sehari-hari.
• Bedanya, perbandingan dalam puisi tidak hanya diterapkan antara
sesuatu yang belum diketahui (abstrak) dengan sesuatu yang sudah
diketahui (konkret), tetapi lebih sering digunakan sebaliknya, yaitu untuk
membandingkan sesuatu yang konkret dengan sesuatu yang abstrak.
• Perbandingan dalam puisi juga bisa diterapkan antara sesuatu yang
abstrak dengan sesuatu yang abstrak lainnya.
• Nah pada kesempatan ini mintalah siswa untuk membuat
puisi yang berisi simile.
• Caranya adalah:
1. Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
2. Siswa menulis puisi antara yang panjangnya 3 – 5 baris.
3. Pada setiap baris ada simile, misalnya:
a. seperti, b. mirip, c. bagai, d. laksana
4. Guru membacakan model.
5. Waktu menulis 5-10’ (menit)
6. Puisi dikumpulkan pada guru.
7. Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
8. Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 2

Gugus awan di langit putih bagai kapas


Mendung berarak-arakan seperti kambing digiring ke kandang
Gunung berhamburan laksana kapas yang beterbangan
Wajahnya mirip anak kecil dengan kaleng kecil yang kujumpai
di stasiun kereta.
LATIHAN KETIGA: BUNYI

• Kalau telinga kita normal, setiap hari kita


mendengar apa saja, bukan?
• Nah, kali ini suruhlah siswa untuk memasukkan
bunyi-bunyi itu dalam puisi mereka buat.
• Caranya ialah:
1. Siswa menyiapkan satu lembar kertas.
2. Siswa menulis puisi 3-5 baris.
3. Pada setiap baris ada bunyi.
3. Bunyi itu boleh berasal dari: benda, hewan, mesin,
instrumen musik, apa saja yang mungkin mengeluarkan
bunyi
4. Waktu menulis 5-10’ (menit).
5. Kertas dikumpulkan pada guru.
6. Pilihlah puisi yang bagus yang dibuat siswa menurut versi
guru.
7. Guru/ siswa membacakan puisi yang bagus di depan kelas.
Model 3

Nang ning nung ning nang ning nung suara nenekku


menghibur adik,
Sebutir kelereng digelindingkan adik masuk ke kolam
dan berbunyi plung.
Seekor kucing terkejut dan lari bagai kilat miaaau!
Bam! Bam! Bam! Morter ditembakkan ke sebuah
gedung berlantai enam.
LATIHAN KEEMPAT: ALAM

• Kita ini hidup di alam, bukan? Ada berapa banyak benda-benda di alam
ini? Coba mintalah siswa untuk menggambarkan dengan kata-kata
tentang benda alam itu.
• Caranya adalah:
1. Siswa menyiapkan selembar kertas.
2. Tulis puisi antara 3-5 baris.
3. Pada setiap baris ada kata: (pilih salah satu) gunung, bukit, laut, danau,
langit, awan, sungai, dan semacamnya, sebuah warna, manusia
4. Guru membacakan model.
5. Waktu menulis 5-10’ (menit)
6. Kertas dikumpulkan pada guru.
7. Guru memilih puisi terbaik.
8. Guru/siswa membacakan puisi terbaik itu di depan kelas.
Model 4

Danau yang luas itu terbentang biru,


Sungai keluar dari ujung danau yang berhutan hijau,
Awan berarak putih terang, berhenti di atas curamnya jurang,
Kini aku meluncur jadi angin, tanpa warna dan dingin.
LATIHAN KELIMA:
MIMPI
• Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka
bermimpi?
• Sering bukan?
• Bagaimana mimpi mereka itu: indah,
menyenangkan, buruk, menakutkan,
menyeramkan?
• Mengapa tidak kita suruh saja mereka menuangkan
mimpinya dalam bentuk puisi?
• Caranya:

1. Siswa menyiapkan satu lembar kertas.


2. Tulis puisi antara 3-5 baris.
3. Puisi itu dimulai dengan Aku bermimpi …
4. Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, bunyi, manusia,
nama tempat
5. Guru membacakan model.
6. Waktu menulis 5-10’ (menit).
7. Puisi dikumpulkan pada guru.
8. Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
9. Guru/siswa membacakan puisi yang bagus di depan kelas
Model 5:

Aku bermimpi sebuah sikat gigi warna ungu menggosok-gosok mulutku


supaya terbuka srek-srek-srek, usrek-usrek-usrek
Ketika bangun pagi hari, aku pergi ke kamar mandi
Sikat gigiku tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya tersesat dalam mimpiku dan tak bisa
kembali

Aku bermimpi seluruh RT/RW-ku di malam hari berwarna putih salju,


Terdengar ada tetangga yang bermain kecapi Cianjuran,
Berkata Hansip tetangga kami, „Wah, klining-klining itu merdu sekali.“
Di dalam mimpi itu aku lalu bermimpi tentang kecapi lagi.
LATIHAN KEENAM:
FANTASI TAK MASUK AKAL
• Tanyakan kepada siswa, pernahkah mereka mengkhayalkan
sesuatu? Pasti pernah, sebab tanpa khayalan hidup ini
menjadi tidak kreatif.
• Konon, sebelum akhirnya manusia benar-benar dapat
menginjakkan kakinya di bulan diawali lebih dulu dengan
berkhayal bagaimana caranya untuk sampai ke bulan. Lalu
diciptakanlah pesawat apolo.
• Pada kesempatan ini mintalah siswa untuk berkhayallah
tentang sesuatu yang tak masuk akal. Dan khayalan itu
dituangkan dalam bentuk puisi.
• Caranya:

1. Siswa menyiapkan selembar kertas.


2. Mulailah menulis puisi antara 3-5 baris.
3. Puisi dimulai dengan dengan kutemukan …
4. Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, hewan/benda,
alam
5. Guru membacakan model.
6. Waktu menulis 5-10’ (menit).
7. Puisi dikumpulkan pada guru.
8. Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
9. Guru/siswa membacakan puisi yang bagus di depan kelas.
Model 6

Kutemukan buaya menggigit kaki gunung


Gunung itu menjerit kesakitan
Lalu hujan turun menyerakkan kebocoran tiga ribu
botol sampho
Gunung pun kedinginan dan awan putih membelit
lehernya.
LATIHAN KETUJUH:
METAFOR
• Masih ingat simile?
• Metafor ini perbandingan juga, tetapi tidak
menggunakan kata pembanding, seperti, bagai, mirip
dsb.
• Karena tidak menggunakan kata pembanding inilah,
metafor dinamakan juga perbandingan tidak
langsung.
• Caranya:

1. Siswa menyiapkan selembar kertas.


2. Mulailah menulis puisi antara 3-5 baris.
3. Setiap baris ada metafor menggunakan kata adalah …
4. Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, hewan/benda,
alam, tempat
5. Guru membacakan model.
6. Waktu menulis 5-10’ (menit).
7. Puisi dikumpulkan pada guru.
8. Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
9. Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 7

Gerimis yang turun dari langit adalah bening air mata


pengungsi korban stunami yang malang nasibnya,
Awan putih di lereng bukit adalah bantal unggas yang
kelelahan setelah terbang panjang seharian,
Samudera Pasifik yang biru adalah akuarium Tuhan yang amat
indah,
Hari depanku adalah kepalaku di mulut buaya hitam
menganga yang siap mengatup kapan saja.
LATIHAN KEDELAPAN:
MENJELMA HEWAN, MENJELMA BENDA

• Tanyakan kepada siswa, pernahkah sewaktu kecil mereka bermain pasar-


pasaran dengan teman kecilnya? Waktu itu mereka berpura-pura sebagai
penjual atau pembeli, bukan? Nah, kalau mereka bisa menjadi penjual
atau pembeli, mereka juga bisa menjadi yang lain, bukan?
• Sekarang mintalah mereka untuk berpura-pura menjadi hewan (maaf
jangan marah, ya) atau menjadi benda. Kalau mereka kesulitan, suruh
mereka memejamkan mata beberapa saat, mengosongkan pikiran,
menanggalkan diri, dan menjadi hewan atau benda.
• Apa yang mereka rasakan atau mereka alami selama menjelma menjadi
hewan atau benda itu? Mintalah mereka untuk menuangkan pengalaman
yang ‘indah’ itu dalam puisi.
• Caranya:

1. Siswa menyiapkan selembar kertas.


2. Siswa mulai menulis puisi antara 3-5 baris.
3. Di dalam puisi itu mereka seakan-akan menjelma menjadi hewan
(semut, lebah, kucing, gajah, kuda, harimau dsb.) atau menjadi benda
(pencil, terompet, mobil, TV, pistol, kapal terbang dsb.)
4. Di dalam puisi itu ada nama seekor hewan atau sebuah benda.
5. Dalam puisi itu masukkan unsur: warna, bunyi, manusia, tempat,
alam
6. Guru membacakan model.
7. Waktu menulis 5-10’ (menit).
8. Puisi dikumpulkan pada guru.
9. Guru memilih puisi yang bagus menurut versi guru.
10.Guru/siswa membacakannya di depan kelas
Model 8

Minggu yang lalu aku menjadi tanaman di tepi jalan


kota
Pagi buta kupanggil embun untuk membasuh
badanku, hijaulah aku
Siang sedikit banyak orang yang lalu lalang
Karena senangnya dijewerlah daun telingaku
dipatahkan ranting tanganku
Aku menangis
Telingaku juga bising oleh ngong, ngong, ngong, tat,
tit, tut, deru motor, bus, dan lebih-lebih truk
Sore hari badanku jadi kotor, hitam dan dekil oleh
asap, dan juga sakit dan capek yang luar biasa, “Hujan,
mandikan aku dong!”
Model 9

Tahun yang lalu aku jadi lantai kantor pengadilan


Setiap pagi aku dipel dengan cairan deterjen berwarna biru
Setiap hari aku diinjak-injak hakim, jaksa, dan aku kesakitan
Sepatu mereka berbunyi gluduk-gluduk-gluduk
Dan fajar sampai matahari tenggelam, dari langit samar-samar
sampai hitam aku diinjak-injak, pegal badanku luar biasa.
LATIHAN KESEMBILAN:
SAMBIL MENDENGARKAN MUSIK

1. Siapkan pita rekaman atau CD untuk diperdengarkan kepada siswa di


kelas. Pilihlah musik instrumentalia (tanpa penyanyi) klasik, pop,
dangdut, keroncong, rock, jazz, flamenco, gendang Afrika, kicau burung,
deru kereta api, ombak lautan dsb.
2. Perdengarkan pita rekaman atau CD itu selama 10’ dan mintalah siswa
untuk memusatkan pikiran, mendengarkan dengan mata tertutup..
3. Sesudah itu, tanyai siswa citra-citra apa yang menyusup
dalam relung mereka. Kota mana? Negara apa? Benua
mana? Manusia seperti apa? Alam mana? Peristiwanya
bagaimana? Cuacanya seperti apa? Warnanya? Emosi
macam bagaimana? Semua itu bahan untuk dituliskan
menjadi puisi
4. Perdengarkan musik yang lain selama 5-10’ dan mintalah
siswa untuk menulis puisi.
5. Pada tahap ini,, siswa bebas untuk menentukan menulis
puisi dengan cara yang mana saja. Apakah akan memulai
dengan aku ingin … ; aku bermimpi … ; kutemukan … ,
fantasi tak masuk akal;
6. Unsur-unsur warna, bunyi, manusia, tempat, dan
alam, semestinya sudah secara otomatis dituliskan,
tidak perlu dipikir-pikirkan lagi.
7. Guru membacakan model.
8. Sesudah 5-10’menit, puisi dikumpulkan.
9. Pilihlah puisi yang bagus menurut versi guru.
10.Guru/siswa membacakannya di depan kelas.
Model 10

Suasana kafe pojok jalan suatu malam yang hangat


bersahabat
Kerdip lampu merah, kuning, biru menyala
bergantian, membuat suasana hangat berkeringat
Irama menghentak-hentak, pinggang goyang-
bergoyang
Tubuh semua orang serasa layang-melayang.
Model 11

Di pesta besar ini, satu porsi seratus ribu rupiah


Musik bising Pepito Cha Cha dan Kopi Dangdut pula
Ikan patin, dendeng balado, nasi bali dan spaghetti italia
Bertebaran di atas meja sepuluh meter panjangnya
Sampaikah ke kamp pengungsi saudara kita
Yang lima ratus ribu banyaknya, tak makan, tak bersuara?
Selamat mencoba, yakinlah
bahwa setiap huruf yang
terkatakan dan tertuliskan tak kan
pernah sia-sia. Semuanya akan
menjadi pernik catatan sejarah
kehidupan kita, betapapun
sederhananya

Anda mungkin juga menyukai